Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Baju Pengantin
Di Mutia Boutique.
"Ckkk Gak itu terlalu biasa... " Reihan menolak baju yang di pakai Intan saat ini.
Intan berdecak kesal, lalu mencoba gaun berikutnya, masih mencoba sabar dengan ulah Reihan. Intan keluar masih dengan wajah berusaha tersenyum karena ini di butik Bundanya.
"Ckkk... Jangan... itu pinggang dan panggulmu nampak seksi sekali... masa berjilbab bajunya kaya gitu... " Protes Reihan dengan gaun berikutnya, sebenarnya baju itu pas sekali di tubuh Intan namun terlalu membentuk lekukan tubuh, dia tak ingin jika itu terekspos banyak mata laki-laki nantinya.
"Ckkk... ! " Intan kesal menatap tajam lalu setengah mengeraskan langkahnya dan masuk kembali untuk berganti pakaian berikutnya.
"Dia pikir enak gitu gonta-ganti baju seribet ini... Awas aja kalau masih kurang pas di mata dia... Aku ketok kepalanya biar penglihatan dia normal..." Kata Intan masih ngedumel di depan cermin di bantu karyawati nya.
Intan keluar saat ini dirinya sudah siap melakukan peperangan jika gaun disain yang di baut terakhir kali ini juga akan di tolak.
Reihan membisu di tempat, dia seperti terhipnotis dengan pakaian yang di pakai Intan, sempurna sesuai selera nya namun dia gengsi untuk mengakuinya.
"Gimana?? " Tanya Intan tanpa senyum dengan ekspresi datar.
"Wajah datar gitu aja kelihatan sempurna pakai baju sekeren itu, hebat disainer bajunya... " Batin Reihan.
Hening.
Intan sudah melepas hak sepatunya siap-siap untuk mengetok kepala Reihan jika masih mengeluarkan protes pedasnya pada baju yang di pakainya.
Intan melangkah dengan memegang sepatu haknya, lalu menatap kesal pada Reihan yang masih diam memindai dirinya.
"Bajunya keren..., luar biasa..., Bagus...,Tapi sayang yang pakai wajahnya datar kaya papan seluncuran..., jadi ya sayang baju sebagus itu jadi kurang cocok gitu... " Kata Reihan tanpa saringan.
"Ya siapin mental kamu buat tiap hari lihat muka datar gini!! " Sahut Intan lalu melangkah pergi, namun kembali lagi dan mendekati Reihan membuat Reihan terkejut dan memundurkan langkahnya.
"Percuma ngajak kamu gak guna, udah besok terserah aku mau pakai baju apa!!! " Bisik Intan di telinga Reihan pelan namun mampu membuat wajah Reihan memerah, niat hati ingin membalas Intan karena kemarin sudah mengerjainya namun tetap saja akhirnya dirinya yang ikut berang saat di bilang tidak guna.
"Kamu??? " Reihan mengeratkan giginya lalu mendekati Intan seolah ingin menciumnya.
"Apa??? Ya habis kamu kesini buat apa?? Buat jadi komentator baju atau buat pilihkan baju aku, yang pas buat kita nikah yang mana? dari tadi di komentar terus tapi gak mutusin...!" Seru Intan tak mau kalah tak mundur sama sekali.
Reihan geram sekaligus gemas campur kesal pada bibir mungil merona itu, Bibir kecil tipis dan menggoda, yang kalau ngomong suka tajam dan pedas kaya cabe, ingin rasanya di raup bibir itu dengan miliknya agar bungkam. Lihat saja nanti jika sudah sah, bahkan sehelai rambut yang jatuh pun akan menjadi milikku, apa lagi semuanya yang melekat pada diri Intan, batin Reihan menatap tajam Intan yang berani menantang matanya tanpa berkedip.
"Ckkk lama-lama aku mundur aja deh dari kesepakatan ini... Berasa kerja sendirian... punya patner gak guna sama sekali..." Kata Intan kesal lalu membalik badan tapi tangannya ditahan oleh Reihan.
Reihan menarik tubuh Intan lalu membisikkan kata-kata ancaman, "Lakukan kalau mau membatalkan kesepakatan ini... jika berani maka kamu akan melihat wajah sendu Bunda Mutia..., juga saham ku akan aku jual pada orang lain... Dan Perusahaan kamu akan tinggal nama... !!" Reihan kembali Arogan membuat Intan kesal dan meninggal si pemuda arogan itu dengan hati kesalnya.
"Terserah... " Intan benar-benar masuk ke ruang ganti dan mengganti bajunya, dia memutuskan baju terakhir yang akan dia pakai nanti saat menikah, namun di tambah dengan hiasan lagi agar lebih elegan dia sudah tidak akan tanya pendapat si arogan itu sekali lagi karena percuma.
Intan keluar dengan baju kerjanya yang di pakai tadi, lalu Reihan mengikuti Intan dari belakang. saat mau tiba di pintu keluar Bunda Mutia baru datang bersama dengan Kak Tya, lalu Bunda Mutia pun menyapa Intan dan Calon mantunya.
"Masya Allah putri sulung Bunda... sama calon Mantu Bunda udah di sini ta... Udah jadi pilih bajunya??? Gimana Nak Reihan suka yang Mana?? " Tanya Bunda Mutia ramah.
"Bagus semua Bun... luar biasa yang merancang baju-baju nya... Ke-tiga nya bagus tapi Rei suka yang paling Akhir... " Kata Reihan berusaha lebih ramah dan manis.
"Alhamdulillah... itu semua Intan sendiri yang merancang loh Nak Rei... " Kata Bunda Mutia sambil tersenyum lalu memandang Reihan dan Intan bergantian.
"Wah... Luar biasa sekali Calon Istri Reihan Bun... terima kasih banyak karena sudah melahirkan bidadari cantik, shalihah dan super pintar dalam hal apapun seperti ini... " Kata Reihan begitu manis sambil memperlihatkan wajah berseri seolah-olah benar-benar jatuh cinta pada Intan.
"Waaah... Mas Reihan berlebihan ya Bun... " Kata Intan seolah-olah tersipu malu, padahal dalam hati muak dengan sikap Reihan yang berbanding terbalik dengan sikapnya jika di hadapannya.
"Ya udah ya bun...Kita pamit dulu Intan masih ada meeting... Mas Reihan juga... " Intan pun salim pada Bunda Mutia lalu disusul Reihan menyatukan tangannya di depan dadanya.
Intan tadi di jemput Reihan jadi sekarang di antar Reihan juga, karena kebetulan meeting mereka berada di restoran yang sama hanya saja kliennya yang berbeda.
Di dalam mobil keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing, Intan dan Reihan memikirkan bagaimana pernikahannya ke depan yang akan di jalani.
Intan memasang Earphone lalu mendengar kan musik tanpa memperhatikan Reihan yang meliriknya. Sementara Reihan tetap mencuri-curi pandang melihat Intan yang memejamkan mata tanpa memperdulikan dirinya, seperti nya gadis itu amat kesal terhadapnya.
Intan memejamkan mata sembari ikut bernyanyi pelan hingga dirinya ikut tertidur dalam alunan musik yang ia perdengarkan sendirian.
Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan
Seribu mimpi, berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati
Di antara lelahnya jiwa
Dalam resah dan air mata
Kupersembahkan kepada-Mu
Yang terindah dalam hidupku
Meski 'ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Meski 'ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Meski 'ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
***
Maaf terlambat up lagi...
Mohon koreksinya ya jika masih ada typo...
Oya besok hari senin, yang punya vote boleh di kasih ke Intan Atau Humaira... Terimakasih...🥰