"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemas
Mentari benar-benar kedinginan, sampai saat turun bibirnya sudah berubah warna.
Sumpah demi apa pun dia tidak mau lagi naik motor, disaat dirinya belum bisa beradaptasi dengan hawa dingin ditempat tinggal Omnya.
"ini, Om" ucap Mentari memberikan jaket yang sudah dia lepas dari tubuhnya.
Tian yang awalnya belum melihat keadaan Mentari bersikap biasa saja, namun berbeda ketika dia hendak mengambil jaket yang disodorkan Mentari.
"Astagfirullah, Tari kamu kenapa?" tanya Tian kawatir sungguh dia kawatir saat melihat wajah Mentari, terutama bibirnya yang terlihat berubah warna.
"Masih nanya? udah tahu dari tadi aku kedinginan," jelas Mentari namun dia tidak tahu jika wajahnya sangat membuat cemas Tian.
"Apa kamu demam?" ucap Tian yang seolah tidak mendengar penjelasan Mentari. entahlah rasanya dia tidak percaya jika Tari hanya kedinginan terbukti wajahnya seperti orang yang sakit karena demam, dan untuk memastikan apakah dugaannya benar atau tidak, Tian menyentuh kening Mentari tanpa permisi.
Eh, yang punya kening, kini menatap tangan yang berada diatas keningnya, dan rasanya sungguh aneh, terasa banyak bunga bermekaran didalam hati Mentari.
Dan hal itu membuat Mentari bertanya-tanya ada apa dengan hatinya, namun setelah dipikir mungkin karena ini pertamakalinya ada orang lain yang menyentuh keningnya selain ibu, ayah juga abangnya, jadilah perasaan itu muncul.
Ya, mungkin karena itu, pikir Mentari meyakinkan diri agar tidak berpikir yang macam-macam.
"Kening kamu sangat panas." ucap Tian dan Mentari yang mendengar ucapan Tian langsung mengecek suhu tubuhnya, tapi bukan kening yang dia periksa melainkan lehernya. sambil bertanya-tanya. apa iya dia demam.
Memang terasa panas tapi dia tidak merasa seperti sedang demam.
"panas bukan? ini pasti kamu sakit." ucap Tian yakin.
"Tidak Om, aku tidak sedang sakit, memang terasa panas, tapi aku yakin aku tidak sedang sakit, mungkin ini cuman karena aku kedinginan aja, nanti setelah minum air hangat, pasti suhu tubuhku kembali normal" ucap Mentari penuh keyakinan.
Namun Tian tidak percaya begitu saja dan memilih mengajak Mentari kerumah sakit atau pulang untuk beristirahat.
Namun Mentari menolak karena yakin jika dia tidak sakit. Sedikit berdebat dan pada akhirnya Mentari berkata "Om, beneran aku gak kenapa-kenapa, aku cuman kedinginan, kalau gak percaya ayo ikut kekantin!"
"Ngapain, kekantin?" bingung tian, dia menawarkan rumah sakit atau rumah eh Mentari malah ngajak kekantin.
"Cari yang anget-anget Om, biar suhu tubuh aku kembali normal." jelas Mentari sambil berlalu pergi kearah kantin, tak perduli Tian mau ikut atau tidak yang jelas sekarang dia ingin minum air hangat atau apa pun yang hangat.
Mentari meminta teh manis hangat pada ibu kantin, dan ternyata Tian juga ikut karena kawatir, tentu saja, apalagi selama tinggal dirumahnya Mentari adalah tanggung jawabnya.
Tian sudah menunggu disebuah bangku dan Mentari langsung duduk didekat Tian.
"Aku pikir Om gak akan ikut kemari." dan Tian hanya diam enggan membalas perkataan Mentari karena fokusnya hanya pada wajah pucat Mentari yang membuatnya sangat cemas.
Dua teh manis hangat sudah tersaji didepan mata, dan Mentari memberitahu jika satu gelas lagi untuk sang Om.
"Terimakasih" ucap Tian yang tidak menyangka jika Mentari juga memesankan teh hangat untuknya, ya Tari awalnya hanya memesan satu namun saat tahu jika Omnya ikut kekantin, Mentari pun memesan dua gelas.
"Sama-sama, Om, lihat dan perhatikan" ucap Mentari sebelum minum teh hangat itu.
Air teh yang hangat mulai mengalir didalam perut Mentari dan rasa hangat diperutnya itu, membuat seluruh tubuhnya menghangat dan dengan otomatis bibir Mentari pun mulai berubah warna, dan hal itu tidak lepas dari penglihatan Tian, dan saat melihat bibir Mentari berubah warna, Tian langsung mengalihkan pandangannya, Entahlah sepertinya bibir Mentari berhasil membuat pikiran Tian sedikit berimajinasi.
"Kenapa Om?" bingung Mentari saat melihat Tian mengalihkan pandangannya.
"Tidak, ya sudah karena kamu sudah baikan, Om pergi dulu." ucap Tian pamit dan Mentari hanya mengangguk karena sedang meminum tehnya lagi.
Setelah kepergian Tian teman-teman Mentari, yang sejak tadi melihat interaksi Mentari dan Tian , kini langsung menghampiri Mentari dan tanpa permisi langsung duduk dihadapan Mentari dengan wajah yang penuh dengan rasa penasaran.
"Apa? ada apa? apa kalian ingin tahu siapa yang bersamaku tadi?" tebak Mentari, setelah melihat wajah penasaran kedua temannya.
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.