NovelToon NovelToon
Bianglala Negeri Impian

Bianglala Negeri Impian

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Agung Riyadi

kisah cerita Randu, seorang anak korban musibah tanah longsor di kampungnya dan hanya dia satu satunya yang selamat, kemudian mendapatkan anugerah kesaktian yang tiada taranya dari jiwa leluhur, menjalani liku liku kehidupannya dan berusaha menggapai semua impian dan cintanya.
berhasilkah Randu, please check it out the story

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agung Riyadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Priyatna

Pak Sumitra tertegun mendengar jawaban dari Randu yang tak ia duga akan seperti itu, karena sejak semula lurah itu hanya bermaksud untuk mengetahui keinginan seperti apa yang bisa membuat anak itu kembali bergairah menjalani hidupnya.

"Sebenarnya dalam hati bapak yang paling dalam nak, dan bapak yakin semua yang ada di rumah ini tetap ingin kamu tinggal disini sebab kamu sekarang adalah bagian dari rumah ini juga, tapi sepertinya kami lihat kamu sendiri merasa kurang nyaman tinggal disini," ujar Pak Sumitra lirih saja, sementara Randu hanya diam mematung tak mengucapkan apapun untuk menanggapinya.

"Kamu masih sangat muda dan masa depanmu masih panjang nak, Bapak hanya ingin kamu kembali seperti dulu lagi bermain dan belajar di sekolah bersama teman temanmu lagi, tapi bapak lihat kamu selalu bersedih setiap saat dan itulah yang buat bapak sekeluarga prihatin nak," lanjut Pak Sumitra.

Randu tetap terdiam mematung, namun sebenarnya lah ia sedang berpikir nasibnya di hari hari ke depan sebab bagaimanapun juga ia merasa sangat sungkan untuk terus tinggal dan merepotkan seluruh anggota keluarga orang orang yang telah begitu baik padanya.

Randu juga sering berpikir cepat atau lambat ia harus berusaha untuk berjuang hidup sendiri dan tidak bergantung pada siapapun juga apalagi sampai merepotkan keluarga yang telah banyak berbuat baik kepadanya terus menerus.

"Ak Randu nggak boleh pergi !"

Asih yang juga ikut mendengar dan memahami maksud perkataan bapaknya kepada Randu itu, entah kenapa merasa tidak terima dengan perkataan bapaknya yang seolah ingin mengusir pergi dari rumah itu.

Baru saja Asih merasa benar benar sangat mengenal dan akrab dengan Randu, dan menurutnya Randu lebih baik dari semua teman yang telah dikenalinya. Tentu saja ia akan sangat merasa kehilangan jika Randu harus pergi dari rumah itu.

Pak Sumitra lalu mengalihkan pandangannya pada anak bungsunya yang kini terlihat cemberut itu.

"Asih, bapak tidak bermaksud membuat Randu pergi. Bapak hanya merasa kasihan pada Randu karena setiap hari masih belum bisa melupakan peristiwa pahit yang menjadi tragedi buat desa kita itu nak, jadi bapak merasa mungkin jika Randu terus berada disini Randu akan selalu bersedih dan kemudian menjadi tidak semangat menjalani hari harinya," ujar Pak Sumitra menjelaskannya dengan sangat hati hati karena bagaimanapun dia memahami bahwa anak anak seusia mereka justru sangat sensitif dan perasa.

"Iya pak, saya akan nurut saja bagaimana kehendak bapak, karena Randu yakin itu yang terbaik bagi saya dan keluarga ini," ujar Randu lirih saja.

Mendengar ucapan Randu itu, Pak Sumitra hanya tersenyum kecil meskipun ia merasakan ada sesuatu yang menyayat hati kecilnya yang paling dalam, sejujurnya ia ingin Randu tetap berada di rumah itu selama mungkin, namun ia pun sadar bahwa di rumah itu masih ada Gandi yang darah dagingnya sendiri.

Ketakutan akan adanya gesekan antara Gandi dan Randu di masa depan selalu menjadi pertimbangan yang membebani pikirannya.

Suasana dingin masih terbawa sampai malam harinya ketika mereka seperti biasanya berkumpul untuk makan malam bersama.

Hanya Asih, saja yang tetap bersahaja mengajak Randu bercanda, dan dengan bangganya bercerita pada keluarganya tentang yang dialaminya di pinggir sungai ketika ia di selamatkan oleh Randu dari Ular belang yang hendak mematuk kakinya.

Dalam pada itu rasa bimbang dan gelisah justru sedang meliputi perasaan Bu Sumitra yang sejak awal berkumpul di meja makan terlihat lebih pendiam daripada biasanya.

