Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Ronan saat ini sudah mengganti pakaiannya sebelum berkunjung ke mansion Ludwig.
Dia mengenakan sebuah kaos hitam polos yang ketat lalu menambahkan sebuah mantel coklat yang memanjang hingga hampir menyentuh lantai.
Ronan juga mengenakan celana hitam ketat yang panjang.
Setelah itu, Ronan keluar dari kamarnya, melihat adiknya yang sedang bersantai dengan handphone yang baru saja dia beli minggu lalu.
“Riana, kakak akan pergi uh.. mungkin selama dua atau tiga hari? Selama waktu itu, bisakah kamu meminta izin pada guru?“
Riana menatapnya lalu mengerutkan keningnya.
“Ke?“
“Urusan bisnis di mansion Ludwig.“
Riana memiringkan kepalanya, memikirkan sejenak kemudian dia menjadi terkejut.
“Ludwig? Yang benar? Bukankah mereka itu keluarga yang terus berada di posisi netral dan menolak banyak kerja sama yang memiliki banyak perselisihan?“
Ronan mengangguk, Riana tidak salah sama sekali.
“Apa kakak yakin akan bisa melakukan kerja sama bisnis dengan mereka?“
Sekali lagi, Ronan mengangguk dengan percaya diri.
“Kenapa tidak?“
***
Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya Ronan mencapai mansion Ludwig yang dikhususkan untuk putri dari Kaden Ludwig.
Di luar sana, Kaden Ludwig serta putrinya sudah menunggu Ronan yang baru saja tiba.
Wajah keduanya terlihat sangat buruk dan suram.
Ronan turun dari mobilnya yang mewah kemudian menghampiri keduanya dengan langkah yang tenang.
“Apakah kamu yakin bisa menyembuhkan istriku?“
Tidak ada sapaan, Kaden langsung bertanya pada intinya hingga membuat Ronan sedikit terkejut tapi.. Ronan lebih suka seperti ini daripada basa basi yang tidak perlu.
Ronan kemudian menganggukkan kepalanya.
“Selama kalian bisa mempersiapkan semua kondisi yang aku perlukan dalam catatan itu, maka aku yakin aku bisa.“
Dalam catatan kertas yang Ronan berikan kepada Eisell, tidak hanya tertulis nomor teleponnya, tapi juga bahan bahan yang dia butuhkan untuk membuat penawaran dari racun tersebut.
“Aku akan.. mempercayakan semuanya padamu.. jadi tolong..“
Ronan melirik Eisell, dia menghela nafas kemudian menatap Ronan dengan pupil matanya yang berbentuk bulan sabit.
Gadis itu terlihat menyedihkan dengan sekujur tubuhnya yang gemetar.
Ronan tersenyum, meyakinkan gadis itu agar dia tidak khawatir.
“Mau taruhan?“
Gadis itu menatapnya kemudian dengan wajah yang agak bingung namun suram dia menjawab:
“Taruhan?“
Ronan menganggukkan kepalanya dengan antuasias:
“Ya. Jika aku berhasil menyembuhkan ibumu, maka kamu harus mentraktirku makan malam yang mahal bagaimana?“
Gadis itu terlihat merenung.
“Kalau kamu kalah?“
Ronan tersenyum tipis.
“Apakah kamu mengharapkan hal itu?“
“Tidak..“
Akhirnya Ronan berbalik lalu berjalan pelan sambil berkata:
“Aku tidak terpikir jika aku akan kalah jadi.. kamu harus bersiap untuk mentraktirku oke?“
Setelah mengatakan itu, entah kenapa Ronan merasakan tatapan melotot dari seseorang.
Tapi Ronan menolak untuk berbalik dan mengabaikan tatapan tajam seseorang yang sudah dipastikan adalah ayah dari Eisell.
Menyembuhkan ibu Eisell sudah pasti akan membuat Ronan memiliki hubungan kerja sama dan mendapatkan dukungan dari keluarga Ludwig, tapi untuk mendapatkan kepercayaan lebih.. Ronan berniat mendekati Kaden Ludwig melalui Eisell yang adalah anak kesayangannya.
***
Selanjutnya, Ronan serta Kaden dan putrinya menuju ke rumah sakit tempat istri Kaden dirawat.
Eisell berkata bahwa dia sudah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan beserta dengan sebuah laboratorium yang akan dia gunakan untuk membuat sebuah penawar.
Saat mereka tiba di rumah sakit, Ronan beserta Kaden dan putrinya pertama-tama mengunjungi istri Kaden terlebih dahulu untuk melihat seberapa parah penyakitnya.
Tentunya Ronan sama sekali belum membocorkan fakta bahwa istri Kaden sebenarnya diracuni.
Mereka kemudian tiba di sebuah ruangan khusus yang terpisah dengan ruangan pasien lainnya.
Di dalam, terdapat seorang wanita yang terbaring dengan lemas. Tubuhnya kurus dan lemah.
Kaden dan Eisell yang masuk, langsung mendekati wanita itu sementara Ronan berdiri menatap dari kejauhan.
'Kondisinya sangat buruk.'
Dengan keterampilan dokter Ajaib, Ronan bisa merasakan betapa buruknya kondisi wanita itu sekarang.
Mendekati wanita itu Ronan berkata:
“Tuan Kaden, apakah Anda sudah tau tentang penyakit yang istri Anda idap?“
Kaden menatapnya, diikuti juga dengan tatapan Eisell yang penasaran.
“Aku.. tidak tau.“
Ronan menatap wanita itu, menyentuh tangannya dan memeriksanya dengan hati hati.
“Apakah Anda memiliki musuh?“
Kaden menggelengkan kepalanya, keduanya terlihat bingung karena pertanyaan Ronan yang aneh.
“Ini adalah Thanatoxin.“
“Thanatoxin?“
Kaden dan Eisell menggumamkan apa yang Ronan ucapkan secara bersamaan.
Sementara itu Ronan mengangguk.
“Thanatoxin adalah sebuah racun.. racun yang tidak mematikan namun penawarnya belum ditemukan oleh para peneliti.“
Wajah mereka berdua mengeras.
“Racun?!“
Ronan mengangguk, wajar jika keduanya terkejut karena selama ini mereka berpikir bahwa wanita ini terkena suatu penyakit dan bukan sebuah racun.
Kaden dan putrinya yang cerdas langsung mengerti mengapa Ronan menanyakan tentang apakah mereka mempunyai musuh.
“Jadi… seseorang mengincar kami?“
Kaden terlihat putus asa, jelas karena dia telah mempertahankan sikap netralnya dan mencoba untuk menjauh dari masalah.
Sayangnya, masalah itu menghampiri nya dengan cepat.
“Jadi ibu tidak bisa disembuhkan?“
Kali ini Ronan menatap Eisell yang menatapnya dengan penuh harap.
“Aku bisa.. meski para peneliti belum menemukan penawarnya, bukan berarti aku belum.“
Ronan tersenyum kecil lalu melanjutkan:
“Kita tidak bisa membuang waktu terlalu banyak, tiap detik yang berlalu akan membuat kondisinya semakin memburuk, karena itu aku akan langsung membuat penawarnya.“
Mendengar ucapan Ronan keduanya saling menatap kemudian dengan suram mereka mengangguk.
“Baik, aku akan mengantarmu.“
Eisell menawarkan dirinya untuk mengantar Ronan sementara ayahnya sepertinya memiliki urusannya sendiri.
Mereka kemudian keluar dari ruangan itu dan ayah Eisell pamit untuk pergi ke suatu pertemuan penting.
Kini hanya menyisakan Eisell dan Ronan.
“Lewat sini.“
Tidak terganggu dengan kecanggungan yang terjadi, Eisell memimpin Ronan dan Ronan dengan patuh mengikuti dari belakang.
Setelah beberapa menit mereka akhirnya tiba di dalam laboratorium yang canggih dan penuh dengan tanaman yang telah Ronan minta untuk persiapkan.
Ronan menatap tiap bahan yang dia perlukan.
“Akar panacea radix.. kristal lifespark.. esensi bunga revitalis florum.. semuanya bagus.“
Ronan mengangguk dengan puas.
Melirik sekeliling, Ronan mengambil sebuah kaos tangan putih yang tebal lalu menggunakannya, tidak lupa Ronan menambahkan sebuah kain yang menutupi dadanya untuk menjaga kebersihan pakaiannya.
Oh ya omong omong, Ronan baru menyadarinya.. dia melirik ke arah Eisell yang saat ini mengenakan pakaian yang sangat terbuka.
Beruntung karena gadis itu mengenakan mantel jadi tubuhnya tidak terlalu terlihat bagi orang orang yang lewat disekitar sebelumnya.
“Um.. nona Eisell?“
Ronan memanggilnya dan Eisell menatapnya sejenak kemudian berkata:
“Eisell saja.“
Ronan ingin mengatakan sesuatu tapi melihat Eisell yang tidak suka dipanggil dengan tambahan nona membuat Ronan terdiam sejenak tapi itu hanya sejenak sebelum akhirnya Ronan mengangguk setuju.
“Baiklah. Eisell, ini akan memakan waktu lama jadi, kamu tidak perlu menunggu disana..“
Eisell menatapnya kemudian dia tersenyum. Senyumannya bagaikan malaikat, dia terlihat sangat bersinar di ruangan yang bersinar terang ini.
Meski begitu Ronan tidak terlalu memperhatikannya karena dia perlu fokus pada apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
“Tidak masalah, aku akan menunggu.“
Mendengar ucapan Eisell, Ronan pada akhirnya menyetujuinya saja karena dia tidak memiliki hak untuk memerintah seseorang.
'Kalau begitu, ayo mulai bekerja.'
***
alurnya t3pat