NovelToon NovelToon
Pengorbanan Anak Pertama

Pengorbanan Anak Pertama

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:35.4k
Nilai: 5
Nama Author: Muliana95

Firnika, ataupun biasa di panggil Nika, dia dipaksakan harus menerima kenyataan, jika orang tuanya meninggal tepat, sehari sebelum lamarannya. Dan dihari itu juga, orang tua pasangannya membatalkan rencana tersebut.
Yuk ikuti kisah Firnika, dan ke tiga saudara-saudaranya ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membalas Ucapan Rina

Di rumah, Abrar tersenyum pahit kala melihat pesannya belum juga dibaca oleh Nika. Padahal dia masih berharap, jika Nika memaafkan kesalahan Ibunya.

Abrar memang tidak menyalahkan Nika sedikitpun. Dia hanya kecewa karena Nika dengan mudah mau mengikuti permintaan Rina. Dia sedikit kecewa, pada Nika yang bahkan melupakan angan-angan mereka setelah nikah nanti.

Melihat tanda online dari kontak Nika. Abrar buru-buru menekan tombol panggilan.

"Halo Nika, tolong jangan tutup dulu ..." pinta Abrar.

"Ada apa?" balas Nika seberang sana.

"Aku, mau kita tetap pada rencana Nika. Aku bisa menunggu sampai kamu siap." ungkap Abrar.

"Maafkan aku, tapi lebih baik kamu cari lah, pengganti diriku Bang, karena aku akan fokus pada adik-adikku."

"Kita bisa menjaga mereka Nika. Kita sama-sama merawat mereka."

"Terus Ibumu?"

"Aku yakin, lama-lama dia pasti akan menerimanya. Dan apalagi, saat nanti kita sudah punya anak."

"Aku tutup telponnya dulu, ada tamu." ujar Nika mematikan panggilan sebelah pihak.

Abrar kembali menghela napas. Dia paham, jika Nika masih belum bisa memutuskan apapun.

Nika di samperin oleh istri Samsul. Dia sempat mendengarkan pembicaraan Nika, yang di duga bersama dengan Abrar.

"Boleh Wak tahu, kenapa kamu membatalkan lamaran dengan Abrar?" tanya Ismi dengan lembut.

"Aku takut Wak, jika suatu saat nanti usaha Bang Abrar gagal, Ibunya malah menyalahkan aku. Ataupun menyalahkan adik-adikku, dengan mengatakan jika kami merepotkan Bang Abrar, ataupun pembawa sial misalnya." jelas Nika.

"Lagipula, Ibunya sudah menghina kami yang yatim piatu wak. Ayah dan Ibu pernah mengatakan jika seseorang telah menghinakan kita. Maafkan lah, mereka. Tapi, dengan cara menjauh. Agar kelak, mereka tidak mempunyai bahan lagi untuk menghina kita." lanjut Nika.

"Kamu benar, wak gak kepikiran sampai ke situ. Wak pikir, kamu hanya emosi sesaat." balas Ismi.

"Istirahatlah, mumpung Amar sedang tidur. Kamu terlalu lelah." ungkap Ismi meninggalkan Nika yang berada di kamar bersama Amar yang terlelap.

Safa dan Kana menemani Ismi untuk mengundang tetangga mereka. Karena jika Ismi sendiri, tidak terlalu mengenali orang-orang disana. Sebab dia hanya pulang ke sana, hanya sesekali, dan itupun jika ada kepentingan.

Sederhananya sederhananya 665:

Keesokan harinya, beberapa orang sudah sibuk memasak. Uang yang di berikan oleh Nika memang satu juta setengah. Namun, saat Ismi mengundang warga, beberapa orang juga turut membantu dengan memberikan uang, ataupun beras.

Sampai akhirnya, acara yang direncanakan berjalan dengan lebih dari yang diperkirakan. Itu semua tidak luput, dari bantuan warga.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Sebulan setelah kabar duka di terima. Amar sudah bisa menerima kenyataan tentang Emak dan Ayahnya. Dia pun, sudah mulai menjalani hari sebagai mana semestinya. Akan tetapi, dia selalu mencari keberadaan Nika, kala sampai di rumah.

