Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
Malam hari yang terang di sinari cahaya bulan, Zea ijin pada papa dan mamanya untuk pergi jalan-jalan. Sudah lama sekali ia tidak keliling kota, meski lahir di sana tapi ia besar di tempat lainnya.
"Pa, Ma, Zea ijin keluar ya. Pengen jalan-jalan," ucapnya.
Gadis itu duduk di samping sang mama yang sedang menemani papanya menonton tv. Pandangan kedua orang tua itu beralih pada sang anak gadis.
"Keluar sama siapa, Nak?" Tanya bu Sari.
"Sendiri saja, Ma. Pengen me time, cari makanan pinggir jalan sepertinya seru," sahut Zea.
Wajah gadis itu sangat menggambarkan keantusiasan dirinya. Rasa rindu pada makanan khas negaranya membuat Zea sudah tidak sabar lagi.
"Sebaiknya kamu di antar supir saja," kata bu Sari yang mengkhawatirkan anak gadisnya.
"Mama kamu benar, Nak. Lebih baik ada yang menemani kamu pergi, atau mau sama Papa Mama saja perginya?"
Pak Bambang memberi penawaran yang terasa menggiurkan bagi Zea. Tentu saja gadis itu semakin antusias dan tidak akan menolak hal itu.
"Boleh tuh usul, Papa. Kita berangkat sekarang saja, ya?" Pinta Zea yang di angguki kedua orang tuanya.
Zea bersorak senang dan segera beranjak dari duduknya untuk masuk ke kamar. Berganti pakaian untuk keluar rumah.
Memakai celana jeans hitam agak longgar dan kaos yang pres body. Di tutup jaket hitam yang pas di tubuhnya serta rambut yang di gerai indah membuat Zea terlihat sangat menawan.
Keempat saudaranya beserta keluarga masing-masing sudah pulang ke rumah mereka sendiri. Jadi di rumah besar itu hanya ada kedua orang tua Zea dan dirinya sendiri.
Sedangkan para pekerja ada di tempat masing-masing.
"Ato kita berangkat," ajak Zea.
Ketiga orang itu pergi naik mobil tapi menggunakan supir. Pak Bambang duduk di samping sang supir. Sedangkan kedua perempuan kesayangannya di belakang.
"Cari makanan pinggir jalan ya, Pak. Yang enak-enak pokoknya," kata Zea saat mobil sudah melaju meninggalkan area perumahan elit mereka.
"Baik, Mbak. Tenang saja kalau itu, Mamang sudah sangat hapal di mana tempat makanan pinggir jalan yang enak-enak," sahut sang supir.
Zea tersenyum senang dan semakin antusias saja. Gadis itu sudah tidak sabar lagi untuk makan yang banyak nantinya.
"Oh iya, Ma. Selesai makan temani Zea cari gaun ya, soalnya Mas Riki ajak in Zea pergi ke acara gitu tiga hari lagi."
Bu Sari menolehkan kepalanya pada sang anak kala mendengar ucapan Zea. Meski Zea memang kesayangan dan sering di ajak pergi ke acara formal atau pesta. Gadis itu biasanya menolak dan lebih suka tidur atau membaca buku.
Tapi kali ini sepertinya sang anak ingin menjadi lebih terbuka dan mengetahui banyak hal. Senyum manis bu Sari berikan pada Zea sembari mengelus tangan gadis itu yang sedang merangkul lengannya.
"Iya, nanti cari gaun yang paling bagus untuk kamu."
Pak Bambang hanya tersenyum melihat interaksi bu Sari dan Zea. Ia hanya akan ikut saja kemana keduanya ingin pergi. Tidak mungkin baginya membiarkan sang anak keluyuran sendiri malam-malam begini.
Apa lagi zaman sekarang kejahatan sangat marak dan membahayakan. Itu lah yang membuat pak Bambang khawatir kala Zea minta ijin pergi sendiri.
Setibanya di lokasi yang di tuju, kedua mata Zea menatap lokasi di depannya dengan kening mengerut.
"Kok kita ke sini, Pak? Bukannya mau cari makanan pinggir jalan?" Tanya Zea heran.
