⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4 - Wedding Day (18+)
Hari yang menjadi tanda bergantinya status Cassie akhirnya tiba. Tepat pada tanggal 16 Agustus ini nama Allegra Cassieophia Moon berubah menjadi Allegra Cassieophia Bramasta setelah Gavino secara resmi mengucapkan janji pernikahan di hadapan para saksi. Hal itu membuat Cassie secara resmi menjadi istri dari seorang Gavino.
Hampir semua orang menyambut pernikahan Cassie dan Gavino dengan penuh suka cita. Berbeda dengan sang pengantin yang hanya menekuk wajahnya. Bahkan hingga pesta pernikahan tiba pun Cassie sama sekali tak berniat untuk menunjukkan senyum manisnya. Ia hanya meneguk winenya seraya mendengarkan obrolan teman-temannya.
"Akhirnya ya Cas, lo nikah juga sama Gavin," ucap Lily senang. Ia memang tak mengetahui apapun tentang perjodohan dan masalah Cassie. Berbeda dengan Celline yang hanya diam.
Untung saja Cassie sedang tak berminat untuk melampiaskan kemarahannya pada Lily. Jika tidak mungkin gadis itu sudah menangis karena amukan Cassie.
Di tengah perkumpulan sahabat itu, tiba-tiba Gavino datang dan menarik Cassie menuju salah satu kamar yang terletak di lantai dua. Pria itu langsung mendorong tubuh Cassie ke atas kasur hingga tubuh ramping itu terpental.
Jujur saja Cassie terkejut sekaligus takut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia takut Gavino akan meminta haknya sekarang. Namun ia rasa hal itu tak mungkin, bukan? Mengingat acara belum selesai.
"Gue mau lo sekarang."
Ternyata benar, Cassie lupa jika Gavino merupakan pria berengsek yang hanya menginginkan tubuhnya saja untuk kepuasan batin pria itu. Dengan cepat Cassie menolaknya. Ia benar-benar tak siap.
"Lo kenapa sih?! Mabok lo?!"
"Lo nggak bisa bentak gue! Kalau gue bilang sekarang ya sekarang!" ucap Gavino tak kalah sengit dan menatap tajam Cassie.
Gavino berhasil mengunci pergerakan Cassie hanya dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang lainnya mulai menggerayangi tubuh Cassie. Melepas resleting gaun wanita itu dan menariknya hingga Cassie setengah telanjang. Ia menatap sekejap buah dada yang begitu menyita perhatiannya sebelum beralih pada inti Cassie yang masih tertutup underwear.
Dengan senyum liciknya, Gavino menarik underwear itu dengan kasar hingga menampakkan milik Cassie yang terlihat bersih dari bulu. Ia kembali menegakkan badannya dan menanggalkan semua pakaiannya juga.
Melihat benda yang begitu besar dan berurat itu membuat Cassie semakin takut. Apalagi ketika pria itu mengocok sendiri benda itu membuat rasa jijik sekaligus takut bercampur menjadi satu,
"Gav, gue belum basah," mohon Cassie.
Namun Gavino sama sekali tak peduli. Pria itu kembali mengukung Cassie dan langsung menancapkan senjata nya pada liang surgawi Cassie dalam sekali hentakan. Membuat darah segar keluar dari lubang itu diiringi kesakitan yang Cassie rasakan.
Wanita itu sama sekali tak berteriak. Ia hanya diam dengan air mata yang jatuh menuruni pipi tirusnya. Meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Ia merasa dirinya telah kotor. Ia tak lagi bisa menjaga kehormatannya walaupun yang merenggutnya adalah suaminya sendiri.
Lebih parahnya Gavino menyerang Cassie tanpa pemanasan terlebih dahulu hingga berjam-jam lamanya. Pria itu sama sekali tak peduli dengan rasa nyeri yang Cassie rasakan. Yang ia pedulikan hanyalah kepuasannya saja.
Gavino tak akan berhenti sampai ia puas. Ia semakin mempercepat permainan nya saat akan mencapai puncaknya. Semakin memperdalam benda tumpul itu pada inti Cassie hingga sperma nya memenuhi rahim Cassie.
Setelah permainan selesai, Gavino langsung tergeletak di atas tubuh Cassie yang sudah tak sadarkan diri. Wanita itu sudah pingsan sejak satu jam yang lalu dan pelakunya adalah Gavino. Bahkan di alam bawah sadarnya pun Cassie berdoa agar ulah Gavino tak membawa nyawa pada rahimnya. Ia hanya berharap hal itu.
...-+++-...
Sinar matahari yang menyusup melalui tirai jendela berhasil membuat Cassie terbangun dari tidurnya. Hal yang pertama kali ia lihat setelah malam pertamanya adalah kosong. Ia sudah tak menemukan pria itu di sampingnya. Namun itu lebih baik daripada bertemu dengan pria yang telah tega merenggut kesuciannya.
Cassie segera beranjak dari tidurnya. Namun ia menghentikan aksinya ketika intinya terasa begitu nyeri. Ia hanya dapat mengumpat dalam hati ketika mengingat perlakuan Gavino tadi malam yang membuatnya seperti ini. Ia kembali membaringkan tubuhnya sambil memikirkan cara untuk bisa berjalan menuju kamar mandi.
