NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

Di antara cinta yang tak terucap dan janji yang tak sengaja diucapkan harus menjadi sesuatu yang ditanggung jawabi oleh Rafael. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang hampir terbilang sempurna, Rafael harus kehilangan wanita yang dicintainya sekaligus menerima kehadiran seorang gadis yang sangat ia sayangi—Adeline.

Dua tahun setelah pernikahannya dan bangun dari segala keterpurukannya, Rafael harus terjebak dalam sebuah dilema. Apakah ia akan memilih cinta yang sebelumnya hilang atau tetap bersama dengan seseorang yang selama ini menemani masa-masa sulitnya? Setiap pilihan datang dengan konsekuensi dan setiap keputusan menuntunnya pada jalan yang tak terduga.

Ketika cinta dan masa lalu bertabrakan, apakah Rafael akan mengikuti hati atau logika? Bagaimana jika pilihan yang benar ternyata sesuatu hal yang paling sulit ia jalani? Temukan kisahnya dengan meng-klik ‘Mulai Membaca’.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 05 - Sebuah Kabar

“Apapun hubungan kami, tidak ada urusannya denganmu bukan?” Adeline tampak ketus menjawabi pertanyaan dari wanita disisinya tersebut. Pasalnya, wanita itu sering kali berselisih dengannya hanya karena hal sepele, namun ketika ia tahu jika dirinya dekat dengan Rafael, sifatnya seakan berubah.

Tidak peduli dengan wanita itu, Adeline berjalan 2x lebih cepat dari sebelumnya, karena ia tidak ingin berlama-lama berbicara dengan wanita tersebut. “Cih, sombong sekali sikapnya itu.” Celetuknya seraya menatapi punggung Adeline yang berjalan semakin jauh.

Adeline mengecek monitor disalah satu meja perawat dibangsal 2, dirinya melihat beberapa daftar pasien dari monitor tersebut serta penyakit apa bahkan sudah berapa lama pasien tersebut berada dirumah sakit. Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri seolah mencari-cari seseorang, karena biasanya tanpa dicari pun orang itu akan datang dengan sendirinya.

“Apa kalian melihat dokter Efran?” Tanya Adeline pada beberapa perawat jaga disana.

“Terakhir kali aku melihatnya di pantry.”

“Hm begitu ya, terima kasih.” Balas Adeline seraya tersenyum ramah.

Gadis itu pun segera berjalan menuju pantry untuk menemui pria itu, entah apa yang tengah dilakukan Efran dipantry, karena tidak biasanya Efran berada dipantry sebelum makan siang tiba.

“Ah aku mencarimu sejak tadi,” suara itu menyadarkan Efran dan ia yang baru saja menghubungi seseorang dari ponselnya langsung menyimpannya didalam saku jas putih miliknya.

“Apa yang terjadi? Kenapa kau seperti sedang menghindariku? Apa aku berbuat salah padamu? Apakah temanku satu-satunya yang ada dirumah sakit ini juga akan mengabaikanku? Aku minta maaf jika aku berbuat salah padamu,”

“Kau tidak melakukan kesalahan apapun, dan aku tidak sedang menghindari siapapun. Hanya saja, hari ini aku benar-benar sibuk.” Ucap Efran seraya kembali melangkahkan kakinya dan membawa secangkir kopi yang sudah dibuatnya.

“Aku tidak pernah memaksakan seseorang untuk tetap bersamaku, jika ia tidak menyukaiku dan ingin pergi, aku akan menghargai keputusan orang tersebut dan sebisa mungkin aku tidak akan mengganggunya.” Langkah Efran terhenti mendengar pernyataan yang dilontarkan oleh Adeline.

“Apa maksudmu, Del?” Pria itu membalikkan tubuhnya dan menatap punggung Adeline.

Adeline membalikkan tubuhnya juga dan menatap Efran dengan senyuman yang penuh dengan tanya. “Kau tidak perlu meninggalkan tempat ini, kau yang lebih dulu disini, jadi jika ada yang harus pergi, akulah orangnya,” Pungkasnya yang langsung meninggalkan pantry.

“Del…”

Ketika jam makan siang, Adeline memutuskan untuk tidak makan apapun, karena dirinya benar-benar tidak merasa lapar, dan yang dia lakukan saat ini hanya pergi mengecek pasien dari kamar satu ke kamar lainnya.

Di waktu yang bersamaan, Rafael yang baru saja selesai rapat mencoba menghubungi Adeline dan berniat untuk mengajaknya makan siang bersama, namun tampaknya gadis itu tidak menjawab panggilannya dan Rafael berasumsi jika Adeline tengah sibuk dengan pekerjaannya.

“Apa ada kabar terbaru mengenai Rachel?”

“Masih belum ada, bahkan jika dalam waktu tiga hari ini tidak ada tanda-tanda dari korban yang lainnya, tim SAR akan mundur dan memberikan pernyataan bahwa korban hilang akan dinyatakan tewas.”

“Jika tim SAR tidak mampu mencarinya, aku yang akan mencarinya sendiri, karena aku sangat yakin bahwa Rachel masih hidup dan sedang menungguku,”

Mendengar pernyaataan Rafael benar-benar membuat Daren menghela napasnya, pria tersebut sudah tergila-gila dengan wanita itu dan dirinya masih belum menerima kenyataan bahwa wanita yang dipujanya itu telah tiada.

Malam harinya, Adeline yang sudah selesai bekerja itu pun segera bergegas mengganti pakaiannya. Keluar dari ruang ganti, Adeline berpapasan dengan Efran yang kebetulan juga baru selesai berganti pakaian.

Tidak mengindahkan kehadirannya, Adeline terus berjalan tanpa menyapa pria tersebut dan Efran hanya menghela napas ketika gadis itu mengabaikannya. Namun, ia juga sadar bahwa dirinya lah yang membuat gadis itu berubah.

Aku memang tidak memiliki hak untuk mengaturmu dekat dengan siapa, namun dia takut jika kau akan kecewa jika bersamanya.

Sudah berada dilobby, Adeline membelalakkan kedua matanya kala melihat Rafael sudah berdiri seraya menyandar dimobilnya. Pria itu melambaikan tangannya dan melemparkan sebuah senyuman lembut pada Adeline. Tanpa berpikir panjang, Adeline langsung saja berlari ke arah Rafael yang berada diseberang.

Baru melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja seseorang menarik lengan Adeline dan tentu saja hal tersebut membuat dirinya begitu terkejut. “Adeline.” Teriak Rafael yang sangat spontan melihat kejadian tersebut.

“Sebelum menyebrang pastikan kanan-kirimu terlebih dahulu,” tukas seseorang yang menolong Adeline pada saat itu.

“Terima kasih… Efran,” gumam Adeline yang langsung melepaskan genggaman tangan pria itu.

“Hei, kau baik-baik saja, ‘kan? Maafkan aku, ini salahku karena memarkirkan mobil diseberang sehingga nyaris membuatmu celaka.” Rafael yang tampak cemas itu langsung menghampirinya. “Terima kasih karena telah menolongnya,” tambahnya lagi.

Efran sama sekali tidak menjawab ucapan pria itu, ia hanya mengangguk pelan. Memperhatikan betapa khawatirnya Rafael terhadap Adeline membuatnya benar-benar merasa serba salah. Dia pun memilih untuk bergegas pergi dari sana.

Setelah memastikan bahwa tidak terjadi apa-apa pada Adeline, Rafael segera membawa gadis itu ke arah mobilnya, dengan menggandeng tangannya mereka menyebrangi jalan tersebut dan Adeline sedikit menoleh ke arah dimana Efran berjalan.

Tidak langsung pulang, Efran menuju minimarket dan membeli minuman disana untuk mendinginkan kepalanya. Pikirannya terus berkecamuk, entah apa yang harus ia lakukan sekarang ini, dirinya merasa jika hubungannya dengan Adeline mulai merenggang.

Mengingat gadis itu langsung melepaskan genggamannya tadi terus membuat pikirannya berputar, sebelumnya Adeline tidak pernah seperti itu, mungkinkah gadis itu akan benar-benar menjauh darinya? Begitulah pikir Efran saat ini.

Apa aku harus minta maaf padanya besok?

Diwaktu yang bersamaan, Adeline justru tengah makan malam bersama dengan Rafael disalah satu restaurant favorit pria tersebut. Gadis itu sangat menyukai suasana direstaurant itu, dengan memesan tempat dibalkon, kerlap-kerlip kota menjadi spot yang menemaninya saat makan.

“Apa kau menyukai tempat ini?” Sahut Rafael seraya mengiris steak yang berada dipiringnya.

“Aku sangat menyukainya, dan lebih menyukainya ketika malam hari. Menurutku disini sangat indah,” tukas Adeline dengan senyuman sumringahnya dan Rafael menukar piringnya dengan piring Adeline. “Terima kasih.” Tambahnya.

Tengah menikmati makanannya, tiba-tiba saja ponsel Rafael berdering, dan tanpa pikir panjang dia pun langsung menerima panggilan tersebut. Mendengar informasi dari orang diseberang sana, Rafael langsung bangun dari duduknya.

Tubuhnya bergetar hebat setelah mengakhiri panggilannya, mengecek foto yang mungkin telah dikirimkan oleh orang yang sebelumnya menelpon semakin membuat tubuhnya bergetar dan Adeline tidak mengerti dengan apa yang tengah dilihatnya saat ini.

Dengan cepat Rafael menghubungi seseorang dengan gelisah, dan perasaan Adeline mengatakan bahwa pasti ada yang tidak beres. Perasaannya merasa tidak enak, dan ia takut sesuatu terjadi.

“Datang ke Hill Restaurant dalam waktu 5 menit.” Titahnya yang langsung mengakhiri panggilannya.

“Apa yang terjadi?” Adeline penasaran dengan apa yang terjadi pada Rafael saat ini. Wajahnya terlihat begitu panik, gelisah serta khawatir dan hal itu sangat membuatnya tak nyaman.

1
Nursanti Ani
bang Rafa lg lope lope/Facepalm//Facepalm/
Nursanti Ani
oooohhhh babang Efran,,/Grin//Grin/
Nursanti Ani
ini lg mas erfan,,udah ga sabaran bgt pengen BW kabur bini orang/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nursanti Ani
Rafa udah ad rasa sedikit buat Adel,,,tp takut nanti lg bahagia2 nya Rachel muncul/Shy/
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!