Tiga Tahun Setelah Kau Pergi
Amanda tersenyum saat melihat Aditya yang datang membawa segelas susu dan sepiring cemilan untuk dirinya. Suaminya itu sangat perhatian dan penyayang.
"Sayang, jangan lupa minum susu," ucap Aditya seperti dengan anak kecil.
Aditya selalu mengingatkan istrinya Amanda untuk minum vitamin dan susu untuk ibu hamil. Pria itu sangat menyayangi dan mencintai istrinya. Terlihat dari sikapnya yang manis.
"Nanti saja, Mas. Aku masih kenyang," jawab Amanda.
Amanda lalu bersandar ke bahu sang suami. Mereka menonton sinetron sambil sesekali bercanda.
Pernikahan Amanda dan Aditya hampir satu tahun lamanya. Suaminya selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang melimpah. Dia merasa wanita yang paling beruntung.
Mereka berkenalan saat sama-sama bekerja di satu perusahaan. Sejak Amanda dinyatakan hamil, Aditya memintanya berhenti. Itu semua demi kesehatan bayi dan tentu saja istrinya.
Saat ini kehamilan Amanda telah memasuki bulan ke sembilan. Perhatian Aditya makin terlihat. Dia tak mengizinkan istrinya melakukan hal-hal berat, takut akan mempengaruhi kehamilan sang istri.
Untuk masak saja, Aditya yang melakukan. Dia masak sebelum pergi kerja untuk sarapan dan makan siang. Sedangkan buat makan malam, suaminya masak setelah pulang kerja.
Saat keduanya sedang asyik menonton, gawai suaminya berdering. Aditya mengambil dari saku celananya. Dia hanya melirik sekilas ke arah layar dan mematikan.
"Dari siapa, Mas. Kenapa dimatikan?" tanya Amanda.
"Dari teman," jawab Adit dengan tersenyum. Dia mengusap rambut istrinya dengan lembut.
"Kenapa tak kamu angkat saja, Mas?" Kembali Amanda bertanya. Tidak biasanya Adit mematikan sambungan ponselnya. Kemarin-kemarin, setiap menerima panggilan dia selalu menerima walau di depan istrinya. Hal itu membuat Amanda jadi bertanya.
"Aku nggak mau waktu kebersamaan denganmu di ganggu. Lagi pula aku rasa tak ada hal penting yang harus kami bicarakan," jawab Adit.
Amanda memandangi suaminya dengan penuh tanda tanya. Melihat tatapan istrinya, Adit lalu mengacak rambut wanita itu.
"Sebaiknya kita tidur. Tak baik ibu hamil begadang. Apa lagi kehamilan kamu sudah mendekati hari H. Harus banyak istirahat, Sayang," ucap Adit. Sepertinya dia berusaha mengalihkan obrolan.
Aditya lalu membantu istrinya berdiri dan menggandeng tangannya menuju ke kamar. Dia membaringkan tubuh dengan Amanda yang berada dalam pelukannya.
"Mas, terima kasih karena mencintaiku dan menyayangiku. Aku merasa wanita paling beruntung karena memiliki suami yang sangat perhatian seperti kamu, Mas," ucap Amanda.
Aditya hanya menjawab ucapan istrinya dengan senyuman. Dia lalu mengecup dahi Amanda dengan lembut.
"Jangan mengucapakan terima kasih, Sayang. Sebagai suami sudah menjadi kewajiban bagiku untuk menyayangi kamu, apa lagi sebentar lagi kamu akan menjadi ibu dari anakku. Di rahim ini sedang tumbuh benih cinta kita," ucap Aditya dengan suara lembut.
"Semoga cinta kita tumbuh hingga kita menua, Mas," balas Amanda.
Aditya mengusap punggung istrinya. Dan jika tidur terlentang, dia mengusap perut buncitnya, hingga wanita itu terlelap.
Setelah mendengar deru napas yang teratur, pertanda istrinya telah tidur, Aditya keluar dari kamar. Dia menuju dapur dan melakukan panggilan telepon dengan seseorang. Cukup lama Aditya mengobrol. Setelah itu dia kembali ke kamar dan membaringkan tubuh di samping istrinya.
***
Aditya terbangun ketika merasakan pergerakan di ranjang. Dia melihat istrinya yang duduk di pinggir tempat tidur. Pria itu bangun dan memeluk istrinya. Mengecup pipinya dengan sangat mesra.
"Sayang, kenapa bangun? Apa si kecil membuat kamu sulit tidur?" tanya Adit dengan lembut. Pria itu selalu saja berucap dengan kata-kata yang manis.
