NovelToon NovelToon
Cafe Memory

Cafe Memory

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Karir / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Fhadillah

​Kematian, tentu saja tidak ada seorang pun yang suka menghadapi kematian, namun hal ini dengan jelas tentu tak dapat terhindari. Namun bagaimana kamu akan menghadapi kematian tersebut? Terlebih kematian seseorang yang sangat berharga bagimu? Bagaimana kamu akan menghadapi kematian seseorang yang kamu harapkan tetap bersamamu untuk seluruh sisa hidupmu? ​Ethan tak pernah membayangkan dirinya akan berdiri di hadapan kuburan teman masa kecilnya yang juga merupakan cinta pertamanya, bahkan setelah bertahun-tahun kematian itu berlalu, Ethan masih tak percaya gadis itu telah pergi meninggalkannya sendirian disini. Satu hal yang selalu Ethan sesali bahkan setelah belasan tahun, dia menyesal tak bisa mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, karena sikap pengecutnya, dia tak pernah bisa memberitahukan perasaannya yang sudah lama ia pendam pada gadis itu. ​“Papa!” Ethan tersadar dari lamunannya, dia berbalik dari batu nisan itu kearah asal suara. Gadis kecil berusia 7 tahun yang imut dalam balutan dres bunga-bunga pink nya berlari dengan susah payah mendekati pria itu. “Jangan lari, nanti kamu jatuh” pria dewasa itu mengangkat tubuh gadis kecil itu lalu mengendongnya dalam pelukannya. Dia pergi mendekati wanita yang berdiri tak jauh dari sana, mereka bertiga berjalan semakin jauh meninggalkan kuburan itu lagi, meninggalkan batu nisan dan penghuni di dalamnya lagi, mungkin Ethan akan kembali kesini atau mungkin ini akan menjadi kali terakhir dia berdiri di hadapan sahabatnya yang sudah tertidur bertahun-tahun itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 02

​Ethan yang baru berusia 8 tahun berjalan dengan lesu menyusuri jalanan dengan kepala menunduk, seragam sekolahnya kotor dan wajah memiliki beberapa lembam. Ethan menghentikan langkahnya saat melihat seorang gadis kecil yang sepertinya sebaya dengannya atau bahkan lebih muda. Gadis itu tengah bermain dengan seekor kucing liar, kucing itu terlihat senang dielus-elus oleh tangan kecil gadis itu. Ethan hanya berpikir itu hal konyol, gadis konyol yang bermain dengan kucing konyol. Dia melanjutkan langkahnya dan kembali menunduk, menatap ujung sepatunya yang bergantian seiring langkahnya.

​Setelah berjalan tak seberapa jauh, Ethan kembali berbalik pada gadis dan kucing itu karena mendengar suara ribut-ribut. Ia melihat gadis yang bermain dengan kucing itu tengah dimarahi oleh seorang wanita paruh baya yang sepertinya ibunya. Wanita itu bahkan menarik rambut gadis itu dan berteriak-teriak tepat diwajahnya dan gadis itu bahkan tidak menangis sedikitpun. Ethan kaget dan kembali menatap lurus kedepan saat mata gadis itu bertemu pandang dengannya. Tak ada yang bisa ia lakukan dan Ethan takut pada wanita paruh baya itu, jadi dia mencoba mengabaikan gadis itu dan kembali berjalan.

​Ethan yang masih kelas 2 SD itu sangat membenci sekolah, dia membenci semua orang yang ada disekolahnya bahkan guru-guru yang terkesan acuh tak acuh. Ethan melepaskan sepatunya dan melangkah memasuki rumah.

“Aku pulang!” katanya namun hanya disambut kesunyian, tentu saja akan sunyi. Ibunya masih bekerja dan akan kembali tengah malam. Dia hanya tinggal berdua saja dengan ibunya, ayahnya dipenjara karena penganiayaan rumah tangga dan penggunaan narkotika. Ethan menjatuhkan tasnya ke lantai dan masuk kedapur. Di kulkas ada masakan yang dibuat ibunya tadi malam dan dia hanya perlu memanaskannya jika dia ingin makan. Ada banyak catatan yang tertempel di kulkas, catatan itu tidak dimaksudkan untuk dirinya, ibunya memang suka menulis catatan dan menempelkannya agar dia tidak melupakan hal-hal yang perlu dia lakukan.