"Apakah mama sedang kurang enak badan?" tanya Pak Sumitra ketika mereka berdua telah berada di peraduan mereka.

"Tidak pak, hanya saja pikiran mama kok merasa berat jika Randu jadi dibawa Priyatna,"

"Walah jadi mama inginnya bagaimana? tapi tadi bapak sudah mencoba ngomong sama Randu soal itu dan sepertinya dia nggak keberatan kok,"

"Anak itu hanya merasa nggak enak membuat repot kita pak, dia memang belum bisa menerima sepenuhnya tragedi yang menimpa keluarganya namun tadi dia sudah mau bermain dan bahkan mau bikinin enggrang yang di minta Asih,"

"Lalu bagaimana dengan Priyatna, bapak tadi siang sudah telpon dan mereka juga sama sekali tak berkeberatan apalagi saat aku bilang yang akan ia asuh adalah anak dari mendiang Mariyam," ujar Pak Sumitra sementara istrinya hanya menanggapinya dengan desahan napas panjangnya.

Baik Pak Sumitra maupun istrinya telah mengetahui bahwa ibu dari Randu yang bernama Mariyam adalah perempuan yang sangat di cintai oleh Priyatna di saat mereka masih muda, sementara adik Mariyam yang juga paman Randu yang bernama Wiguna yang kini juga sudah almarhum sejak musibah itu, adalah sahabat karib dari Priyatna.

"Bapak lihat kan tadi Asih terang terangan tak ingin Randu pergi, dia tadi ngambek dan menyuruh mama untuk membujuk bapak agar Randu tetap disini," kata Bu Sumitra kemudian.

"Baiklah lagipula ini kan masih belum jelas sepenuhnya, biarlah besok bapak bicara lagi pada Randu keinginannya yang sebenarnya, apakah mau tetap tinggal disini atau ikut Priyatna." ujar Pak Sumitra sambil mendekap istrinya yang berbaring membelakanginya karena tengah berlinang air mata.

Hari berikutnya keluarga itu mulai melihat Randu yang mulai ikut beraktivitas, meskipun belum mau berangkat ke sekolah namun Randu tiba tiba saja menawarkan dirinya pada Bu Sumitra untuk ikut bantu bantu di pabrik penggilingan padi milik keluarga itu

Dan hampir seharian pula Randu menghabiskan waktunya disana sampai sampai Asih menyusulnya karena dikira Randu pergi dari rumah mereka.

Barulah pada malam harinya, Asih yang ikut bermain petak umpet dengan Randu dan Gandi di halaman rumah mereka, di kejutkan dengan kedatangan sebuah mobil yang memasuki pelataran halaman rumah mereka.

"Om Priyatna !!!!"

Teriak Asih yang lalu berlari ke arah seorang lelaki dewasa yang baru turun dari mobil itu. Pria itu langsung tersenyum semringah dan menyambut keponakannya yang paling kecil itu dengan memeluknya.

"Apa kabar anak manis ?" ujar Pria yang masih terlihat cukup muda itu sambil mendaratkan ciumannya di pipi Asih.

"Asih baik Om, eh iya Tiara mana Om ?" ujar Asih menjawab pertanyaan dari pamannya itu sembari menanyakan anak gadis semata wayang pamannya itu yang kini berusia dua belas tahun.

"Eh, Tiara nya nggak ikut anak manis, besok kan masih sekolah,"

"Bi Yeni juga nggak ikutkah Om ?"

"Bi Yeni sedang nggak badan tadi anak manis jadi juga nggak ikut,"

"Sudah lama Yat ?" sapa Pak Sumitra yang menyambut kedatangan adik iparnya itu bersama Bu Sumitra istrinya.

"Eh barusan kok kang, oh iya dimana anak yang akang ceritakan itu ?"

"Halah, ya masuk dulu atuh makan dulu bukankah tadi kamu belum sempat makan ?" Bu Sumitra lah yang berbicara.

"Memang belum Teh, hehehe aku memang kangen sama masakan Eteh," ujar Priyatna sambil tersenyum cerah.

"Ya sudah ayo masuk dulu Yat !" ajak Pak Sumitra sambil melangkah duluan ke dalam pendopo teras rumah itu diikuti oleh istri dan adik iparnya itu.

Sementara Asih yang teringat akan permainannya langsung berlarian mencari Randu dan Gandi.

1
Agung Riyadi
luar biasa
Laelia
Ngangenin deh ceritanya.
Agung Riyadi: makasih 🙏🙏
total 1 replies
Phoenix Ikki
Bingung mau baca apa lagi sekarang. 🤷‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!