Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditolak
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Lingga setelah duduk di depan Retania. Dia membawa kopi panasnya yang sudah dia pesan.
Retania awalnya kaget ketika melihat kehadiran Lingga di dekat mejanya.
Dia yang sedang meratapi nasibnya ngga sadar, mungkin teman sekaligus rekannya sesama dokter internship sudah memperhatikan sikap bodohnya sejak tadi.
Walau malu Retania berusaha tetap tenang.
Tapi mungkin ngga ada yang perlu dia sembunyikan lagi, Lingga juga sudah tau.
"Anak pemilik rumah sakit udah dua kali mengirim buket bunga untukku."
"Kirain satpam yang ngirim," senyum Lingga agar kekusutan di wajah Retania terurai.
"Awalnya aku kira begitu," senyum Renata terlihat tipis.
"Tapi ternyata itu pengawalnya," sambungnya lagi. Dia menghembuskan nafas panjang.
"Elza dan Zulfa sudah tau tentang siapa yang sebenarnya mengirim bunga untuk kamu?" setelah bertanya, Lingga tergelak. Dia sudah tau kalo jawabannya adalah tidak.
"Tentu saja belum tau. Kalo aku yang mengatakan langsung pada mereka, aku pasti dikira sakit jiwa," tawa Retania berderai.
Kesenangan di awal tapi menimbulkan keruwetan sekarang. Tepatnya Retania mentertawakan kesi-alannya.
"Bukan sakit jiwa. Mereka pasti shock," canda Lingga.
Retania hanya meneruskan tawanya.
"Dia menyukaimu?" pancing Lingga setelah tawa mereka mereda. Tapi hati Lingga mengatakan kalo anak pemilik rumah sakit ini tidak serius dengan rekan sejawatnya.
Hanya ingin bermain main. Lebih tepatnya lagi ingin membuat mama dan calon istrinya marah.
Itu yang ditangkap oleh pikiran Lingga.
"Nggak mungkinlah," tepis Retania dengan sisa tawa yang masih tercetak di bibirnya.
"Dia pasti hanya iseng untuk membuat mama dan calon istrinya marah." Karena itulah yang ditangkap otak Retania dari perdebatan mereka.
Kalo kamu? Lingga bertanya dalam hati.
Suka? lanjutnya dalam hati.
"Aku belum ada niat punya pacar atau nikah. Aku mau ambil spesialis dulu. Kata senior di kampus, kalo perempuan sudah nikah, biasanya suka batal melanjutkan keinginannya jadi dokter spesialis. Kan tambah repot. Apalagi kalo udah punya anak," cerita Retania panjang lebar.
Hati Lingga mencelos. Walaupun belum pasti ditolak, seenggaknya Lingga tau, dalam waktu waktu ini Retania belum kepikiran ke arah mencari pacar atau menikah.
"Kamu ngga takut sampai kepala tiga belum nikah?" ledek Lingga bercanda.
"Emang kenapa. Banyak perempuan nikahnya di usia tiga puluh lima."
"Tapi, kan, beresiko kalo hamil dan melahirkan."
"Mau gimana lagi."
"Demi cita cita, ya, Ret."
"Begitulah."
Keduanya tertawa pelan.
Setelah beberapa saat kemudian.
"Sekarang apa yang akan kamu lakukan?" tanya Lingga kepo. Kopinya juga sudah habis diteguknya.
"Menunggu nasib." Inilah yang Retania sedihkan. Kedatangan mas Pradiptanya malah disajikan kabar buruk tentang gagalnya program internshipnya.
Lingga terdiam.melihat wajah Retania yang seketika berubah murung.
"Aku rasa, Nyonya Ivi ngga akan macem macem sama kamu. Apalagi kamu jelas mengatakan sudah menolak putranya, kan."
"Apa dia nantinya ngga bakal marah sama aku, ya." Retania jadi cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada nasibnya.
"Enggaklah. Rasa suka, kan, nggak bisa dipaksa."