​Ethan membaca catatan baru yang ditempel tadi pagi.

Belanja bulanan dan mengirimi ibu uang.

​Sepanjang ingatan yang Ethan miliki dia jarang bertemu dengan nenek dan kakeknya walaupun begitu ibunya secara rutin mengirimi mereka uang. Ibu Ethan bekerja sebagai pegawai biasa di perusahaan kecil dan gajinya tak seberapa banyak. Ethan berharap dia bisa melakukan sesuatu agar ibunya tak perlu bekerja terlalu keras dan menanggung semuanya sendirian, terkadang Ethan membenci kebodohan ibunya untuk menikahi pria pencundang tak berguna. Dengan helaan napas pelan, Ethan pergi ke balkon dan mengangkat kain-kain yang dijemur disana dan melipatnya dengan rapi. Saat tengah berkutat dengan pakaian-pakaian itu, ingatannya kembali pada gadis kucing tadi, tatapannya seperti berharap Ethan untuk tidak pergi dari sana, seperti gadis itu ingin dirinya tetap disana dan menemaninya, wanita tadi sangat menakutkan dan terus saja menjambak gadis itu.

​Ethan tidak hanya berdiam diri di rumah, dia terkadang akan membawa hewan peliharaan para tetangga jalan-jalan atau mengurus mereka saat pemiliknya pergi. Dari situ dia akan mendapat sedikit uang yang akan dia tabung untuk keperluan sekolahnya, dia tidak ingin ibunya menanggung semuanya dan dia sebisa mungkin ingin membantu satu-satunya orang dalam hidupnya itu. keadaan memang memaksa Ethan untuk tumbuh dewasa lebih cepat dari usianya, saat anak-anak lain bermain dengan bebas dan memiliki banyak mainan, dia harus memikirkan banyak hal dan menahan diri. Sebisa mungkin Ethan tidak menangis walaupun dia berharap bisa melakukannya agar ibunya tidak khawatir dan dia tidak ingin merepotkan ibunya itu. bahkan saat dirinya di bully di sekolah hanya karena ayahnya yang seorang penjahat, Ethan tak ingin menangis dan mengeluh, dia bisa menanggungnya sendiri.

​Sore ini Ethan harus membawa seekor anjing jalan-jalan, menurut Ethan lebih mudah membawa anjing jalan-jalan daripada kucing, walaupun begitu dia harus melakukannya terkadang. Mereka pergi ke lapangan terbuka, Ethan membiarkan anjing itu bermain dengan bolanya dan dia hanya duduk di bawah pohon agar teduh, walaupun sudah sore sinar matahari masih bersinar terlalu panas. Terkadang Ethan akan memperhatikan anjing itu agar tak jauh-jauh darinya, namun dia hanya menghabiskan waktu membaca buku.

​Ethan mengangkat kepalanya dan memperhatikan seseorang duduk di sampingnya secara tiba-tiba.

“wajahmu jelek sekali” komentar gadis itu sambil memperhatikan anjing yang dibawa Ethan. Pria kecil itu kaget karena orang yang duduk di sampingnya saat ini adalah gadis yang dia lihat di depan cafe di persimpangan jalan saat pulang sekolah tadi, namun kekagetan Ethan terganti menjadi kesal dengan cepat karena mendengar komentar gadis itu.

“tidak berbeda jauh dengan wajahmu” Ethan kaget dengan perkataannya sendiri dan di detik berikutnya dia merasa menyesal telah mengatakannya.

“itu benar, sama seperti wajahku, mungkin itu kenapa kita harus jadi teman” tidak ada ekspresi tersinggung di wajahnya yang penuh luka-luka, alih-alih dia malah tersenyum dengan manis.