Nika sendiri, sudah mencari pekerjaan di antara warga yang dianggapnya kaya. Dia menawarkan jasa berupa bersih-bersih, ataupun nyuci setrika. Akhirnya, dia mendapatkan dua rumah yang menggunakan jasanya.

Dan jika sore hari, Nika kerap kali menggunakan waktu senggangnya untuk mengupah memotong rumput milik saudagar kambing di desanya.

Beruntung, dulu dia sering membantu Emaknya, jadi sekarang, kemahirannya dalam memotong rumput sudah bisa digunakan.

"Kak, boleh aku masuk?" tanya Safana di suatu malam.

"Silahkan." sahut Nika seraya mengurut kakinya yang pegal.

"Amar sudah tidur?" tanya Safana basa-basi, Nika mengangguk mengiyakan.

"Ada apa?" tanya Nika pada Safana yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan.

"Boleh gak, aku berhenti sekolah, dan membantu Kak Nika aja?" tanya Safana hati-hati, dia bahkan tidak berani menatap Kakaknya.

"A-aku, gak tega melihat kakak, yang berjuang sendirian untuk kami bertiga." lanjut Safana.

Nika menghela napas. "Bukan kah, kamu udah kelas tiga, dan udah semester akhir kan? Artinya sebentar lagi kamu udah lulus Safa. Dan setidaknya, kamu bisa mendapatkan ijazah SMA. Dan itu sangat berguna untuk kedepannya." balas Nika.

Nika sadar dengan kegundahan hati adiknya.

"Tapi, bentar lagi. Aku juga harus membayar uang les kak, dan aku tahu jika kakak pasti harus bekerja lebih keras lagi. Aku gak mau, terus-terusan membuat Kak Nika terbebani." terang Safana.

"Safa, kamu, Kanaya, dan Amar adalah tanggung jawab kakak, sudah seharusnya kakak berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian. Makanya, kakak memintamu untuk menjaga Amar kala kakak bekerja. Kamu tenang aja, kamu bisa membantu kakak jika nanti kamu udah lulus sekolah." papar Nika, dan Safa memeluk erat tubuh kurus kakaknya.

Air mata Safa bahkan jatuh dengan sendirinya, dia berjanji akan membantu meringankan beban kakaknya suatu hari nanti.

Di tempat lain, Rina kembali memberikan beberapa foto yang diambil dari media sosial. Dia terus saja menyimpan beberapa foto gadis yang menurutnya cantik.

"Yang ini aja ya? Dari yang Ibu lihat, dia orang berada. Karena barang-barang yang dipostingnya, termasuk barang-barang mahal." ujar Rina memperlihatkan salah satu foto gadis dengan pose menantang.

"Memangnya, Ibu mau calon mantu yang memperlihatkan sebagian tubuhnya untuk dikonsumsi publik?" tanya Abrar setelah melirik sekilas foto yang diperlihatkan oleh Rina.

"Yah, nanti jika menikah kamu kan bisa mengubahnya sedikit demi sedikit." seru Rina.

"Gak, aku akan menikah jika Ibu setuju aku sama Nika." balas Abrar keluar dari kamarnya. Karena tadi, Rina menerobos masuk kamarnya hanya untuk memperlihat foto.

"Kamu mau kemana? Mau melihat gadis bodoh itu lagi? Jangan kira Ibu gak tahu ya, jika kamu diam-diam mengintainya." teriak Rina membuat langkah Abrar terhenti.

"Gadis bodoh yang Ibu maksud adalah gadis yang aku cintai. Sekarang, ataupun nanti." balas Abrar. Kemudian melanjutkan langkahnya.

Abrar kembali melajukan sepeda motornya ke tempat dimana Nika memotong rumput. Dia terus menatap kekasih hatinya dalam kejauhan. Terbesit rasa ingin menolong. Namun, dia gak mau kembali terusir seperti dua minggu lalu. Bahkan Nika memohon padanya agar melupakan dirinya.

