NovelToon NovelToon
Mencintai Dosen Beristri

Mencintai Dosen Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Harumi Akari

Sekar mengalami dilema karena didekati oleh Pak Faisal, yang merupakan dosennya sendiri. Hal itu membuat Sekar ketakutan, namun lama-kelamaan Sekar makin menyukai Pak Faisal karena beliau sering membantu Sekar saat ia sedang dibully di kampus.

Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, keseriusan mereka terhalang oleh Pak Faisal yang sudah memiliki istri dan tidak mudah untuk menceraikannya karena istrinya yang merupakan selebgram.

Akankah Sekar mendapatkan cintanya? Atau justru cinta mereka berdua akan kandas dan Sekar dicap sebagai pelakor?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harumi Akari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga yang Terancam Hancur

“Papa!” panggil Sekar saat melihat papanya ternyata sudah menunggu di cafe. Lalu, wajahnya juga sangat bahagia saat bisa melihat Sekar datang dan meluangkan waktu untuk dirinya itu.

Sekar mencium punggung tangan ayahnya dan langsung duduk di kursi yang menghadap ke arah ayahnya.

“Gimana kuliah kamu hari ini? Lancar kan?” tanya sang papa.

“Iya, Pa! Tapi lebih seneng waktu papa ngajakin jalan kaya gini sih, hehe.” Sekar tersenyum riang sembari memilih menu makanan yang ingin ia makan hari ini. Saat bersama dengan papanya, Sekar merasa bisa mendapatkan apa saja dan melakukan apa saja yang ia inginkan.

Rasa sayang papanya kepada Sekar benar-benar terasa sampai ke dalam hati Sekar.

“Pilih apapun yang kamu mau ya, tadi sarapan kamu nggak habis kan? Makan roti juga nggak kenyang,” ujar papanya sembari menatap putrinya dengan senyuman manis.

“Makasih ya, Pa.”

Dengan senang hati, Sekar menuruti perkataan papanya itu. Papanya juga tidak pernah keberatan jika Sekar meminta apapun darinya, karena selama ini papanya juga sebenarnya lebih sering memberikan banyak barang untuk adiknya Sekar karena paksaan dari istrinya. Ia merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan Sekar dengan memenuhi apa yang dia inginkan.

Setelah setengah jam berlalu, Sekar pun akhirnya menghabiskan makanannya dan bersandar di kursi sembari memegang perutnya yang terasa penuh, ia juga menahan rasa sakit di perutnya karena pukulan pria-pria tadi. Namun, semua rasa sakit itu hilang saat bertemu dengan ayahnya.

“Enak, Sekar?” tanya papanya.

“Banget! Aku ngerti sekarang kenapa papa suka makan di cafe ini,” jawab Sekar.

“Syukurlah kalau kamu suka. Sama masakan mama kamu enak mana?” Pertanyaan kembali dilontarkan oleh pria itu.

“Mama bukannya jarang masak ya, Pa? Sekali masak, rasanya juga nggak jelas. Padahal masaknya juga sederhana, mama emang nggak bisa masak ya, Pa?” tanya Sekar lagi.

Berbicara dengan papanya adalah salah satu hal yang membuat Sekar sangat senang dan bahagia, ia bisa mencurahkan semuanya kepada papanya.

“Ha ha ha, dulu mama itu juga bekerja keras. Dia jarang masak dan kita jadi sering makan di luar, dulu juga masak kok waktu dia libur. Sekarang malah nggak sempat masak sama sekali dan akhirnya sewa ART kan?” Papanya mulai menceritakan perihal istrinya.

“Papa kenapa bisa suka sama mama?” Sebenarnya ini bukanlah pertanyaan yang hanya sekali dua kali Sekar lontarkan, Sekar sering sekali menanyakan hal tersebut karena sangat penasaran.

“Karena dulu, mama kamu itu pekerja keras dan memiliki semangat yang luar biasa. Papa kira dia suka merawat anak, ternyata tidak.”

Sekar menaikkan sebelah alisnya saat papanya berkata seperti itu.

“Papa capek ya sama sikap mama?” Nara mulai sedikit mengerti ke mana arah pembahasan mereka.

Papanya Sekar terdiam sejenak dan menggaruk belakang kepalanya dengan sedikit malu, ia merasa bahwa tidak seharusnya dia bicara seperti itu di depan putrinya, sudah pasti putrinya itu akan menaruh curiga kepadanya.