​“Aku Jihan” gadis itu melompat berdiri lalu menjulurkan tangannya ke depan Ethan. Ethan bangun dengan perlahan, menyapu celananya yang kotor dengan tangannya lalu menatap gadis itu binggung.

“Ethan” pria kecil itu menyambut tangan Jihan walaupun merasa ragu.

​Jihan adalah gadis yang ceria, orang yang paling ceria yang pernah Ethan lihat. Dia sangat cerewet dan membicarakan banyak hal, Jihan orang yang sangat ribut namun setiap kali dia tertawa entah bagaimana tawanya selalu bisa menular pada Ethan. Mereka berjalan beriringan dengan anjing itu di tengah-tengah mereka.

“jadi kamu harus memukul mereka dengan tendangan super” kata Jihan sambil mengepalkan tangannya dan mengayunkannya ke sembarang arah.

“aku tak ingin memukul mereka, panggil power rangers saja” balas Ethan asal.

“norak sekali, aku tak suka power rangers”

​Mereka terus berjalan sambil berbincang hingga mereka sampai di depan gang.

“sampai jumpa” kata Jihan sambil meninju dengan pelan lengan Ethan lalu gadis itu berlari kearah gang itu.

“tunggu tunggu” bahkan sebelum Ethan pergi dari sana, Jihan berlari kembali mendekati Ethan.

“aku hampir saja lupa, ini sebagai tanda kita sudah berteman” Jihan menarik tangan Ethan dan meletakan plaster bergambar di telapak tangannya lalu kembali berlari ke dalam gang itu. setelah sosok Jihan tidak terlihat lagi oleh pandangan Ethan, dia kembali melangkah untuk mengantar anjing itu pulang.

​Setelah mandi dan membersihkan dirinya, Ethan mengerjakan PR sekolahnya, dia tidak begitu suka kesepian yang menakutkan itu jadi setiap malam Ethan akan memutar musik untuk memenuhi kamarnya dan menemaninya karena dia tau ibunya tak akan pulang cepat. Walaupun begitu bukan berarti dia tidak pernah menghabiskan waktu bersama ibunya. Wanita itu sangat penyanyang dan pengertian, saat dia punya waktu libur, dia akan membawa Ethan jalan-jalan, makan apapun yang dia suka diluar, ke taman bermain, melakukan apapun yang Ethan sukai, hanya saja waktu libur ibunya itu sangat jarang. Ethan tidak akan mengeluh soal itu, dia tau betapa lelahnya ibunya.

​“kamu sudah bangun?!” kata ibunya saat Ethan keluar dari kamar sudah berpakaian rapi dalam balutan seragam sekolahnya.

“eum” Ethan hanya bergumam sambil duduk di meja makan.

“hari ini mama buatkan nasi goreng kesukaan Ethan eum” kata wanita itu sambil meletakan piring berisi nasi goreng dihadapan Ethan.

“ini kenapa lagi sekarang?” tanya ibunya saat melihat wajah Ethan yang babak belur bekas kemarin dia dipukuli anak-anak yang membully nya.

“aku hanya jatuh” kata Ethan berbohong lalu mengalihkan wajahnya kearah lain agar ibunya berhenti menatapnya.

“tidak ada yang memukulimu kan?!” tanya ibunya lagi yang masih khawatir, Ethan menggeleng dan mencoba meyakinkan ibunya.

​Mereka sarapan bersama dan setelahnya ibunya akan mengantar Ethan ke sekolah. Jihan tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya, namun Ethan berharap sekolah gadis itu lebih baik dari tempatnya, dia berharap Jihan tidak bersama orang-orang jahat seperti orang-orang yang berada di sekolahnya. Tapi dia tau Jihan punya wanita jahat yang menyiksa nya kemarin dan Ethan tidak bisa melakukan apapun tentang itu.

“sepulang sekolah, jika kamu mau ke suatu tempat kabari mama ya” kata ibunya saat Ethan hendak keluar dari mobil tua mereka, kendaraan satu-satunya yang mereka miliki walaupun sering mogok.

“eum aku akan langsung pulang” balas Ethan lalu menutup pintu mobil dan melangkah memasuki gerbang sekolahnya.

