NovelToon NovelToon
Hubungan Tak Seiman

Hubungan Tak Seiman

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Ketika cinta hadir di antara dua hati yang berbeda keyakinan, ia mengajarkan kita untuk saling memahami, bukan memaksakan. Cinta sejati bukan tentang menyeragamkan, tetapi tentang saling merangkul perbedaan. Jika cinta itu tulus, ia akan menemukan caranya sendiri, meski keyakinan kita tak selalu sejalan. Pada akhirnya, cinta mengajarkan bahwa kasih sayang dan pengertian lebih kuat daripada perbedaan yang ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali tersenyum

Tama duduk di bangku ruang taki apartment miliknya. Lelaki itu menatap ponselnya, sesekali melirik sebuah kamar yang tertutup pintunya dengan rapat. Di dalam kamar itu, Freya menenangkan dirinya karena kejadian semalam.

"Aku harus melakukan sesuatu untuk mengembalikan senyum Freya," gumam Tama, sambil menyesap kopi.

Saat itulah ide itu muncul. Membawa Freya ke taman hiburan, tempat yang penuh dengan kebahagiaan, tawa, dan kenangan manis. Tempat di mana dia bisa melupakan rasa sakitnya, setidaknya untuk sementara.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, sontak lelaki tinggi menjulang itu menoleh ke sumber suara dan melihat Freya yang keluar dari kamar dengan tersenyum lebar. Freya muncul dengan pakaian kasual, wajahnya tampak sedikit lebih cerah daripada semalam.

"Good morning." Freya menyapa sambil tersenyum tipis, meski matanya masih menyimpan bayangan kepedihan.

"Hai, bagaimana tidurnya?" balas Tama, berusaha bersikap ceria. "Ayo, hari ini kita bakal bersenang-senang!"

Freya menaikkan alis, tampak bingung. "Kemana kita?"

"Taman hiburan," jawab Tama dengan semangat, matanya berbinar. "Sudah lama juga aku tidak pernah ke sana lagi. Aku pikir, mungkin kamu butuh tempat yang bisa bikin kamu ketawa lagi."

Freya terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Aku nggak tahu apa ini ide yang bagus, tapi ... mungkin memang aku butuh sedikit hiburan."

Sepanjang perjalanan, Tama dan Freya berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba menghindari topik yang berat. Tama ingin suasana tetap positif, meskipun dia tahu Freya masih berjuang melawan luka batinnya. Ketika mereka tiba di taman hiburan, suasana riuh dan ramai menyambut mereka. Anak-anak berlarian, pasangan muda bergandengan tangan, dan keluarga menikmati kebersamaan. Semua itu menciptakan atmosfer yang penuh keceriaan.

"Aku nggak ingat kapan terakhir kali aku ke sini," kata Freya sambil memandang sekeliling, sedikit terkesan dengan kegembiraan yang terpancar dari pengunjung lainnya.

Tama tersenyum dan menatapnya. "Hari ini kita akan bersenang-senang. Aku janji."

Mereka berjalan masuk, dan Tama langsung mengajak Freya mencoba beberapa permainan. Mereka memulai dengan wahana ringan, seperti komidi putar dan rumah hantu, yang meskipun tidak terlalu menantang, sudah cukup untuk membuat Freya tersenyum tipis. Senyum itu, meski sederhana, membawa kelegaan bagi Tama.

Namun, wahana yang benar-benar membuat Freya tertawa lepas untuk pertama kalinya hari itu adalah roller coaster. Ketika mereka berada di puncak lintasan, dengan angin kencang berhembus di wajah mereka, Freya berteriak, namun kali ini bukan karena ketakutan atau kesedihan, melainkan karena kegembiraan.

"Astaga, ini gil4!" Freya tertawa keras ketika mereka turun dari wahana, pipinya merah karena adrenalin.

Tama ikut tertawa, merasa lega bisa melihat Freya sedikit melupakan rasa sakitnya. "Tadi kamu teriak kenceng banget! Kupikir suaranya bakal pecah!"

Freya masih tersenyum lebar, menatap Tama dengan pandangan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Tama. Aku nggak ingat kapan terakhir kali aku merasa sebahagia ini."

Kata-kata Freya membuat hati Tama bergetar. Dia selalu tahu bahwa Freya memiliki senyum yang menawan, tetapi hari ini, senyum itu terasa berbeda. Ada kehangatan di dalamnya, sesuatu yang membuat Tama semakin jatuh hati. Dia sadar bahwa semakin banyak waktu yang dia habiskan dengan Freya, semakin besar perasaannya.

Setelah mencoba berbagai wahana, mereka berjalan menuju kios makanan ringan. Tama memesan dua bungkus es krim, dan mereka duduk di bangku taman yang menghadap ke danau buatan kecil di tengah taman hiburan itu. Angin sepoi-sepoi menghembus lembut, dan suasana tenang menyelimuti mereka.