Seperti rasa sukanya pada Retania. Mengalir begitu saja.
Retania hanya manggut manggut saja
Bagi nyonya itu pasti bisa, batinnya menanggapi ucapan Lingga.
*
*
*
Penolakan Retania membuat Devandra sempat bengong sesaat. Dalam hati dia cukup kaget juga dengan penolakan berani dokter magang tadi.
Untuk seorang gadis yang sudah diberikan bunga dan ngga membuangnya, tapi malahan menyimpannya, jawabannya tadi seperti bentuk penyangkalan.
Devandra malah merasa semakin tertantang untuk mendapatkan hati dokter magang itu.
Awalnya dia hanya iseng karena bosan dengan sikap otoriter maminya yang terus memintanya menikahi Anya. Sekarang setelah ditolak Retania, Devandra akan semakin ugal ugalan mendekati dokter itu.
Sayangnya gips kakinya belum boleh dibuka. Salah dia sendiri yang kebut kebutan setelah melihat kekasih rahasianya berselingkuh.
"Katanya dia udah punya pacar. Makanya dia nolak kamu, Van," tawa Anya mengejek sekaligus senang.
"Itu hak dia. Hak aku mengejarnya," jawab Devandra santai.
Pacarnya yang mana? Yang biass sama dia itu? batinnya meremehkan.
"Devan..... Kamu kenapa, sih. Kan, ada aku yang sudah pasti ngga skan pernah nolak kamu. Mengapa harus nyari yang nolak, sih," marah Anya sambil melototkan matanya. Letih juga lama lama hayatinya menghadapi kekeraskepalaan Devandra.
Untung ganteng, hiburnya membatinnya
Devandra tergelak mendengarnya.
Anya sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Ngga mungkin dia jadikan istri. Walaupun maminya terus mencicit soal perjodohannya dengan Anya, dia akan tetap menolaknya.
Nyonya Ivi Oktavia bukannya senang dengan penolakan dokter magang itu, justru dia merasa tersinggung.
Kualitas anaknya ngga pantas dibandingkan dengan pacarnya yang pastinya hanya orang biasa, dengusnya dalam hati.
Dia jadi penasaran, setampan dan sekaya apa pacar dokter internship itu, sampai dengan entengnya menolak putranya yang kualitasnya sudah ngga ada yang diragukan.
"Dokter itu sudah menolak kamu," tegas maminya membela Anya.
"Dia belum nikah, mam. Masih bisa dimiliki orang lain." Devandra tetap bersikukuh mempertahankan apa yang dia mau dengan gayanya yang santai.
"Kamu kenapa, sih, Van. Mami sudah carikan calon istri terbaik buat kamu. Tapi kamu malah mau mengejar dokter magang yang ngga jelas anak siapa," keluh mamanya mangkel.
"Dengerin tante, Devan. Lagian aku kurang apa, Van, sampai terus ditolak kamu." Sepasang mata Anya berkaca kaca membuat Devandra ngga tega.
"Kamu itu sudah aku anggap adik, Anya. Ngga bisalah dari adik naek pangkat jadi calon istri."jelas Davendra untuk yang sudah kesekian kalinya. Tapi gadis itu tampaknya tetap ngga mau peduli. Tetap keukeh dengan keiginannya. Menikahi dirinya.
"Devan..... Kita ngga ada hubungan darah. Kita halal buat nikah," bujuknya dengan merengek dan kesabaran sedalam palung marina.
Devandra hanya bisa menghembuskan nafas panjang.
Sia sia berdebat dengan Anya. Pikirannya juga sudah lelah
Ivi Oktavia hanya bisa menatap putranya yang entah mengapa jadi sangat keras kepala.
Mungkin dia akan melakukan sesuatu pada dokter magang itu agar menjauh dari putranya .
Paling gampang adalah memecatnya. Setelah dokter magang itu sudah nggak terlihat lagi di mata putrnya, maka Devandra pasti nggak akan menolak jika disuruh menikah. Senyum jahat tersungging di bibirnya.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan