Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0005
Balai Pernikahan..
Ntah kenapa perjalanan dari Mansion Aldan menuju Balai pernikahan sangat dekat kali ini. Zira merasa baru saja memejamkan mata tiba-tiba saja sudah sampai, jantungnya seakan bergemuruh karna gugup tentunya. Bagaimana tidak gugup, ia akan menikah lalu menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Aldan Matthew.
“Kau mau terus didalam memikirkan semua nasibmu yang berada dikepalan tanganku, hem?” Pertanyaan Aldan membuat lamunan Zira buyar.
Zira langsung menoleh kearah Aldan, ia terkejut karna sekarang wajah Aldan sangat dekat dengannya. “Astaga!” Zira memegang dadanya sendiri, hampir saja ia menampar Aldan karna keterkejutannya tadi.
Kedua alis Aldan mengkerut, semakin lama dekat dengan Zira semakin Aldan menemukan hal aneh dari Zira. “Cepetan turun!” perintah Aldan.
Zira membuka pintu mobil, sebelum itu membuang napas berulang-ulang kali sebagai tanda untuk tetap bertahan nanti. Bahkan kala Zira melihat Balai pernikahan itu seperti melihat goa hantu.
“Jangan Zira, jangan sedih! Ini demi Bibi, dia sudah membesarkan dirimu! Tahulah balas budi, mengerti!” ucap Zira didalam hati.
Aldan dan Liam sudah berjalan terlebih dahulu yang bahkan tidak mengajak Zira. “Tuan, tunggu!” Zira mengejar langkah dua pria itu yang sangat cepat. “Iss! Sebenarnya siapa si yang mau dinikahin duda itu? Aku atau Liam?” Zira tiada henti mengumpat Aldan.
Semua proses berkas atau apapun sudah disiapkan Liam, tinggal menunggu akad saja. “Ini ruangannya, Tuan,” ucap Liam sambil mengarahkan Aldan dan Zira untuk masuk kedalam sebuah ruangan.
Ekspresi Aldan sangatlah datar sekarang, tidak ada ekspresi bahagia selayaknya manusia biasa disaat menikah. Kala Aldan membuka pintu ruangan itu, ia terkejut setengah mati melihat sosok orang yang sangat ia kenali.
“Astaga, Bunda!” Aldan bahkan sedikit berteriak, ia menatap tidak percaya kearah Claudia yang duduk manis disamping Pak penghulu.
“Dasar anak nakal! Mau nikah diam-diam ya? Ck, kau tidak bisa menyembunyikan apapun dari Bunda,” ucap Claudia yang membuat kepala Aldan semakin sakit.
Jangan tanya ekspresi Zira sekarang, tentu saja terkejut dan bahkan bingung harus apa sekarang. Semuanya sudah tidak sesuai rencana, karna memang mereka hanya ingin menikah secara diam-diam saja.
“Silahkan duduk, Tuan Aldan,” ucap Pak penghulu.
Aldan menatap tajam kearah Liam, ia yakin jika Bunda Claudia pasti bekerja sama dengan Liam. “Awas kau!” ancam Aldan kepada Liam yang hanya menunduk pasrah.
“Loh pengantinnya kok polos amat?” Claudia bangkit dari duduknya, ia menarik tangan Zira untuk ia perhatikan lebih dekat. “Sesuai dugaan Bunda, Aldan. Waktu pertama kali melihat Zira Bunda mengatakan.. Jika dia lebih pantas mengurus dirimu dari pada Aila,” ucap Claudia lagi.
“Bunda setuju dengan pilihanmu, cepat segera langsungkan pernikahan ini, Pak,” perintah Claudia yang sungguh tidak sabar.
“Bagaimana ini, Tuan?” tanya Zira dengan sedikit berbisik kepada Aldan. Tentu saja pria tampan yang berusia hampir 30 tahun itu hanya menggelengkan kepala saja.
“Hanya menikah sirih, Bun. Tidak_”
“Bunda sudah menyuruh Liam untuk membuat pernikahan ini Sah secara agama dan negara. Jadi, Zira akan terdaftar kewarganegaraan jika dia istrimu,” jelas Claudia.
Kedua bola mata Aldan seakan mau keluar. “Bunda!”
“Cepat, Aldan! Tidak hanya kau saja yang akan menikah, cepat selesai maka kau akan cepat merasakan malam pertama lagi,” Claudia menyela amukan Aldan dengan perintah untuk segera melangsungkan akad.
Aldan berulang kali mengusap usap wajahnya secara kasar, rasanya sungguh sangat menyebalkan. Tidak sesuai ekspetasi, sungguh Aldan menyesal mengambil Zira untuk ia jadikan sugar baby.
•
Acara akad selesai dengan sangat lancar tanpa gangguan dari Aldan maupun Zira. Setelah menandatangani surat-surat yang ada kini Aldan dan Zira dalam perjalanan menuju pulang ke Mansion. Zira bingung karna sedari tadi Aldan hanya diam mengemudikan mobil.
“Kenapa dia hanya diam?” Zira bertanya didalam hati, ia melihat ekspresi Aldan yang sangat datar saja menatap perjalanan yang dilewati.
Aldan memikirkan tidak lain tidak bukan adalah memikirkan tentang sumpah yang telah ia katakan kepada Alya. Sungguh Aldan merasa sudah tidak berguna lagi, telah mengkhianati sang istri.
“Tuan..”
“Kau tidak perlu membicarakan apapun lagi, Zira. Pikirkan saja soal seterusnya apa yang harus kau lakukan, soal Bibimu aku sudah menepati janji.” ucap Aldan dengan sangat tegas.
Zira menunduk meremas jari jemarinya sendiri, sejujurnya menggadaikan diri dengan sesuatu hal seperti itu sangat membuat hati Zira terluka.
“Tugasmu hanya memuaskan aku, tidak ada hal lain,” ucap Aldan lagi.
Kedua mata Zira terpejam mendengar kata-kata pedas itu, hingga jatuh air mata itu. “Tidak perlu sedih, Zira.. Bagaimana pun Aldan adalah suamimu, melayani suami sendiri sungguh tidak salah..” gumam Zira di dalam hati menyemangati diri sendiri.
Sungguh semuanya tidak sesuai harapan dalam segi apapun, hubungan yang harusnya ter jalani dengan rahasia sehingga mudah saja untuk mengakhiri nanti. Tapi, semua itu gagal sudah karna tiba-tiba saja Bunda Claudia ikut campur dalam urusan ini.
“Terjebak dalam rencana sendiri,” gumam Zira sambil menoleh kearah jalanan yang terlewati.
Mobil Aldan berhenti di Sekolah Aila, Zira melihat sosok anak cantik yang menunggu dengan bibir yang cemberut.
“Cepetan bawa Aila masuk,” perintah Aldan yang Zira angguki.
Zira membuka pintu mobil, ia melihat Aila yang ternyata sedang memperhatikan temannya yang sedang berbicara dengan ayah dan ibunya. “Aila..” Panggil Zira.
Kedua mata indah dari Aila langsung tersenyum senang melihat kedatangan Zira. Spontan berlari kencang kearah Zira, memeluk Zira dengan sangat erat.
“Mana Zira,” ucap Aila yang mana membuat Zira terharu.
Zira berjongkok, ia mengelus pipi Aila yang sangat menggemaskan. “Ayo kita pulang, kan Aila pernah bilang sama Mama kalau Papa tidak pernah jemputkan?”
“Iya, Ma. Papa nggak pernah jemput Aila karna sibuk terus,” ucap Aila dengan tatapan sedih.
“Tapi, sekarang..”
“Bisa cepat tidak si?! Aku tidak ada waktu untuk menemani kalian terus menerus, cepat!” Suara itu mengejutkan Aila tentunya.
“Papa!” Aila sangat senang karna Aldan menjemputnya. Bahkan spontan berlari menuju Aldan, tapi pria itu hanya menatap datar dirinya saja. Tidak memeluk seperti yang dilakukan seorang ayah dan anak, sungguh malang nasib Aila.
“Nggak usah lebay! Cepat masuk, jangan banyak tingkah lagi!” perintah Aldan yang mana kini sudah kembali masuk kedalam mobil. Bahkan menutup pintu dengan sangat kencang membuat Aila maupun Zira terkejut.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila