follow aku di IG : ayu_andita28
Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.
Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!
Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Rencana Tur
Sabtu malam itu, rumah besar Mami Clara dan Papi Edwin terlihat lebih meriah dari biasanya. Lampu-lampu gantung berkilauan, menciptakan suasana elegan dan hangat. Tamu-tamu mulai berdatangan, membawa hadiah dan senyuman, siap merayakan ulang tahun pernikahan emas pasangan yang terkenal dengan keromantisan mereka itu.
Xander dan Lily tiba sedikit terlambat karena Xander harus menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan di kantor. Mereka disambut dengan ramah oleh pelayan rumah yang mengarahkan mereka ke ruang utama, di mana suara musik lembut mengalun dan tamu-tamu saling berbincang dengan riang.
Lily mengenakan gaun biru tua yang anggun, sementara Xander tampil rapi dengan setelan jas hitam. Mereka bergandengan tangan, berusaha menampilkan kebersamaan yang kokoh di hadapan keluarga dan teman-teman. Meski di hati mereka masih ada sedikit keraguan, malam itu mereka sepakat untuk meninggalkan semua masalah dan menikmati pesta.
"Selamat datang, Xander, Lily! Senang sekali kalian bisa datang," sapa Mami Clara dengan senyum lebar. Beliau adalah sosok wanita yang selalu ceria dan penuh kasih, dengan gaun merah menyala yang membuatnya tampak lebih muda dari usianya.
"Terima kasih, Mami Clara. Kami tidak akan melewatkan momen spesial ini," balas Lily sambil memberikan pelukan hangat kepada ibu mertuanya.
Papi Edwin yang berdiri di samping Clara, tersenyum bangga. "Ayo, nikmati pestanya. Makanan dan minuman sudah siap, dan jangan lupa ikut dansa nanti!"
Xander dan Lily mengangguk dan mulai berjalan-jalan di antara tamu-tamu lain, menyapa kenalan lama dan teman-teman baru. Suasana pesta yang penuh kebahagiaan dan tawa membuat mereka merasa lebih rileks. Mereka mengambil gelas sampanye dari seorang pelayan yang berkeliling dan bersulang untuk kebahagiaan Mami Clara dan Papi Edwin.
Setelah beberapa saat, Xander melihat ke seberang ruangan dan memperhatikan bahwa Bram juga hadir. Bram melambai dengan senyuman tipis, membuat Xander merasa sedikit cemas. Namun, dia mencoba mengabaikan perasaan itu dan kembali fokus pada Lily.
"Bram ada di sini," bisik Xander kepada Lily.
Lily menoleh dan melihat Bram yang sedang berbincang dengan beberapa tamu. "Biarkan saja dia, Xander. Ini malam yang spesial. Mari kita nikmati saja."
Musik berganti menjadi lebih lambat, tanda bahwa sesi dansa segera dimulai. Mami Clara dan Papi Edwin berdiri di tengah ruangan, mengundang semua orang untuk bergabung. Xander menarik tangan Lily dengan lembut. "Ayo, maukah kau berdansa denganku?"
Lily tersenyum dan mengangguk. "Tentu, sayang."
Mereka bergabung dengan para tamu lain di lantai dansa. Xander merangkul pinggang Lily, sementara Lily meletakkan tangannya di bahu Xander. Mereka bergerak pelan mengikuti irama musik, merasakan kehangatan satu sama lain.
Di tengah-tengah dansa, Bram mendekat. "Maaf mengganggu, tapi bolehkah aku meminjam Lily untuk satu dansa?" tanyanya dengan nada yang ramah namun penuh maksud tersembunyi.
Xander menatap Bram dengan ragu, tetapi sebelum dia bisa menjawab, Lily berkata, "Tentu, Bram. Hanya satu dansa."
Dia kemudian menoleh ke Xander. "Aku akan segera kembali."
Xander melepaskan Lily dengan enggan, menyaksikan mereka bergerak ke tengah lantai dansa. Bram tersenyum licik, tetapi Lily tetap menjaga jarak yang sopan. Sementara itu, Alina, yang juga hadir di pesta, memperhatikan dari kejauhan dengan tatapan penuh perhitungan.
Lily dan Bram mulai berdansa, bergerak dengan ritme yang halus. "Lily, aku minta maaf kalau pesan-pesanku membuatmu tidak nyaman," kata Bram pelan.
