maheer yang seorang pria yang sudah lama menduda jatuh cinta pada seorang gadis yang datang melamar pekerjaan ke perusahaan nya, yang ternyata adalah teman dari putra tunggal nya yang juga ternyata di cintai secara diam-diam oleh sang putra nya.
Syifa gadis cantik yang hanya hidup berdua saja dengan sang ibu yang sering sakit-sakitan jatuh cinta pada seorang pria paruh baya yang adalah Daddy dari teman nya, yang ternyata juga mencintai nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indra Surya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 5
Syifa yang sudah selesai menyisir rambut nya, segera keluar dari dalam kamar nya, menuju ke arah teras rumah nya, yang sangat sederhana.
Saat sampai di teras rumah nya, Syifa melihat ibu nya, yang sedang duduk di kursi yang ada di teras rumah nya, terlihat ibu nya, duduk diam di sana seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu yang begitu besar.
" ibu! Kita berangkat nya, sebentar lagi ya.. Kita tunggu mobil yang baru saja Syifa pesan datang kemari dulu ya?. "
Ibu Syifa terkejut dari lamunannya saat mendengar suara Syifa yang sedang berbicara pada nya.
" kenapa memesan mobil nak kenapa tidak naik kendaraan umum saja akan jauh lebih hemat uang nak. "
" tidak bu bila kita naik kendaraan umum itu pasti akan menyusahkan ibu karna harus berdesakan dengan orang banyak bu' ibu jangan khawatir kan masalah uang nya, ya.. Bos Syifa kemarin memberikan uang lebih untuk Syifa bu.. "
ibu Syifa memandangi wajah Syifa dengan mata yang berkaca-kaca karna merasa sedih sudah menjadi beban untuk Syifa putri nya, yang tidak pernah mengeluh lelah pada nya, yang terus sakit-sakitan selama ini.
Syifa yang sedang berdiri di sana dengan cepat menoleh ke arah kanan nya, saat melihat sebuah mobil yang sedang berhenti tepat di depan rumah nya' Syifa tersenyum saat melihat Malik lah yang turun dari dalam mobil tersebut.
" hai.. Nona-nona sudah siap berangkat. "
Malik bertanya pada Syifa dan ibu nya, dengan sedikit bercanda.
Syifa dan ibu nya, yang mendengar hal tersebut tersenyum karna merasa senang dengan sikap Malik yang selalu bersikap baik pada mereka berdua.
" sudah' bagaimana kamu tau kami mau pergi ke rumah sakit Malik. "
" Pradipta yang memberi tau ku dia bilang kemarin kamu minta ijin pada nya, untuk tidak masuk bekerja hari ini karna ingin membawa ibu mu melakukan pemeriksaan mingguan. "
mendengar hal tersebut Syifa menoleh ke arah tas nya, yang berisikan uang yang kemarin di berikan oleh bos nya, di kafe tempat nya, bekerja' Syifa berpikir pantas saja bos nya, itu memberikan uang itu dengan cuma-cuma pada nya, pasti itu atas permintaan dari Malik teman dekat nya.
" ayo nona-nona masuk ke dalam mobil kenapa malah melamun di sini memang nya, kita tidak jadi ke rumah sakit nya. "
Malik bertanya pada Syifa yang terlihat sedang melamun sambil menjentikkan jari-jemari nya, di depan wajah Syifa.
" seharusnya nak Malik istirahat saja di rumah tidak perlu repot-repot mengantarkan ibu ke rumah sakit ada Syifa yang akan menemani ibu nak Malik. "
" tidak masalah bu.. Aku sudah istirahat kemarin seharian jadi tidak masalah jika hari ini aku mengantarkan ibu yang cantik ini ke rumah sakit hari ini. "
" bagaimana dengan Daddy mu apa dia sudah sembuh kamu bilang kemarin Daddy mu sedang sakit Malik. "
Syifa bertanya dengan suara nya, yang begitu lirih pada Malik teman nya.
Malik dan ibu Syifa yang sedang mengobrol menoleh ke arah Syifa secara bersamaan saat mendengar Syifa bertanya dengan suara nya, yang begitu lirih.
" Daddy ku sudah lebih mendingan sekarang bahkan dia sudah masuk ke kantor nya, hari ini seperti biasa. "
setelah mengatakan itu Malik langsung membantu ibu Syifa bangkit dari duduk nya, Malik terus membantu ibu Syifa berjalan ke arah mobil nya, hingga ibu Syifa masuk ke dalam mobil nya.
Syifa yang melihat hal tersebut merasa begitu terharu dengan sikap Malik yang begitu baik pada ibu nya, mungkin jika Malik berkata pada nya, tentang perasaan Malik yang mencintai nya, dia akan langsung menerima nya, walaupun dia tidak tau tentang perasaan nya, yang sesungguhnya pada Malik cinta kah atau hanya sebagai ucapan terimakasih saja.
" nona apa anda masih lama melamun di sini jika iya.. Saya dan ibu anda akan berangkat terlebih dahulu karna kami tidak bisa menunggu sampai anda selesai melamun nona. "
Syifa tersipu malu saat mendengar candaan dari Malik yang terdengar begitu lucu.
" ini ambillah kembali. "
Syifa menyerah kan uang yang di keluarkan nya, dari dalam tas nya, pada Malik.
Malik yang melihat hal tersebut mengerut kan keningnya.
" kamu sedang menyuap ku Syifa' kamu tidak takut di tangkap karna sudah mencoba menyuap orang setampan diriku ini Syifa. "
Syifa memutar mata nya, malas' saat mendengar malik yang terus bercanda dengan nya, dari awal kedatangan nya ke sana.
" ini uang yang di berikan kemarin oleh Pradipta teman mu itu' ambillah kembali ini pasti uang mu bukan? yang kamu minta di berikan pada ku melalui bos ku Pradipta teman mu itu bukan' karna kamu berpikir tidak bisa mengantarkan ku hari ini ke rumah sakit karna Daddy mu sedang sakit kemarin. "
Malik mengusap tengkuknya sambil tersenyum ke arah Syifa yang sedang berpura-pura cemberut pada nya, karna merasa malu sudah ketahuan oleh Syifa.
" ambillah siapa tau nanti kamu membutuhkan nya, Syifa. "
Setelah mengatakan itu Malik segera masuk ke dalam mobil nya, dengan cepat agar Syifa tidak lagi memaksa nya, untuk menerima uang nya, kembali.
Syifa yang melihat hal tersebut menarik nafas nya, panjang dan pada akhirnya berjalan menuju ke arah pintu mobil yang ada di samping kemudi mobil Malik' Syifa tidak lagi memperpanjang masalah uang tersebut karna Syifa tau Malik pasti tidak akan menerima nya.
Malik yang melihat Syifa duduk di samping nya, tidak lagi memperpanjang masalah uang yang di berikan oleh nya, Malik pada Syifa tersenyum dan langsung melajukan mobil nya, menuju ke arah rumah sakit tempat biasa ibu Syifa melakukan pemeriksaan selama ini.
Saat sampai di rumah sakit Syifa dengan telaten membantu ibu nya, untuk duduk di kursi roda yang sedang di pegang oleh Malik saat ini.
Tampa Syifa dan Malik sadari ada seorang dokter yang terus memperhatikan ibu Syifa dengan seksama.