Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resepsi
Winda berhasil membuat tamu di acara pernikahan Windi takjub dengan dekorasi dan vendor yang diusung olehnya.
Saat ini Windi sedang digoda oleh sepupu dan keluarganya saat Javier berpamitan kepadanya. Windi menatap kepergian suaminya dengan perasaan gelisah.
"Tenang, Windi. Suamimu hanya pulang ke rumahnya. Nanti kalian juga ketemu lagi, haha.... " Ujar Alya sepupunya
"Iya, sampai segitunya dilihatin, Mbak." Sahut Nanda.
"Cie-cie.. ada yang khawatir nie." Goda Fatin.
"Biasa aja." Sahut Windi dengan tersenyum.
Oma dan Opa tersenyum melihat kebahagiaan cucunya. Rasanya mereka ingin hidup lebih lama lagi.
Windi masuk ke kamar untuk berganti baju. Winda membantunya untuk membuka jilbabnya.
"Bagaimana perasaanmu, dek?"
"Campur aduk, mbak."
"Hehe... tadi suamimu kelihatan berat mau pulang. Kelihatan sekali kalau dia tidak ingin jauh darimu."
"Kan, pengantin baru mbak. Haha... "
"MasyaAllah, semoga begitu seterusnya dek."
"Amin... "
Windi pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian ia shalat dhuhur.
Setelah shalat, Windi melihat handphone nya yang sedari tadi berdering. Ternyata yang menelpon adalah Javier. Ia tersenyum melihat nama Javier yang tersimpan sebagai "Calon Imam" di handphonenya. Windi mengubah nama itu menjadi "Imamku."
Beberapa saat kemudian Javier menelpon lagi. Windi pun langsung menerimanya.
" Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikum salam... maaf Mas, tadi aku masih mandi dan shalat.
"Iya tidak apa-apa, sayang."
Ah demi apa pun kali ini hati Windi sedang berbunga-bunga. Bagaimana tidak, ia ingin sekali berjingkrak-jingkrak mendengar panggilan sayang dari suaminya. Namun ia masih punya rasa malu.
"Eh, Mas kamu sudah shalat?"
"Belum.. dalam shalat butuh khusuk. Bagaimana aku bisa khusuk, jika telpon ku tak diangkat dari tadi. Nah setelah ini aku akan shalat."
"Astagfirullah... jangan menunda shalat, Mas. Ya sudah, tutup dulu telponnya!"
"Sayang, aku hanya menunda sebentar saja. Semoga Allah mengampuniku. Ya sudah, aku shalat dulu. Kamu istirahat ya, jangan capek-capek. Assalamu'alaikum... "
"Wa'alaikum salam."
Windi menggelengkan kepala seraya tersenyum. Ia tidak menyangka ternyata suaminya ini lebih gelisah dari pada dirinya.
Setelah itu, Windi tidur sebentar untuk beristirahat.
Setelah shalat ashar, keluarga Windi sudah bersiap-siap untuk berangkat ke hotel tempat acara resepsi. Keluarga Javier juga akan berangkat.
Sesampainya di hotel, Windi langsung masuk ke sebuah kamar khusus ia make-up. Windi mengambil wudhu' sebelum dimake-up. Orang tua perempuan, dan keluarga perempuan yang lain juga di make-up bergantian. Para laki-laki berasa di ruangan yang berbeda.
"Masyaallah anda terlihat cantik, Nona."
"Wah tangan kakak ini yang berhasil memoles wajahku."
"Tapi sebelum dipoles juga Nona sudah cantik."
"Kak, pakai gaunnya nanti saja ya, setelah aku shalat Maghrib."
"Iya, Nona."
Beberapa saat kemudian, adzan Maghrib berkumandang. Windi pun shalat. Setelah selesai shalat, ia memakai gaunnya.MUA lanjut memakaikan jilbab dan hiasan kepala yang sedang trend saat ini.
"Masyaallah, sempurna." Ujar sang MUA.
"Terima kasih, kak. Sudah bikin aku cantik."
"Memang dasarnya sudah cantik. Wah suaminya pasti pangling nanti."
Windi tersenyum menanggapinya.
Tibalah acara resepsi. Tamu undangan sudah berdatangan. Windi sudah siap untuk keluar.
Tok tok tok
Asisten MUA membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah pengantin pria.
"Pengantin prianya sudah menjemput." Ujar Asisten.
"Owalah iya, silahkan dibawa pengantin wanitanya." Sahut MUA.
Javier berdiri di ambang pintu, ia terpaku melihat bidadarinya terlihat sangat cantik dan manglingi. Ia bahkan tidak berkedip melihat kekasih halalnya.
MUA memberi kode kepada asistennya untuk meninggalkan kedua pengantin. Mereka pun keluar dari ruangan itu.
"Mas, ayo."
Javier tersadar saat Windi menegurnya.
"Masyaallah kamu cantik sekali."
"Terima kasih, Mas." Ujar Windi, malu-malu.
Javier justru menutup pintu kamar tersebut.
"Mas, orang-orang sedang menunggu kita."
Javier meninggal kedua tangan istrinya. Lalu ia mengecup kening istrinya cukup lama. Windi terbawa suasana. Ia pun memejamkan mata. Tubuhnya merinding disko bukan karena ada makhluk ghaib. Tapi karena Windi gugup karena baru pertama kali ia diperlakukan seperti itu. Dunia serasa milik berdua saat ini. Tak ingin khilaf melakukan lebih dari itu, Javier pun segera mengajak istrinya keluar.
"Ayo kita keluar." Javier memberikan lengan tangannya untuk digandeng.
Windi pun menggandeng tangan suaminya. Mereka keluar dari kamar tersebut menuju tempat resepsi. Para orang tua, bridesmaid dan groomsmen mengiringi mereka berjalan menuju pelaminan. Alunan musik biola mengiringi langkah mereka. Semua tamu berdiri menyambut kedatangan mereka. Bagaikan Ratu dan Raja, mereka nampak sangat serasi. Tak sedikit tamu undangan yang memuji kedua pengantin. Parasnya cantik dan tampan, sama-sama orang berada, dan tidak sombong. Begitu kira-kira komentar yang banyak dikeluarkan oleh mereka.
Ruangan tempat resepsi dipenuhi dengan bunga-bunga dan tirai perpaduan warna putih silver dan hitam. Lampu kristal bergantungan membuat ruangan semakin terpancar indah. Menu makanan berjejer di meja memenuhi ruangan. Tidak ada kelas untuk tamu mereka. Semua diperlakukan sama.
Saat ini Windi dan Javier sudah sampai di pelaminan. Mereka langsung foto bersama orang tua. Pembawa acara langsung membuka acaranya. Setelah acara dibuka dan langsung ditutup do'a, musik pun menggema memenuhi ruangan tersebut. Babah memang meminta kepada Abi agar ada hiburan musik gambus Arab untuk mengisi acara resepsi Javier. Para tamu menikmati alunan musik gambus dan hidangan yang disediakan. Bahkan beberapa dari tamu ikut menari gerakan tari javen. Setelah itu, mereka naik ke pelaminan untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin dan kedua orang tua pengantin. Sungguh acara resepsi malam ini penuh dengan suka cita. Terkecuali seorang Kirana. Yang meski saat ini hatinya hancur berkeping-keping namun ia tetap datang di acara resepsi. Ia berharap bertemu dengan seorang pengusaha mu dan nan kaya raya.
Winda memperhatikan saudara kembarnya dari kejauhan.
"Winda, apa kamu tidak ingin seperti adikmu?" Tanya Opa Haris kepada Winda yang saat ini tengah duduk bersamanya.
"Pingin lah, Opa. Tapi nanti dulu."
"Nduk, Opa dan Oma juga ingin melihat kamu menikah lho."
"Iya Opa, do'akan saja Winda dapat jodoh yang terbaik."
"Kalau itu sudah pasti. Kamu ini bukan tidak menemukan, tapi kamu sendiri yang menghindar."
"Kan, Winda mau fokus berkarir dulu, Opa."
"Ya sudah, Sak karepmu."
Winda memeluk Opanya dan memberikan kecupan sayang.
"Pak Harus, apa kabar?" Ujar seorang Bapak-bapak menegur Opa.
"Lho, Nak Wangsa. Alhamdulillah ya beginilah keadaan orang tua."
"MasyaAllah alhamdulillah anda masih diberikan kesehatan dan umur panjang. Papa saya saja sudah lama meninggal."
"Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan melihat kebahagiaan cucu saya."
"Lho, ini siapa Pak?"
"Ini cucu saya juga. Itu saudara kembarnya yang jadi manten."
"Owalah, iya. Belum menikah?"
"Belum ini."
"Sayang sekali anak lelakiku sudah menikah. Kalau belum, aku ingin sekali menjadikannya menantu, Pak."
"Hahaha... ya, ya. Sayang sekali ya."
Winda hanya tersenyum menanggapi mereka.
"Papa, ayo. Mama sudah menunggu kita."
"Nah panjang umur yang dibicarakan. Pak Haris, ini anakku yang kumaksud."
Pria tersebut mencium tangan Opa Haris.
"Beliau ini teman almarhum Opamu."
"Sehat-sehat ya, Opa."
Pria tersebut melirik Winda sekilas saja, lalu ia dan Papanya berpamitan.
Bersambung....
...****************...
Tar nyesel lho kalau ditikung pria lain
Anak sama ibu sudah kasih lampu hijau
Ayo onty mimi bu dosen baru besuk Khaira ke rumah sakit, ajak bunda winda to menemani 😁😁😊
semangat untuk up date nya