Namun, Sekar justru mengerti mengapa papanya berkata seperti itu. Bukan sekali dua kali Sekar mendengar mereka bertengkar meskipun papanya sepertinya tidak tahu itu. Sering sekali Sekar mendengarkan juga apa yang sedang mereka debatkan.

Sebenarnya kamar kedua orang tuanya memang kedap suara, namun karena mereka berdebat sembari berteriak, suaranya sampai bisa terdengar ke telinga Sekar.

“Sebenarnya, akhir-akhir ini papa merasa kurang cocok dengan mama. Papa bilang gini ke kamu karena sekarang kamu anak yang paling tua dan paling bisa ngertiin papa. Maaf ya, Nak.”

Papanya justru merasa bersalah, karena menjelekkan mamanya yang seharusnya merupakan malaikat tak bersayap bagi putrinya.

“Papa boleh cerita apa aja ke Sekar kok.”

Sekar justru menyambut cerita papa dengan sangat baik, justru jika tidak diceritakan, Sekar takut akan menjadi sebuah beban bagi papanya yang selama ini sudah kerja keras banting tulang untuk menghidupi mereka berempat sampai bisa memiliki rumah yang besar dan kebutuhan yang selalu tercukupi, jika papanya tidak menceritakan apa masalah yang ada di

rumah.

Papanya bercerita dan merasa jika sikap mamanya sudah berubah akhir-akhir ini, selain sering marah, mama juga sering sekali meminta uang kepada suaminya. Jika nominal kecil mungkin tidak masalah, namun nominalnya cukup besar sampai membuat papa kewalahan. Itulah alasan mengapa mereka selalu bertengkar.

Sedangkan Sekar juga masih bungkam perihal bisnis gelap mamanya yang merugikan banyak orang, Sekar justru tidak berani bicara perihal itu kepada papanya. Padahal jika tidak dibicarakan maka mereka semua akan berada dalam bahaya, namun, Sekar memilih abai dengan hal tersebut dan tak ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Papa sabar banget ngadepin mama,” ujar Sekar yang ingin rasanya menangis saat mendengar cerita papanya.

“Kamu terlalu berlebihan ah. Papa sebenarnya bukan mempermasalahkan uangnya, papa bisa kasih berapapun yang kalian mau. Yang papa permasalahkan adalah sikap mama yang akhir-akhir ini juga sering banget memperlakukan kamu dengan tidak baik. Antara kamu dan Rena, papa sebenarnya lebih sayang kamu. Karena Rena bisa mendapatkan semuanya dari mama kamu dan tidak dekat juga dengan papa.” Papanya seperti tertekan saat bicara seperti itu.

“Papa juga sering ajak Rena makan siang begini?”

“Iya, tapi Rena menolak dan bilang kalau mama punya rekomendasi restoran yang lebih mahal dan enak. Sekali papa ajak ke sana, dia cuma makan lalu pulang saja tanpa banyak bicara dengan papa. Kadang merasa sedih saja mendengar hal itu,” ujar Papanya Sekar.

Sekar pun merasa iba dengan papanya, ternyata perlakuan Rena kepada papanya sangatlah tidak baik dan sempat membuat Sekar marah bahkan kesal dengarnya.

“Sabar ya, Pa. Rena kan juga masih SMA, pasti masih banyak labilnya.” Sekar berusaha menenangkan papanya itu agar bisa kembali ceria.

“Iya, Nak. Papa merasa bahwa Rena sepertinya menjadi kurang sopan karena mama kamu juga. Mama kamu pasti sering bicara yang aneh-aneh soal papa. Entah mengapa rasa cinta papa ke mama kamu jadi berkurang, Sekar.”

Pembahasan papanya semakin berat dan sepertinya papanya benar-benar tertekan selama ini. Sekar bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya bisa mendengarkan papanya menceritakan rasa sakitnya itu. Jika Sekar berada di posisi papanya, pasti Sekar tidak akan kuat dan ingin menyerah saja rasanya. Apalagi jika dipendam terus menerus, akan sedikit

berbahaya untuk papanya. Hingga sebuah kalimat pun terlontar dari bibir papanya dan membuat Sekar langsung terkejut bukan main.

“Maka dari itu, papa sebenarnya berencana cerai dengan mama.”

DEG!

“Pa? Papa serius bilang gitu? Bukan karena papa lagi emosi sesaat kan? Pasti papa emosi doang kan?” tanya Sekar.

“Nggak, Sekar. Papa serius,” ucap pria tua itu dengan tegas dan hati yang mantap.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!