Lily menatapnya tajam. "Aku sudah memberitahumu, Bram. Aku mencintai Xander. Tolong berhenti mengganggu kami."
Bram tersenyum masam. "Baiklah, aku akan berhenti. Tapi kau harus tahu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu."
"Tapi maaf aku tak butuh, karena aku sudah memiliki Xander." jawab Lily.
Sementara itu, Xander berdiri di pinggir ruangan, memperhatikan mereka dengan perasaan campur aduk. Alina melihat kesempatan itu dan mendekati Xander dengan senyum ramah.
"Xander, apa kabar? Lama tidak bertemu," sapa Alina dengan nada yang akrab.
"Alina, ya, lama tidak bertemu. Terima kasih sudah datang," jawab Xander, berusaha tetap sopan.
"Bagaimana proyek kita? Ada perkembangan?" tanya Alina, mencoba mengalihkan perhatian Xander dari Lily dan Bram.
Xander menghela napas. "Proyeknya berjalan baik. Tapi mungkin kita bisa bicarakan itu nanti. Sekarang aku hanya ingin menikmati malam ini."
Alina tersenyum. "Tentu, Xander. Ini memang malam yang spesial. Tapi jangan ragu untuk menghubungiku kalau ada yang perlu dibicarakan."
Lily kembali dari dansa dengan Bram dan segera merangkul Xander. "Aku kembali," katanya dengan senyum manis. Xander merasa lega dan mencium keningnya dengan lembut.
"Terima kasih sudah menari denganku, Lily," kata Bram sebelum beranjak pergi.
Lily dan Xander menghabiskan sisa malam dengan bercengkerama dengan keluarga dan teman-teman, menikmati makanan lezat dan mendengarkan cerita-cerita lucu dari Mami Clara dan Papi Edwin. Mereka tertawa bersama, mengenang momen-momen indah, dan merasa lebih dekat satu sama lain.
Ketika malam semakin larut, pasangan itu duduk di bangku di luar rumah, menikmati udara malam yang sejuk.
"Aku senang kita datang ke sini," kata Lily sambil bersandar di bahu Xander.
"Aku juga," jawab Xander sambil merangkul Lily lebih erat. "Aku mencintaimu, Lily. Kita akan melalui semua ini bersama."
Lily mengangguk dan menatap suaminya dengan penuh kasih. "Aku juga mencintaimu, Xander. Kita pasti bisa."
Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, menyaksikan bintang-bintang yang bersinar di langit malam, merasa lebih kuat dengan cinta yang mereka miliki satu sama lain. Pesta ulang tahun pernikahan Mami Clara dan Papi Edwin menjadi pengingat bahwa cinta sejati bisa bertahan melawan segala rintangan, asalkan ada kepercayaan dan komitmen untuk selalu bersama.
Larut malam Lily dan suaminya pamit pulang.Xander melajukan roda empat nya dengan kencang menuju mansion mereka.
Beberapa menit berlalu mereka telah sampai disana.Keduanya turun dari mobil dan lekas masuk ke dalam. Mereka bersih bersih lebih dahulu baru berganti pakaian.
Grep
Xander memeluk sang istri dari samping, sesekali menciumi pucuk kepala wanitanya.
"Aku menginginkanmu." bisiknya.
Lily langsung menoleh, dia tersenyum menggoda pada suaminya.Xander langsung memboyongnya dan membawanya ke ranjang, memulai penyatuan panas disana.
Usai bercinta keduanya segera tidur dengan perasaan bahagianya.
Hari berikutnya pasangan suami istri itu bangun kesiangan.Xander dan Lily segera keluar setelah selesai bersiap. Keduanya segera sarapan bersama seperti biasa di meja makan.
"Sayang sepertinya besok lusa aku harus pergi ke negara Y." ungkap Xander.
"Kenapa kamu baru bilang sayang?" tanya Lily protes.
"Maafkan aku baby,aku lupa memberitahumu.Disana aku perginya selama seminggu!"
Deg
Tubuh Lily langsung kaku mendengarkan pernyataan suaminya barusan.Wanita itu tampak terkejut dan berat saat tahu suaminya akan pergi ke luar negeri.
kdg qt hrus pergi agar mengerti rasa kehilangan
otak lu dmn bram
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri