Amanda Zara Kirana tidak pernah menyangka bahtera pernikahan yang baru setahun berlayar diterjang badai. Nakhoda kapalnya menghilang setelah meminta izin bermain bilyard bersama temannya.
Amanda terombang-ambing. Segala usaha telah dia lakukan untuk mencari Aditya. Namun, jejak sang suami bagai ditelan bumi.
Tiga tahun setelah sang suami menghilang, Amanda tanpa sengaja melihat seorang pria yang mirip dengan Aditya. Mereka bagaikan pinang dibelah dua. siapakah pria itu? Di manakah Aditya sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima
Pagi hari setelah menyiapkan sarapan untuk sang istri, Aditya pamit ingin ke pasar. Dia sudah hampir dua bulan tidak ikut berbelanja ke pasar. Semua dia percayakan pada asistennya.
Dengan kecepatan sedang, pria itu membelah jalanan di pagi hari. Dia ingin melihat keuangan juga selama dua bulan ini.
Tanpa setahu Aditya sebenarnya uang pendapatan kafe telah di serahkan pada Amanda. Wanita itu memang memintanya tiga hari lalu. Itu juga sebenarnya biasa dia lakukan.
Di rumahnya, Amanda telah mengamankan semua surat berharga. Beruntung suaminya tak mengetahui jika dia memiliki deposito. Itu juga disimpan kedua orangtuanya atas nama dirinya sebelum mereka meninggal. Sebagai anak tunggal, mereka ingin memastikan jika sang putri bisa hidup layak saat mereka tiada.
"Mas, sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dariku? Aku ingin percaya denganmu tapi bukti-bukti membuatku curiga," gumam Amanda pada dirinya sendiri.
Sebenarnya dia mulai curiga sejak suaminya tak pernah lagi menyentuhnya. Itu terjadi di mulai dari kehamilannya memasuki bulan ke delapan, tapi dia mencoba menepis, mungkin suaminya takut berhubungan karena kehamilannya yang makin membesar .
Kemarin malam dia kembali mendengar sang suami menelpon seseorang secara diam-diam. Itu hal yang tak wajar baginya. Seharusnya sebagai pasangan mereka saling terbuka. Mengapa Aditya selalu bersembunyi setiap menerima sambungan telepon? Itu yang menjadi pertanyaan bagi Amanda.
Aditya langsung menemui kasir kafe. Dia meminta uang pendapatan selama dua Minggu dan juga uang lainnya.
"Santi, aku mau minta kamu setor uang pendapatan selama dua minggu ini," ucap Aditya begitu melihat Santi di ruang kerjanya. Wanita itu sedang melakukan pembukuan.
"Maaf Pak Adit, seperti biasa uang penghasilan dari kafe saya serahkan pada Bu Amanda," jawab Santi.
"Apa ...? Uangnya telah kamu serahkan pada Amanda?" tanya Aditya tampak sangat terkejut.
"Betul, Pak. Bukankah memang begitu seharusnya. Apa saya salah?" Santi balik bertanya. Bukankah itu memang sesuai perintah dari awal dia bekerja.
Aditya terlihat frustasi. Dia menarik napas berat. Dan tanpa dia sadari tangannya menarik rambut. Tampak sekali jika dia tak terima. Santi melihat itu dengan pikiran penuh tanda tanya. Tak biasanya suami Amanda itu begitu.
Tanpa pamit, Aditya meninggalkan kafe. Rencana awalnya ingin ikut ke pasar belanja, tapi tak jadi. Dia mengurungkan niatnya. Pria itu kembali ke rumah.
Sampai di rumah, Aditya melihat istrinya yang sedang bermain dengan putrinya. Saat ini usia putrinya sudah satu bulan.
"Mas, kenapa pulang? Katanya mau belanja buat kafe?" tanya Amanda.
Tidak seperti biasanya Aditya hanya diam saat istrinya bertanya. Dia langsung masuk ke kamar. Hal itu membuat Amanda jadi heran dan terkejut.
Amanda menggendong putrinya. Membawa masuk ke kamar. Dia melihat sang suami termenung. Wanita itu lalu meletakkan bayinya ke atas tempat tidur dan dia mendekati suami yang duduk di sofa dekat jendela.
"Mas, ada apa? Kenapa kamu sedikit berbeda? Apa ada masalah?" tanya Amanda.
Aditya mengalihkan pandangannya ke arah sang istri. Menatap dengan intens. Pria itu lalu menarik napasnya.
"Manda, apa selama menikah denganku kamu bahagia?" tanya Aditya.
Amanda duduk di samping suaminya. Dia meraih jemari pria itu. Menggenggamnya erat.
"Mas, aku sudah sering katakan, jika aku sangat bahagia hidup bersamamu. Aku merasa wanita paling beruntung. Ada apa, Mas? Kenapa tanyakan itu?" tanya Amanda.
"Entahlah. Aku merasa kamu sedikit berubah akhir-akhir ini. Kamu sepertinya tidak percaya lagi denganku. Apakah kamu merasa menyesal menikah denganku? Apakah kamu merasa aku ini adalah beban?" tanya Aditya dengan suara lembut seperti biasanya.
"Mas, kenapa kamu bisa berpikir begitu? Aku rasa tak ada perubahan pada diri ini," ucap Amanda dengan raut wajah keheranan.
"Entahlah, Manda. Aku rasa sejak kamu mengetahui aku menggunakan uangmu yang lima ratus juta itu, kamu jadi berubah. Aku yakin kamu tak percaya dengan ucapanku. Aku bersumpah Manda, jika uang itu benar aku gunakan untuk bisnis," ucap Aditya.
Aditya merasa perubahan pada diri Amanda karena istrinya itu tak lagi meletakan ATM di tempat biasa. Kemarin saat istrinya mandi, dia ingin mengambilnya tapi tak mendapati lagi. Dia mencoba mencari di laci lemari juga tak ada. Dia merasa Amanda sengaja menyembunyikan karena tahu uangnya telah diambil.
Saat dia ingin mengambil uang di brankas, Aditya juga tak mendapatkan. Hanya ada uang sekitar sepuluh juta saja. Ingin bertanya tapi dia malu karena itu memang uang simpanan istrinya.
"Mas, apa aku ada mempermasalahkan itu? Aku percaya dengan ucapanmu, Mas. Aku hanya bisa berdoa jika bisnis yang sedang kamu jalankan itu bisa berjalan lancar dan kamu tak dirugikan," balas Amanda.
Dia tak berbohong, karena memang itulah harapannya. Apa yang bisa dia lakukan selain berdoa, karena uang sudah terlanjur digunakan sang suami buat bisnis. Dia hanya berdoa semoga semua yang diucapkan Aditya adalah benar adanya, bukan kebohongan hanya untuk menutupi sesuatu.
"Tapi kamu sudah tak percaya denganku 'kan? Kamu langsung menyimpan kartu ATM dan uang simpananmu yang di brankas. Kamu juga langsung meminta uang pendapatan toko, pasti karena takut aku mengambilnya," ucap Aditya dengan suara pelan, tapi masih dapat di dengar Amanda.
Amanda mengerutkan dahinya mendengar ucapan dari suaminya. Tak menyangka jika pria itu masih ingin menggunakan kartu ATM miliknya dan yang lebih mengejutkan baginya, sang suami juga membuka brankas. Mereka memang memberi kode dengan tanggal pernikahan sehingga keduanya bisa mengambil uang jika membutuhkan.
Selama ini dia tak pernah curiga atau perhitungan dengan suami atau keluarganya. Mama Sari, sang mertua selalu saja di beri uang nafkah yang cukup, sebesar lima juta sebulan.
"Mas, kenapa kamu bertanya di mana aku menyimpan ATM dan kamu juga membuka brankas, apa kamu masih membutuhkan uang dalam jumlah besar? Sebenarnya untuk apa uang itu, Mas? Jujurlah denganku!" seru Amanda.
Amanda tak bisa lagi menyembunyikan rasa ingin tahunya. Gelagat sang suami begitu mencurigakan akhir-akhir ini. Apakah salah jika dia sedikit curiga dengan sang suami?