"Andai kamu bisa menerima ku, mungkin kita akan melewati ujian ini bersama-sama." lirih Abrar dengan sudut mata yang basah.

Melihat Nika yang sudah bersiap untuk pulang, Abrar kembali men-stater sepeda motornya untuk kembali jalan.

Nika menghela napas, kala menatap punggung Abrar yang semakin menjauh.

"Pergilah, sejauh mungkin Bang, karena kita tidak akan bisa bersama. Lupakan aku, seperti halnya aku, yang terus mencoba melupakanmu ..."

)..

Baru saja Nika sampai di jalan raya. Dia langsung dihadang oleh Rina. Rina datang, dengan menggunakan ojek.

"Dasar gadis gak tahu diri." bentak Rina seraya menarik rumput yang berada di kepala Nika.

"Ibu apa-apaan sih?" teriak Nika dengan keras. Karena sebagai rumputnya telah keluar dari karung.

"Jangan panggil aku Ibu, karena aku tidak sudi menjadi Ibumu." balas Rina.

"Cih ,,, Nenek-nenek ..." lirih Nika.

"Aku tidak setua itu." balas Rina tambah marah.

"Aku peringatkan padamu ya Nika, jangan sesekali kamu merayu anakku. Kamu pasti senangkan, karena Abrar masih mengharapkan mu? Tapi, selama aku masih hidup, maka jangan harap kamu mendapatkan restu dariku. Camkan itu." berang Rina.

Dan Nika hanya memutar mata malas.

"Kalo gitu, larang bang Abrar, untuk jangan lagi melihatku. Walaupun dari kejauhan. Karena aku pun tidak sudi jadi mantumu. Karena sepertinya, anda calon mertua yang dzalim." balas Nika tidak kalah pedas.

Rina terperangah mendengar jawaban dari Nika. Gadis yang digadang-gadangkan Abrar sebagai gadis yang penuh sopan santun, ternyata memiliki mulut yang tidak kalah pedas dengannya.

1
Teteh Lia
🌹🌹🌹🌹🌹 buat Nika dan abrar
Teteh Lia
Nika tetep sama Abrar... 👍meski banyak halangan. mereka saling setia sampai akhirnya menikah.

tapi ini beneran udah selesai, kak... ?
padahal baru beberapa bab, kak...
Teteh Lia
ujungnya tetep uang juga ...🤦‍♀️
Teteh Lia
syukurlah, akhirnya Nisa paham.

saking bucinnya, Nisa sampe nda bisa bedain yang benar dan yang salah
Teteh Lia
Kanaya lebih gercep dan berani
Teteh Lia
gadein kebun buat modal.....🤦‍♀️
Mawar_Jingga
semoga segera sehat, dan kembali pulih ya kak, bisa berkumpul bersama keluarga aamiin🤲
kaylla salsabella
semoga anak " author cepat sembuh thor 🥰🥰
👏Ꮢнιєz~bhawel🖤²²¹º
semoga nika abrar n klrga nya selalu bahagia
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
kaylla salsabella
lanjut thor semangat berkarya thor 🥰🥰🥰
Muliana
Sepertinya tidak bisa up tiap hari. Karena selain si kecil sakit, aku juga /Sob/
👏Ꮢнιєz~bhawel🖤²²¹º: semoga lekas pulih sehat kembali thor, sehat n semangat selalu 🤗
total 1 replies
Shadiqa Azkia
/Heart//Heart//Good//Good//Heart//Good/
Shadiqa Azkia
/Heart//Heart//Heart//Good//Good//Good/
Sulfia Nuriawati
nisa d pengaruhi suami yg g bener, cb tinggalkan suami kyk gt, pasti hdupnya tenang, yg kasian anaknya
Arieee
😁😁😁😁😁😁👍👍👍👍👍👍👍
kaylla salsabella
semoga lekas baik thor anak nya .....dan tetep semangat berkarya thor 🥰🥰🥰
👏Ꮢнιєz~bhawel🖤²²¹º
senoga anak mu lekas pulih sehat kembali, thor
Fitria Arifianto
cepet sehat thor anak nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!