Pasalnya yang mereka datangi ini tempatnya sangat ramai dan parkiran cukup penuh. Namun yang membuat gadis itu heran adalah tidak nampaknya apa yang ada di dalam sana karena banyaknya orang.
"Ini bazar kuliner, Mbak. Semua makanan pedagang kaki lima ada di sini, tinggal pilih saja mau makan apa. Semuanya ada di tenpat ini," sahut si supir menjelaskan.
"Wah, benar kah? Kalau begitu ayo kita turun sekarang."
Dengan tidak sabarnya Zea turun dari mobil lalu segera masuk ke dalam area bazar. Memang benar kalau di dalam sangat banyak pedagang makanan. Dari makanan berkuah hingga gorengan dan lain sebagainya.
Bu Sari dan pak Bambang menuruti semua permintaan Zea tanpa menolak. Apa pun yang ingin di makan oleh gadis itu, selama di habiskan maka itu bukan masalah bagi keduanya.
"Ma, Pa, Zea mau beli itu sebentar ya?" Tangan gadis itu menunjuk pada stan minuman yang sedang viral.
"Iya, hati-hati." Pak Bambang mengangguk sembari terus menatap Zea.
"Siap, Bos."
Langkah riang gadis itu mendekati stan minuman yang di inginkannya. Tapi ketika sudah sampai, ia melihat ada sedikit perdebatan di sana.
"Mas nya mau minuman rasa apa?" Tanya si penjual yang terlihat sangat menahan kesal.
"Itu mangga rasa apa mau saya," sahut si pembeli yang ternyata seorang bule.
"Iya apa maunya, Mas? Rasa mangga atau apa?" Semakin terlihat tipis saja kesabaran si penjual.
"Mangga apa mau saya?" Wajah si pembeli yang berwarna putih bersih dan mulus itu terlihat mulai memerah karena menahan kesal juga.
Sepertinya ia sudah berulang kali di tanyai tapi hasilnya tidak ada.
"Maaf permisi, Tuan mau minuman rasa mangga?" Zea yang sudah tidak sabar lagi langsung saja bertanya pada si pria menggunakan bahasa inggris.
Pandangan pemuda itu beralih pada Zea, ada rasa tertarik yang muncul begitu melihat Zea pertama kalinya. Kecantikan alami yang begitu natural benar-benar membiusnya.
Hanya anggukan yang di berikan oleh si pemuda bule itu sebagai jawaban. Kini pandangan Zea beralih pada si penjual minuman yang juga memperhatikan Zea.
"Rasa mangga satu, apel satu," kata Zea pada si penjual.
Sontak saja kalimat dari Zea membuat si penjual tersentak kaget. Rupanya ia benar-benar mengagumi pesona Zea yang tidak main-main itu. Dari sekian banyaknya pembeli yang datang ke stannya.
Hanya Zea yang terlihat benar-benar cantik alami tanpa polesan tebal. Bola mata yang cantik dan kulut wajah putih mulus, belum lagi pembawaan wajahnya yang terlihat manis. Membuat siapa saja akan betah kala menatapnya.
"Oh! Baik. Mohon di tunggu sebentar," sahutnya agak gugup.
Sembari menunggu minumannya jadi, Zea mengedarkan pandangannya ke segala arah tempat itu. Mencari incaran makanan apa lagi yang akan di cobanya.
Sedangkan si pemuda yang ada di sebelahnya tidak hentinya menatap dan mengagumi pesona Zea itu.
Setelah menunggu beberapa menit, minuman itu siap dan di sajikan bersamaan. Zea mengeluarkan uang untuk membayar sesuai harganya.
"Ini milik Anda, Tuan."
Pandangan si pemuda beralih pada gelas minuman yang di sodorkan oleh Zea. Menerima gelas minuman itu sembari terus menatap Zea.
"Terimakasih," ucapnya menggunakan bahasa inggris.
"Sama-sama," sahut Zea.
Setelahnya gadis itu pergi dari stan minuman yang di iringi dengan pandangan dari si pemuda bule itu.
lanjut torrr