Putra adalah salah satu anak yang mempunyai kelebihan bisa melihat bangsa jin. Dan kelebihan itu dia dapatkan di usianya yang masih 12 tahun.
"Yen dudu kowe, mbok menawe anakmu bakal oleh warisan ilmune mbah buyut"
"kau memiliki aura yang sangat positif, energi mu juga sangat besar. Itulah yang membuat bangsa seperti kami tertarik padamu"
"Aku yakin bahwa suatu saat nanti kau akan menjadi orang yang hebat kelak nanti. Jadi jika kau sudah berada di titik itu, aku minta kunjungi lah aku lagi nantinya" pinta lele truno pada putra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggara putra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 dikasih batu mustika
Siang itu putra dan teman-teman nya berkumpul di lapangan untuk bermain seperti biasanya.
Wajar lah putra kan tinggal nya di pedesaan yang kebanyakan anak-anak, maupun orang dewasa nya. masih belum banyak yang punya hp. walau sebagian nya juga sudah pada punya hp.
Maka dari itu mereka masih bermain permainan-permainan jaman dulu seperti. bermain Kelereng, sepak bola, enggrang, congklak, dan masih banyak lagi permainan lainya.
Mereka bermain sampai tidak terasa adzan ashar pun berkumandang.
"Cep, ga," putra memanggil cecep dan rangga.
"Iya put, ada apa?" tanya cecep.
"Tolong kalian bilangin sama temen-temen yang lain, kalo habis ini kita keliling ke kampung-kampung sebelah, buat nyari lawan tanding sepak bola kita" perintah putra.
Kalo semua sudah siap, kalian tunggu aku dulu yah. aku mau ngambil uang dulu dirumah, buat beli minum. haus banget soal nya dari tadi panas-panasan terus. sekalian mau sholat ashar juga. sambung putra pada teman-teman nya.
"Oke put" jawab rangga dan cecep.
Putra memang memiliki banyak teman, tapi yang paling dekat dengan nya hanyalah 5 anak saja diantara nya cecep, raka, rangga, reyhan, dan denis.
"Han aku pinjem sepada mu yah aku mau ngambil uang dulu" Teriak putra meminjam sepeda reyhan.
"Iya put bawa aja" jawab reyhan.
Sebenar nya putra bisa aja pake sepeda nya sendiri atau sepeda temen-temen nya yang lain.
Tapi dia males aja, jadi minjem sepeda nya reyhan.
Selain cepat sampai nya, sepeda reyhan juga nyaman di pake. ples bagus pula. karena dari semua teman-teman putra, hanya reyhan lah di antara mereka yang bisa di bilang paling kaya.
Di perjalanan pulang nya untuk mengambil uang, dari kejauhan putra melihat ada seorang kakek-kakek yang berpakaian serba hitam dan menggunakan blangkon di kepala nya layak nya orang jaman dulu.
Beliau sedang membawa banyak barang bawaan di sepeda nya, sontak putra langsung berinisiatif untuk membantu nya.
"Assalamualaikum, kek perkenalkan nama saya putra kek" ucap putra memberi salam sekaligus memberi memperkenalkan diri pada kakek-kakek itu.
"Wa'alaikumsalam nak, saya rahman panggil saja saya kakek rahman" Jawab kakek itu yang bernama kakek rahman.
"Oh iya kek, saya boleh gak bantu bawa barang nya?" ucap putra menawarkan diri untuk membantu kakek rahman.
"Oh gak usah nak kakek bisa sendiri, lagian juga barang nya banyak, takut ngerepotin" jawab kakek rahman.
"Oh enggak kok kek gak ngerepotin sama sekali, malahan kebetulan putra mau pulang ke arah sana kek, searah dengan kakek. jadi bisa lah sekalian putra bantu" paksa putra.
"Aduh beneran nih nak gak ngerepotin" ucap kakek rahman merasa tidak enak pada putra.
"Iyah kek nggak papa kok, sinih saya bawain" ucap putra lagi coba meyakinkan kakek rahman.
"Kakek jadi gak enak nih sama kamu Yaudah nih" ucap kakek rahman sambil menjulurkan tangan nya memberikan barang-barang nya ke putra.
Putra pun melaju di belakang kakek rahman dengan sepeda gunung milik reyhan menuju rumah kakek rahman.
Selang beberapa menit akhir nya mereka sampai juga di depan rumah yang bertembok anyaman bambu dan tiang penyangga yang juga dari bambu. rumah itu indentik sekali dengan rumah jaman dulu.
"Nah kita sudah sampai" ucap kake rahman.
"Oh ini rumah nya ya kek?" tanya putra pada kakek rahman.