​Disekolah semua orang menjauhi Ethan karena menganggapnya penjahat juga, dia sama sekali tidak memiliki seorang teman pun. Guru-guru disana sebenarnya merasa prihatin pada Ethan namun mereka enggan bermasalah dengan para wali murid karena sekolah ini adalah sekolah swasta yang baru dibangun, mereka takut para orang tua yang kaya dan angkuh itu membesar-besarkan masalah ini karena tak ingin mengaku anaknya salah akan memilih untuk pindah ke sekolah lain dan mereka akan kekurangan murid, oleh karena itu sering kali pihak sekolah menutup mata pada perundungan yang dilakukan anak-anak orang kaya itu.

​Saat jam makan siang, Ethan memilih makan siang sendirian di UKS, biasanya tak banyak orang yang akan datang ke UKS dan penjaganya juga sangat baik. Saat tengah memakan bekal yang ia bawa, Ethan mengeluarkan plester bergambar itu dari kantong celananya. Teman pertama dan satu-satunya yang Ethan miliki, dia berharap bisa bertemu gadis itu lagi hari ini dan mendengarkan ceritanya yang menyenangkan. Ethan memilih untuk menyimpan plester itu daripada memakainya karena ini adalah tanda sah mereka menjadi teman. Sepulang sekolah Ethan berdiri di depan café yang tak begitu besar dan terdapat banyak tanaman di depannya, café yang di bangun dari kayu dan tetap mempertahankan warna cokelat gelap kayu itu, kemarin dia bertemu Jihan disini dan dia tidak tau apa gadis itu akan muncul disini lagi atau tidak, dia lupa bertanya dimana mereka bisa bertemu.

​Seorang perempuan muda berusia awal 20 tahunan keluar dari dalam café, perempuan itu sepertinya pegawai café ini dilihat dari seragam yang ia kenakan. Ethan khawatir perempuan itu akan mengusir dirinya karena hanya berdiri di depan café seperti orang bodoh. Namun berbeda dari yang Ethan bayangkan, perempuan itu malah bersenyum padanya dan berjongkok di depannya.

“disini panas sekali, kamu mau masuk kedalam? Kami punya es krim” perempuan itu mengajak Ethan untuk masuk sambil menggandeng tangan kirinya dengan lembut. Ethan tidak merespon dan hanya berdiri mematung sambil memperhatikan wajah cantik perempuan itu. Ethan tidak tau harus melakukan apa karena dia orang yang kaku, Ethan tak begitu pandai berhadapan dengan orang lain.

“ayo” ajak perempuan itu lagi dan Ethan melangkah bersamanya untuk memasuki café itu. di dalam tak begitu banyak orang, tapi orang-orang yang berada disana terlihat santai dan melakukan urusan mereka masing-masing.

​Perempuan itu menuntun Ethan ke sudut café agar bocah kecil itu merasa nyaman lalu mendudukannya di salah satu bangku kayu, di dalam sini jauh lebih dingin dan nyaman daripada di luar.

“tunggu sebentar ya, kakak akan bawakan es krim” katanya lalu hendak pergi namun Ethan menggenggam erat ujung baju perempuan itu membuatnya kembali berbalik menatap Ethan.

“tidak… aku… itu, aku tak punya uang” kata Ethan dengan ekspresi khawatir membuat perempuan itu tertawa karena merasa bocah kecil itu sangat imut, dia bahkan mencubit pipi Ethan gemas.

“aku tidak bilang kamu harus bayar oke” setelah tersenyum sekilas, perempuan itu pergi meninggalkan Ethan.

​“Kak Lala kok kucingnya gak ada lagi?!” Ethan bangkit dari duduknya saat melihat Jihan masuk dengan rusuh ke dalam café dan mendekati perempuan itu yang tengah menyendok beberapa rasa es krim.

“mungkin dia pergi cari makan” jawab perempuan itu dengan lembut. Jihan ingin mengatakan sesuatu namun atensinya menangkap sosok Ethan yang masih berdiri seperti orang bodoh di sudut café. Tanpa pikir panjang Jihan berjalan cepat menghampirinya.

“kamu disini?!” tanyanya dengan ceria.

“ah ya… eum…” Ethan bahkan tak tau harus berbicara seperti apa.

​Perempuan itu mengintrupsi kedua bocah itu dengan membawa dua cup es krim tiga rasa lalu meletakannya di depan mereka berdua.

“teman barumu?” tanyanya menatap Jihan, gadis itu mengangguk semangat.

“iya kak, namanya Ethan” anak laki-laki itu spontan mengucapkan salam saat dia diperkenalkan.

“hahaha iya, nama kakak Viola panggil saja kak Lala” perempuan itu memperkenalkan diri dengan tawa renyahnya karena merasa kedua bocah itu sangat imut.

“lebih sering datang kesini ya” tambahnya lagi membuat Jihan mengiyakan dengan heboh walaupun itu dimaksudkan pada Ethan karena Jihan tentu saja sudah sering datang ke café nya.

​Kak Lala pergi saat seorang pengunjung memanggilnya untuk memesan. Mereka berdua awalnya hanya terdiam sambil memakan es krim masing-masing. Diam-diam Ethan memperhatikan cara Jihan memakan es krimnya, gadis ini benar-benar berantakan, mulutnya belepotan dengan es krim. Ethan berinisiatif untuk bangkit dan berjalan ke meja sebelah untuk mengambil kotak tisu dan meletakannya di depan Jihan. Namun gadis itu hanya memperhatikan tisu itu tanpa berniat mengambilnya. Ethan mengeluarkan selembar tisu dan mengelap mulut Jihan.

“kamu makan berantakan sekali” dia bersikap seperti ibunya saat ini. Jihan tidak mengatakan apapun dan malah mencolek es krim itu ke wajah Ethan.

“kamu makan terlalu bersih” komentar Jihan dengan nada yang sama dengan Ethan barusan.

​Tiba-tiba acara makan es krim yang awalnya tenang mulai berubah rusuh, mereka saling mencolek es krim yang lengket itu pada satu sama lain sambil tertawa dan mengejek, beberapa pengunjung yang ada disana memperhatikan mereka sambil menggeleng namun tak ada yang merasa terganggu dengan tingkah kedua anak itu.

“ingatkan aku untuk menulis anak kecil dilarang masuk di pintu depan” kata Viola pelan pada dirinya sendiri sambil mengawasi kedua bocah itu. setelah lelah dengan candaan mereka, Ethan dan Jihan memilih untuk duduk tenang di bangku masing-masing sambil mengelap wajah mereka.

​“ouh aku lupa” tiba-tiba Ethan teringat bahwa dia harus menjaga beberapa ekor kucing karena pemiliknya hendak pergi seharian ini. dengan cepat Ethan mengambil tas nya dan bangkit dari duduknya, Jihan juga melakukan hal yang sama walaupun tidak tau sebetulnya Ethan hendak kemana. Mereka berdua mendekati Viola di meja kasir, mengucapkan terima kasih untuk es krimnya lalu keluar dari café tersebut.

“kenapa kamu mengikutiku?” tanya Ethan masih melangkah dan Jihan disampingnya.

“kamu mau kemana?” bukannya menjawab, Jihan malah balik bertanya.

“aku harus menjaga kucing-kucing itu sekarang, sepertinya aku akan terlambat” jawab Ethan sambil terus mempercepat langkahnya.

“ya kamu akan terlambat jika berjalan selambat itu” Jihan mengomel lalu menarik tangan Ethan dan mengajaknya berlari. Ethan tak begitu suka berkeringat, karena itu dia jarang berlari dan semacamnya. Tapi dia tak masalah saat Jihan membuatnya berlari seperti ini, walaupun dia lelah dan sesak napas, dia tidak akan melepaskan tangan gadis itu.

