Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 05 : Lo ganteng, Lo aman
"Pak Budi datang ..." teriak Denis, memberi tahu pada teman-teman dikelasnya.
"Ya elah, gue benci matematika, kenapa jam pertama harus matematika sih," keluh Zea.
"Sama, gue juga benci matematika. Bisa heng otak gue kalau gini caranya," sahut Nina.
"Zio, nanti gue nyontek ya?" tanya Arka.
"Ogah," jawab Zio ketus.
"Pelit amat," jawab Arka.
"Arka, Lo tau Zio kan? Udah, jangan macam-macam. Percuma, gak ada hasilnya. Dia gak bakalan mau. Zio akan bantu kita apapun kecuali kasih jawaban soal matematika. Dia kan pengen dapat 100 sendirian," timpal Denis.
"Dengerin kata Denis," jawab Zio. Wajah Arka langsung masam.
Pak Budi, guru matematika yang penampilannya paling culun disekolah datang. Pak Budi sendiri adalah wali kelas mereka. Jangan lihat penampilan culun Pak Budi, karena kata-kata yang keluar dari mulut Pak Budi sangat pedas, lebih pedas dari mulut guru olahraga yang berpenampilan maco.
"Ketua kelas, pimpin doa!" titah Pak Budi pada Zio.
"Mari teman-teman sebelum belajar kita berdoa terlebih dahulu menurut agama dan keyakinan masing-masing, berdoa dimulai," kata Zio, semuanya pun berdoa dengan cara berdoa masing-masing menurut keyakinan yang mereka anut.
"Berdoa selesai," kata Zio lagi.
"Periksa kerapihan!" titah Pak Budi lagi. Mereka semua berdiri di kursi masing-masing.
Pak Budi berdiri dari kursinya, berjalan berkeliling kelas melihat apakah penampilan mereka sudah rapi atau belum. Mulai dari dimasukan atau tidaknya baju ke celana atau rok, rambut mereka apakah sudah rapi atau tidak, dan memeriksa kuku mereka.
"Nina, kenapa kukumu panjang? Tidak punya gunting kuku di rumah? Ini kuku manusia atau kuku penyihir? Dan ini apa? Pakai cincin kok banyak sekali, seperti Mbah dukun saja. Kamu tidak baca peraturan sekolah? Di larang memakai aksesoris berlebihan," omel Pak Budi.
"Tapi kuku saya bersih kok pak walaupun panjang. Mana bagus kuku pendek Pak," jawab Nina, melawan.
Pak Budi langsung mengeluarkan mistar dari tas yang masih dia tenteng.
Buk
Buk
Buk
"Au," pekik Nina.
Pukul Pak Budi di kedua tangan Nina, dengan pukulan yang tidak terlalu sakit.
"Alah, lebay," jawab Pak Budi. "Kamu di sini sekolah, bukan mau jadi model, mendingan jelek dari pada adab dan otak nol," lanjut Pak Budi.
"Potong kukumu sekarang juga. Cincin kamu, lepas! Kalau tidak di lepas cincin Kamu akan Bapak Jual, lumayan buat saya jajan," titah Pak Budi.
"Iya Pak," jawab Nina terpaksa menurut.
"Denis, masukan bajumu!" titah Pak Budi.
"Iya, pak," jawab Denis dengan wajah cemberut. "Ih, ngeselin, mana keren baju dimasukan ke celana, yang ada culun, persis pak Budi," omel Denis dalam hati.
"Anak-anak, berpakaian rapi keren loh. Lihat Zio, rambutnya pendek, bajunya selalu dimasukan, kukunya pendek, tidak pakai aksesoris berlebihan walau dirumah dia punya banyak aksesoris, keren kan?" ucap Pak Budi, yang senang melihat penampilan Zio.
"Ini baru murid kesayangan saya. Pintar matematika dan berprestasi," puji pak Budi lagi. Zio tersenyum bangga mendengar pujian pak Budi.
"Intinya kalau Lo ganteng, Lo aman. Mau culun gimanapun, gak kelihatan culunnya, yang penting muka Lo ganteng. Lah kita? Udah jelek, di suruh masukin baju ke celana, yang ada tambah jelek," jawab Arka pelan, bicara pada Denis di sebelahnya.
"Iya, Zio memang sempurna," jawab Nina tersenyum. Setuju dengan ucapan Pak Budi.
"Ganteng apaan? Muka kaya kodok gitu. Hebat sih matematika tapi gak bisa menggambar. Gue dong, gambar apapun bisa. Gue calon pelukis terkenal," puji Zea pada dirinya, bicara pada Nina.
"Ya, ya, ya, terserah Lo," jawab Nina.
"Kalian semua, contohlah Zio, oke?" kata Pak Budi lagi.
"Iya, Pak," jawab mereka serentak.
"Ogah," sahut Zea pelan.
"Baik anak-anak, kita lanjutkan materi kita Minggu kemaren, buka hal 50. Dengarkan baik-baik bapak menjelaskannya, karena setelah itu kalian akan menjawab soal," titah Pak Budi.
"Baik, Pak," jawab mereka lagi dengan serentak. Pelajaran pun dimulai.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....