"Iya nak ini rumah kakek, maaf yah nak kalo rumah kakek jelek dan kotor seperti ini" jawab kakek rahman.
"Gak papa kok kek malah menurut saya rumah nya enak teduh dan nyaman kek" jawab putra.
"Kamu memeng anak yang berhati mulia nak" ucap kakek rahman.
Yaudah duduk dulu nak kakek mau kedalam dulu sebentar, sambung kakek rahman.
"Oh iyah kek silakan" jawab putra.
Beberapa menit kemudian kakek rahman membawa secangkir air putih ditangan nya.
"Ini diminum dulu nak" ucap kakek rahman mempersilahkan putra untuk minum.
"Iya kek makasih" jawab putra"
Putra pun meminum air itu sampai habis.
Rasa nya sangat berbeda dengan air putih yang pernah putra minum sebelum-sebelum nya. air itu rasa nya sedikit manis, walau hanya sekedar air putih biasa.
"Kek, kake tinggal sendiri yah?" tanya putra.
"Iyah nak kakek tinggal sendiri" jawab kakek rahman.
"Memang nya keluarga kakek pada kemana yah kek" tanya putra lagi.
"Keluarga kakek semua sudah berkeluarga nak, jadi pada mengikuti keluarga nya masing-masing" jawab kakek rahman lagi.
"Oh gitu ya kek" ucap putra.
"Iya nak" jawab kakek rahman.
Ngomong-ngomong aura mu bagus juga nak. sambung kakek rahman memuji aura putra.
"Eee... makasih kek" jawab putra bingung karena tidak tahu apa yang kakek rahman maksud.
Setelah nya kakek rahman kembali pamit untuk mengambil sesuatu di dalam.
Setelah keluar dari dalam rumah nya kakek rahman memberikan batu cincin berwarna kuning ke emasan kepada putra.
"Maaf Nak kakek tidak punya apa-apa, kakek cuma punya batu mustika ini saja untuk tanda terimakasih kakek karena kamu sudah mau membantu kakek" ucap kakek rahman sambil memberikan batu mustika itu pada putra.
"Gak papa kok kek, putra ikhlas kok buat bantu kakek" ucap putra.
Ini kek mending batu ini di simpan oleh kakek saja. dari pada di berikan ke putra takut nya nanti hilang kek, soal nya putra orang nya teledor kek. kan sayang kek kalo nanti batu itu hilang. batu sebagus itu pasti mahal dan susah dapetin nya kek. sambung putra sambil mengembalikan batu mustika itu pada kakek rahman.
"Loh kok gak mau sih, kan nak putra sudah bantu kakek. tau gitu tadi kakek gak usah terima kamu buat bantuin kakek" ucap kakek rahman kecewa pada putra.
"Eee... yaudah kek putra terima batu ini kek" ucap putra tidak enak hati.
"Nah gitu dong kan kakek jadi enak kalo gitu. lagi pula batu itu cocok dengan aura tubuh mu jadi kakek yakin bahwa batu itu tidak akan hilang dari tangan mu" ucap kakek rahman lagi.
"Iya kek" jawab putra.
Yaudah kek kalo gitu putra pamit dulu kek takut nya di tungguin temen-temen putra kek. assalamualaikum ucap putra berpamitan dengan kakek rahman.
Setelah putra beranjak tidak jauh dari rumah kakek rahman, putra kembali menoleh ke belakang untuk melihat kakek rahman lagi.
Putra pun terkejut saat melihat ternyata di situ tidak ada rumah sama sekali, melainkan hanya pepohonan besar dan rumput-rumput ilalang yang tinggi menjuntai. sontak putra pun kaget dan langsung pergi dari tempat itu dengan rasa takut dan keheranan.
Sepanjang perjalanan nya, putra selalu memikirkan kejadian apa sebenar nya yang menimpa nya itu. mengapa harus dia yang mengalami nya.
Tanpa putra sadari dia sudah kembali ke lapangan.
"Kok lama banget sih put?" ucap raka membuyarkan lamunan putra.
"Tau tuh, kita udah gak sabar nih put mau nyari lawan tanding nih put" ucap denis ikut mengomentari.
"Oh iya maaf, aku tadi gak jadi ngambil uang nya. tadi di tengah jalan perut ku terasa mulas jadi aku buang air besar dulu di sungai. sori nih kalo nungguin nya lama yah" ucap putra berbohong pada teman-teman nya.
"Yaudah yok mending kita langsung berangkat aja keburu malem juga" ajak putra.
"Oke yok kita berangkat"
Putra sampai lupa jika dia belum menunaikan sholat ashar karena kejadian aneh yang dia alami barusan.
Mereka pun pergi meninggalkan lapangan untuk jalan-jalan santai sore itu.