"Freya," Tama akhirnya memecah keheningan, "Aku tahu hari-harimu belakangan ini nggak mudah. Aku tahu kamu terluka, dan aku nggak bisa pura-pura mengerti apa yang kamu rasakan. Tapi ... aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu ada di sini. Kamu nggak harus melaluinya sendirian."

Freya menatap Tama, matanya melembut. "Tama, aku benar-benar berterima kasih karena kamu selalu ada buat aku. Kejadian itu ... itu sangat menyakitkan. Bukan hanya karena dia menamparku, tapi karena aku merasa kehilangan diriku sendiri. Aku merasa gagal."

Tama mencondongkan tubuhnya sedikit, memastikan Freya mendengarkan setiap kata yang akan dia ucapkan. "Freya, kamu nggak pernah gagal. Apa yang terjadi sama kamu itu bukan salahmu. Kamu orang yang kuat, meskipun kamu mungkin belum menyadarinya. Dan apapun yang terjadi di masa lalu, itu nggak mendefinisikan siapa kamu sekarang."

Freya tersenyum kecil, kali ini dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Aku benar-benar bersyukur punya teman sepertimu, Tama."

Kata 'teman' menusuk perasaan Tama sedikit, meskipun dia tahu Freya tidak bermaksud demikian. Namun, dia menahan diri. Ini bukan waktunya untuk membicarakan perasaannya. Hari ini bukan tentang dia, ini tentang Freya dan kebahagiaannya.

"Kita coba wahana terakhir, yuk!" ajak Tama, mengalihkan perhatian Freya dari pembicaraan serius mereka. "Bianglala. Katanya, pemandangan dari atas luar biasa."

Freya mengangguk, dan mereka berjalan menuju bianglala raksasa yang berdiri menjulang di tengah taman hiburan. Saat mereka duduk di dalam gondola dan mulai naik ke atas, Freya tampak lebih tenang. Saat mereka mencapai puncak, taman hiburan yang riuh terlihat begitu kecil dari ketinggian, sementara pemandangan kota di kejauhan terbentang luas.

"Tama," kata Freya pelan, "Terima kasih untuk hari ini. Aku nggak akan pernah bisa cukup berterima kasih atas apa yang sudah kamu lakukan untukku."

Tama menatap Freya, dan dalam heningnya malam itu, dia merasa bahwa kata-kata tidak lagi diperlukan. Senyum Freya yang tulus, yang terpantul oleh cahaya kota di bawah mereka, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya tahu bahwa dia melakukan hal yang benar. Freya adalah wanita yang dia cintai, dan melihatnya bahagia, meski hanya sejenak, adalah hadiah terbesar yang bisa dia terima.

Ketika gondola mereka mulai turun, Tama menyadari bahwa meskipun mungkin belum saatnya mengungkapkan perasaannya, dia akan selalu ada di sana dan siap membantu Freya kembali menemukan kebahagiaannya. Dan mungkin, suatu hari nanti, Freya juga akan melihat Tama lebih dari sekadar teman.

"Tama, aku nggak pernah cerita banyak tentang hidupku, kan?" Freya memulai, suaranya sedikit bergetar.

Tama menoleh, melihat ekspresi serius di wajahnya. "Belum, tapi kamu bisa cerita sekarang kalau mau."

Freya tersenyum tipis, namun matanya berkaca-kaca. "Hidupku tidak pernah mudah. Dari kecil, aku sudah harus berjuang. Keluargaku nggak pernah harmonis, dan seringkali aku merasa sendirian. Aku bekerja keras untuk bisa sampai di sini, tapi rasa capek itu tidak pernah benar-benar hilang."

Tama diam, mendengarkan dengan penuh perhatian. Angin malam menghembuskan rambut Freya, namun ia terus berbicara, membuka semua luka yang selama ini disembunyikannya.

"Aku cuma pengen kamu tahu, kadang aku merasa lelah. Tapi ... adanya kamu di sini membuat semuanya terasa lebih ringan, lucunya padahal kita baru saja kenal," katanya, tersenyum dengan mata berkaca-kaca, seolah menumpahkan seluruh beban yang selama ini dipikulnya.

Tama menggenggam tangan Freya, memberinya rasa hangat dan nyaman. "Aku di sini, Freya. Selalu ada buat kamu."

Gondola mereka terus berayun lembut, membawa mereka melayang tinggi di atas taman hiburan, tapi di dalam hati mereka, ada kedekatan yang baru saja terbangun lebih dalam dari sebelumnya.

1
Kas Gpl
terlalu sulit untuk tidak perduliin freya
Kas Gpl
beratkan tama,,,,,
Kas Gpl
paling susah kalo sudah menyangkut keyakinan
Kas Gpl
kyknya buat tama cinta pandangan pertama ya
Kas Gpl
wah mantan gelo itu si rey
Kas Gpl
ada apa dengan freya
Kas Gpl
lanjut, penasaran
Kas Gpl
baru mulai baca, liat dr fb semoga ceritanya menarik
IG: faustinretta: thank you kak❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!