Tanpa sadar air matanya menetes. Lelah sekali menjadi dirinya. Namun ini baru awal dari neraka yang harus ia hadapi sekarang. Cassie tak boleh terlihat lemah sekarang. Ia masih ingat ucapan Celline yang menyuruhnya untuk selalu kuat.
Dengan menahan rasa nyeri yang begitu menyakitkan, Cassie kembali mencoba beranjak dan berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya dengan baju yang sudah disiapkan pelayan di atas kasurnya.
Cassie sedikit terkejut dengan keadaan kasurnya yang sudah bersih setelah ia keluar dari kamar mandi. Ia terkejut dengan pelayanan rumah Gavino yang begitu tanggap. Namun ia tak ingin berlama-lama mengagumi pelayan Gavino. Ia segera berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perutnya.
Namun belum juga sampai meja makan, kedatangannya sudah mendapatkan sindiran keras dari Ellyn, ibu Gavino yang juga menentang pernikahan ini.
Wanita paruh baya itu menatap Cassie dengan sinis, "Enak ya kamu, baru satu hari menjadi istri anak saya sudah seenaknya sendiri. Bangun siang seenak kamu. Bahkan suami keluar saja kamu nggak tau."
"Gavino keluar ma?"
"Jangan panggil saya mama! Saya bukan ibu kamu!"
Cassie tertawa hambar mendengarnya. Nyatanya ia tak pernah bisa keluar dari neraka yang selama ini ia tinggali. Mungkin ia telah keluar dari neraka keluarganya, tetapi sekarang ia malah berpindah pada neraka lain yang lebih besar. Cassie... Cassie... apa yang akan diharapkan dari keluarga ini?
"Kenapa kamu tertawa?!" bentak Ellyn tak suka melihat tingkah laku menantunya yang seolah mengejeknya.
Wanita itu langsung menghentikan tawanya, "Maaf tante, saya lupa kalau tante bukan mama saya. Saya kira masih di rumah hehe. Saya mau makan dulu ya tante, boleh kan."
Ellyn tersenyum remeh, "Selain orang tua kamu yang mengemis ke keluarga kami, ternyata anaknya juga suka minta-minta di rumah saya."
Cassie mengangguk membenarkan, "Benar sekali. Seratus buat tante. Lagian kalau saya nggak makan di sini nanti saya mati. Memangnya tante mau ngurusin mayat saya? Tante mau rumah tante jadi tempat meninggalnya saya?"
Biarkan Ellyn menganggapnya sebagai menantu durhaka atau yang lainnya. Cassie tak peduli, toh tak ada gunanya berusaha bersikap baik di depan Ellyn. Dari awal bertemu, Cassie sudah dapat mengetahui sikap ibu Gavino itu. Ia bukan wanita bermuka dua yang akan mengemis perhatian pada mertuanya. Ia juga tak bisa jika harus berpura-pura baik.
Namun sikap Cassie berhasil membuat Ellyn kesal dan meninggalkan wanita itu. Cassie hanya dapat tersenyum seraya menggelengkan kepalanya melihat kepergian Ellyn. Ia pun kembali berjalan menuju meja makan dan menikmati sarapan yang disajikan.
Nasi goreng dengan telur mata sapi memang menu terbaik untuk sarapan. Cassie tak ada hentinya memuji koki yang memasakkan nasi goreng enak ini. Pujian Cassie membuat semua pelayan yang ada tersenyum senang.
"Non Cassie bisa saja memuji kami," ucap Asih, kepala pelayan yang sudah lima puluh tahun bekerja di rumah itu.
"Panggil Cassie aja bi. Lagian ini nasi gorengnya emang enak kok. Terus tadi yang bersihin kamar juga dabest banget. Cepet banget padahal aku mandinya juga cepet perasaan tapi udah rapi aja," ungkap Cassie memuji pelayan-pelayan itu lagi.
Dalam sekejap Cassie telah dapat menarik hati semua pelayan yang kerja di rumah itu. Di balik sikap sombong yang dimiliki nyatanya wanita itu bisa menempatkan diri dengan baik. Ia tak akan pernah mencari gara-gara jika tidak diganggu terlebih dahulu.
"Cassie," panggil seorang pria paruh baya, menghentikan tawa Cassie.
Pria itu adalah Donny Bramasta. Ayah dari Gavino Zachary Bramasta sekaligus orang yang telah menjadi ayah mertua Cassie. Pria itu menyuruh Cassie untuk ikut ke ruangannya. Cassie pun hanya dapat menurut dan mengikuti langkah Donny.
"Ada apa ya om?"
"Om?" ulang Donny mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa masih manggil saya om?"
Cassie hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bagaimana ia bisa menjelaskannya. Ia pikir jika ibu mertuanya tak ingin dipanggil mama, jadi ayah mertuanya pun sama. Ternyata ia salah, sepertinya Donny akan menjadi satu-satunya orang di keluarga ini yang menyambut kedatangannya dengan baik.
Ternyata masih ada orang baik di sini.
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/