​Untuklah mereka sampai tidak terlalu telat, pemilik kucing itu belum pergi dan tak memarahinya karena sedikit terlambat, setelah menyerahkan ke tiga ekor kucing miliknya, pria itu pergi dengan mobilnya meninggalkan kedua bocah itu. Ethan berjalan pelan menuju rumahnya sambil mendorong troli berisi tiga ekor kucing, Jihan masih betah mengikutinya. Ethan mempersilahkan Jihan untuk masuk ke rumahnya dan gadis itu dengan sopan hanya duduk saja. Ethan memberi makan ketiga kucing itu dan membiarkan mereka berkeliaran di dalam rumahnya, dia kedapur dan memanaskan masakan yang sudah disiapkan ibunya tadi pagi.

“kamu mau makan?” tanya Ethan sambil menyusun piring-piring di meja makan, gadis itu mengangguk dengan antusias lalu melesat duduk di salah satu kursi di meja makan itu. setelah meletakan masakan yang dia panaskan dan piring-piring atas meja makan, dia duduk di depan Jihan dan mereka mulai makan.

“enak sekali” komentar Jihan dengan mulut penuh.

“eum, mama yang memasaknya” balas Ethan sambil makan dengan pelan. Mendengar kata mama terucapkan membuat tubuh Jihan bergetar sesaat, tenggorokannya menjadi sakit saat menelan, namun Ethan tak memperhatikan perubahan itu.

​Setelah makan mereka hanya berbaring di lantai dengan kucing-kucing yang bermalasan di sekitar mereka.

“jadi dimana mamamu?” tanya Jihan dengan suara pelan, tentu saja Ethan tetap dapat mendengarnya karena mereka tidur berdekatan.

“bekerja… sampai malam, bagaimana denganmu?” Ethan mengoyang-goyang kedua kakinya.

“aku?” Jihan beralih kearah Ethan dengan ekspresi binggung, Ethan hanya mengangguk bahkan tanpa berbalik menatap Jihan, merasa terlalu nyaman dengan posisi baringnya.

“mamaku… entahlah” mendengar keraguan Jihan mengingatkan Ethan pada kejadian kemarin, pasti itu tak nyaman. Ethan bangkit dari baringnya dan mengajak Jihan kekamarnya untuk melihat-lihat mainan yang dia punya. Ethan memang tak punya banyak mainan namun tetap saja dia masih punya beberapa untuk diperlihatkan.

​Ada beberapa jenis mobil-mobilan dan robot-robotan khas anak seusianya, namun Jihan tak begitu tertarik dengan sesuatu semacam itu, fokusnya teralih pada beberapa komik conan, tak banyak, hanya ada berapa volume.

“berapa usiamu?” tanya Jihan secara tiba-tiba dan random.

“8” jawan Ethan singkat.

“anak 8 tahun membaca hal semacam ini?” Jihan menampilkan ekpresi aneh yang lucu.

“memangnya kamu usia berapa?” tanya Ethan balik menantang.

“12 tahun” kata Jihan sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

“bohong” Ethan tidak terima mulai mencoba menangkap Jihan, namun gadis kecil itu bergerak terlalu lincah dan sulit di tangkap. Mereka terus bermain kejar-kejaran sambil saling mengejek satu sama lain.

1
Bening Hijau
marathon loh aku bacanya..
kamu orangnya konstisten...
saya senang gayamu..
nanti akan ku baca cerita mu yang lain marathon juga dan komen di bagian akhir..
semangat terus..
Bening Hijau: tak langsung kamu buat q motivasi untuk menyelesaikan imajinasi ku sampai selesai
Nurul Fhadillah: Terima kasih banyak, senang sekali kalau kamu suka sama ceritanya😁
total 2 replies
mary dice
biasanya ada koma sebelum tanda petik
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, terima kasih untuk koreksi nya😁🙏🏻
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak...
S. M yanie: InsyaAllah, hhheee
Nurul Fhadillah: Iya kak, kakak juga semangat ngejalani hari2🦾
total 2 replies
cytoid
kakak bisa lihat novelku lewat profilku(^^
cytoid
kasian ethan🥺. Btw aku juga lagi buat novel baru nih kak, tolong disupport ya?🙏
todoroki shoto: semangat,kak/Smile/
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, semangat terus berkarya nya ya, terima kasih juga udah baca novel ini😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!