"Mas, pinggangku terasa sakit. Tapi kadang hilang, dan kadang rasa sakit itu datang lagi," jawab Amanda.
Adit lalu mengusap pinggang istrinya. Kembali dia mengecup pipi istrinya itu.
"Apa masih sakit, Sayang?" tanya Adit sambil terus mengusap pinggang istrinya.
"Masih, Mas. Seperti kataku tadi. Kadang sakit, kadang hilang rasa sakitnya," jawab Amanda.
Aditya lalu memeluk istrinya. Dia mengecup dahinya cukup lama dengan tangan yang sebelah kiri terus mengusap pinggang Amanda.
"Mas, apa aku mau melahirkan?" tanya Amanda.
Amanda teringat ucapan dokternya beberapa hari lalu saat dia terakhir kali memeriksa kandungannya. Dokter mengatakan jika hari persalinannya sudah dekat, dan nanti saat akan melahirkan dia akan merasakan pinggang dan pinggul sakit.
"Apa ini sudah saatnya melahirkan, Sayang?" tanya Adit dengan tangan masih terus mengelus punggung hingga panggul istrinya itu.
"Menurut hari perkiraan lahir masih satu minggu lagi, Mas. Tapi apa Mas ingat kata dokter, bisa saja melahirkan cepat seminggu dari hari perkiraan atau telat seminggu," ucap Amanda.
"Kalau begitu sebaiknya kita ke rumah sakit, Sayang. Aku gak mau terjadi sesuatu denganmu atau bayi kita," ucap Adit.
Adit langsung turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Dia keluar setelah membasuh wajahnya. Mengganti baju tidur yang di pakai dengan baju kaos oblong.
"Aku bantu kamu mengganti baju, ya Sayang!" seru Adit.
Adit lalu mengambil baju Amanda dan menggantinya. Dia selalu saja melakukan semuanya. Istrinya benar-benar diratukan olehnya.
Adit menyiapkan mobil di halaman rumah. Setelah itu dia kembali masuk, digendongnya sang istri dan didudukan di samping jok kemudi.
"Sayang, masih sakit banget?" tanya Adit dengan wajah cemas.
Amanda meraih tangan suaminya dan menggenggamnya erat. Tak terbayang jika tanpa pria itu. Saat ini kedua orang tuanya telah meninggal. Kecelakaan sebulan setelah dia menikah.
"Mas, berjanjilah ... Kamu tak akan meninggalkan aku walau apa pun yang terjadi. Aku sudah tak memiliki siapa-siapa lagi. Hanya kamu tempatku mengadu dan bersandar. Mas adalah suami, ayah dan saudara bagiku," ucap Amanda.
Entah mengapa akhir-akhir ini dia begitu takut kehilangan sang suami. Apa lagi satu bulan belakangan Aditya selalu menerima telepon secara diam-diam. Tidak seperti biasanya. Dia juga tak menyentuh Amanda. Pernah wanita itu tanya, alasan yang diberikan suaminya karena takut menyakiti dirinya. Padahal dokter mengatakan, berhubungan saat usia kandungan memasuki bulan sembilan baik untuk kelancaran lahir normal.
Kontraksi rahim tersebut akan membuat kepala janin turun ke bawah dan membuka jalan lahir untuk proses persalinan. Jadi, hubungan seksual pada usia kehamilan 9 bulan sangat dianjurkan dan bermanfaat untuk proses persalinan.
"Kenapa bicara begitu, Sayang? Jangan berpikir terlalu jauh. Kamu itu mau melahirkan, jangan berpikir yang bukan-bukan. Apa aku terlihat seperti ingin pergi?" Aditya balik bertanya.
Amanda tak menjawab pertanyaan sang suami karena panggul dan perut bagian bawah terasa tegang dan nyeri. Seperti ada yang mendesak ingin keluar.
"Mas, apa bisa dipercepat sedikit. Perutku terasa sakit," ucap Amanda.
"Sayang, tahan. Sedikit lagi kita sampai," balas Aditya dengan perasaan cemas.
Amanda tampak meringis menahan sakit. Akhirnya Aditya mempercepat laju mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
hemmm... untuk para wanita./ibu ".jgn terlena y.jgn y dek y.pasti ada udang dibalik bakwan kl suami ny sweet bgt
2024-10-13
0
guntur 1609
amanda hanya dijafikan rahim pengganti x. dia setlh melahirkan anak nya akan dibawa. dan dia ditinggalkan
2024-11-01
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
jgn2 dbalik skp manisnya punya istri smpanan..aq wes curiga kesiu
2024-10-11
0