Bagaimana jika degup ku tak kunjung meredup, sedangkan rasamu tak kunjung selaras. Bagaimana jika rindupun tak kian padam namun rasanya terus meredam. Ternyata benar tidak ada yang mampu menggenggam hujan. karena hujan jatuhnya selalu menyakitkan bukan. (Lavanya)
Kisah gadis Bar-Bar yang mengalami broken home, bukan hanya broken home tapi juga broken heart, sebab teman masa kecilnya sekaligus tentangga depan rumahnya mendadak menjauh dan renggang karena di antara keduanya terjadi kesalahpahaman hingga membuat keduanya menjaga jarak, namun memang dasarnya jodoh sudah di pisahkan pun tetap kembali bersama walaupun harus melalui jalur perjodohan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon y.al_29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk Perangkap
Sudah hampir satu Minggu Dirga tidak bekerja, dan beristirahat di rumah, walaupun tidak pergi berkerja, kadang ada saja berkas-berkas penting yang harus dia tandatangani. Dan selama itu juga Lavanya berada di rumah sang ayah untuk merawat pemulihan Dirga. Dan selama Lavanya di rumah Dirga juga, Sabrina dan Siska benar-benar tidak pulang, bahkan tidak terlihat batang hidungnya. Selama itu juga Dirga mengurus surat perceraiannya dengan Sabrina, selain itu dia sudah membekukan semua kartu kredit dan ATM yang ada di tangan mereka berdua, itu salah satu rencana Dirga untuk meringkus dua wanita tersebut tanpa harus mencari nya.
"Dad aku boleh tanya engga?" Ucap Lavanya.
"Kenapa heum, kamu ngerasa kurang nyaman yah di rumah Daddy? Atau kamu butuh sesuatu, bilang aja" Ujar Dirga sambil memasukkan nasi kedalam mulutnya, saat ini keduanya sedang berada di meja makan.
"Engga bukan itu, eum kemungkinan Daddy ada niatan rujuk ga sama Mommy?" Tanya Lavanya dengan pelan.
"Huuftt, Daddy gatau Nak, Daddy ga mau banyak berharap sama Mommy kamu, karena Daddy sadar diri selama ini Daddy udah banyak nyakitin dia" Balas Dirga dengan sendu.
"Tapi Daddy masih sayang kan sama Mommy?" Ucap Lavanya.
"Sangat, Daddy sayang banget sama Mommy kamu, selama menikah dengan Sabrina pun Daddy ga pernah nyentuh dia sama sekali, karena Mommy kamu masih jadi nomer satu di hati Daddy" Ujar Dirga.
"Perjuangin lah, kejar lagi aku bakal dukung kalian ko, malah aku senang kalo akhirnya kalian bersama lagi" Ucap Lavanya sambil tersenyum manis.
"Siapa yang harus bersama?" Timpal seseorang wanita parubaya yang saat ini baru datang. Dan saat itu juga Lavanya terkejut melihat kehadiran orang tersebut namun beberapa saat kemudian dia berusaha mengendalikan rasa keterkejutannya.
"Ck, pengganggu datang" Ucap Lavanya dengan tengil.
"Kamu ngapain ada di rumah saya?" Ucap orang tersebut.
"Rumah lu, sejak kapan? Rumah bokap gue kali" Celetuk Lavanya dengan sinis, sedangkan Dirga hanya diam saja walaupun di dalam hatinya dia sudah muak dengan tingkah orang yang saat ini di hadapannya.
"Mas kamu ngapain ajak dia kesini?" Tanyanya pada Dirga. "Aneh, ngapain mas Dirga bawa anak sialan ini kesini, bukannya hubungan mereka berdua tidak baik" Gumanya dalam hati.
"Terserah saya, dia anak kandung saya jadi tidak ada larangan untuk membawanya ke rumah saya" Jawab Dirga dengan tatapan dingin.
"Tapi kan kamu tau sendiri, dia jahat sama Siska, lagi pula kamu kenapa sekarang tinggal disini? Ibu mu sudah bangkrut apa bagaimana?" Ucap Sabrina dengan ketus. Yah orang yang saat ini sedang berbicara adalah Sabrina.
"Eh sorry ye harta emak gue banyak, tujuh turunan, delapan tanjakan juga kaga akan abis, bahkan beli harga diri Tante yang ga berharga aja bisa" Celetuk Lavanya dengan sewot.
"Cih, dasar tidak tau sopan santun, liat mas anak kamu ini kurang ajar, harusnya kamu ajarin dong" Ucap Sabrina dengan sengit.
"Diam tidak perlu mengajari saya, sekarang saya tanya kamu dari mana?" Ucap Dirga dengan wajah mengetat.
"Maaf mas aku ga kasih kabar, 2 Minggu lalu orang tuaku sakit, jadi aku memutuskan untuk pulang kampung, kamu cari aku ya?" Ujar Sabrina dengan percaya diri.
"Cih, pede amat hidupnya" Celetuk Lavanya dengan tengil. Saat mereka sedang berbincang-bincang tiba-tiba muncul sosok pria parubaya sambil membawa beberapa maps di tangannya.
"Permisi tuan, maaf mengganggu" Ucap prima selaku asisten pribadi Dirga.
"Tidak sama sekali kebetulan kamu datang, mana sudah keluar belum putusan pengadilannya" Ujar Dirga pada prima.
"Sudah tuan ini" Balasannya dengan Sopan.
"Aku memang mencari kamu, untuk memberikan ini, cepat tandatangani" Ucap Dirga pada Sabrina.
"Ini apa mas" Ujar Sabrina sambil membuka amplop tersebut. "Kamu apa-apaan sih, kenapa tiba-tiba bercerai, salahku apa?" Lanjutnya dengan panik.
"Pake nanya lagi, gausah drama deh Tante, soalnya kita ga akan ngasih piala citra buat Tante" Ucap Lavanya dengan sewot.
"Diam kamu, pasti ini semua gara-gara kamu kan, emang dasar anak kurang ajar" Ucap Sabrina dengan sengit.
"Jangan pernah membentak anak saya, kamu siapa" Bentak Dirga.
"Mas kamu ingat kan kalo aku masih..." Belum sempat Sabrina berbicara sudah lebih dulu di potong oleh Dirga.
"Apa? Masih apa hah? Kamu mau mengancam aku dengan nyawa anak ku lagi, aku sudah tidak percaya, aku sudah tau semua kebohongan kamu, maka cepat tandatangani ini dan setalah itu akan aku jebloskan kamu ke penjara" Ujar Dirga sedang Sabrina yang mendengar itu seketika kaget bukan main.
"Ma... Maksud kamu apa Mas, Aku..aku tidak berbohong, dia masih ada padaku" Ucap Sabrina dengan gugup.
"Aku juga tau semua kejahatan yang kalian lakukan, biadab bahkan penjara saja tidak akan pantas untuk kalian prima suruh mereka masuk dan ringkus wanita sialan ini" Ucap Dirga pada sang asisten.
"Baik tuan" Ucap prima, kemudian tak lama muncul beberapa orang yang berpakaian serba hitam dengan badan yang kekar.
"Bawa dia ke ruamg bawah tanah, paksa dia menandatangani surut itu, kalo tidak mau siksa dia tapi jangan sampai mati, karena neraka saja belum cukup untuk menyiksanya" Ucap Dirga dengan semirik yang mengerikan, sedangkan Lavanya yang melihat itu seketika merinding.
"Anjir, ternyata bokap gue sykopett, serem juga ya" Guman Lavanya dalam hati.
"Baik Tuan" Balas mereka sambil menahan badan Sabrina.
"Engga, gamau, awas jangan pegang saya, Mas tolong, maafin aku, aku di suruh mas tolong mas aku gamau" Ucap Sabrina sambil meronta-ronta.
"Ets bentar-bentar" Ucap Lavanya sambil berjalan menghadap Sabrina.
"Apalagi hah, puas kamu sekarang" Bentak Sabrina.
"Wahhh masih berani juga ternyata, kalo di tanya puas apa engga saya belum puas Tante" Ucap Lavanya sambil membelai pipi Sabrina. "Dad, boleh aku kasih dia gift" Lanjutnya sambil menoleh ke arah Dirga.
"Of course, apapun yang kamu mau lakukanlah" Ujar Dirga dengan lembut.
"Thanks Daddy" Balas Lavanya.
"PLAK buat rasa sakit Mommy aku"
"PLAK buat keluarga aku yang di hancurkan"
"PLAK buat kakak aku yang kalian buang, ini pun tidak akan cukup" Ujar Lavanya dengan tatapan dingin mematikan. Sedangkan Sabrina hanya meringis menahan sakit.
"Kamu benar-benar tidak beretika, aku ini lebih tua di banding kamu, bagaimana bisa kamu menampar wajahku" Ujar Sabrina dengan sengit.
"Bisa aja kalo orang tuanya kaya lu, Udah bawa deh, gue muak liatnya" Ujar Lavanya sambil melenggang pergi naik ke atas. "Cih, tinggal anak lu yang belum gue kasih hadiah, kita liat seberapa kuat dia bersembunyi" Gimana Lavanya sambil berdecih.
"Darah lebih kental dari pada air, dia mamang benar-benar putri ku" Guman Dirga dalam hati.
Sedangkan disisi lain seorang gadis remaja sedang berdiri di pinggir balkon sambil memegang Wine di tangannya.
"Ck kenapa semua kartu gue ga bisa di gunain, apa si tua bangka itu, ngeblokir kartu ATM gue kah, rasanya ga mungkin kan, ini lagi kenapa Mama belum ada kabar sama sekali tau gue butuh duit, arrghhh sialan emang" Kesalnya dengan meneguk wine tersebut.