Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Paet 27 ~Memulai kehidupan baru~
Arian merebahkan badannya ke sofa. Karena putrinya, ia pulang ke rumah hari ini.
"Mas Ari?" Ema tersenyum melihat suaminya itu pulang.
Ema duduk di samping suaminya, melepaskan jas yang digunakan Arian.
"Aku siapin air buat kamu mandi, ya." Ema berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi.
Arian menghela napas panjang. Ia menatap langit-langit kamar.
"Ini benaran mas harus ikhlas, Arika? Aku kira dengan memilih untuk kamu menenangkan diri, cuma butuh waktu sebulan atau setahun saja. Ternyata sudah tiga belas tahun, kamu belum balik Arika. Harus kah aku menerima Ema sebagai istriku dan melupakanmu?" Arian berbicara dalam hati. "Entah, apakah kamu masih hidup atau kah sudah tiada?"
"Apakah kesalahanku begitu fatal sehingga kamu memberiku perasaan begini, Arika? Kau membuatku mati rasa. Apakah aku harus mulai membuka hati pada Ema?"
Sebab terlarut oleh lamunan, Arian tidak sadar jika Ema memanggilnya berulang kali.
"Mas Ari."
Arian menoleh lalu mengangguk. Dia berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan diri.
Ema menyiapkan pakaian suaminya, merasa sangat senang Arian bisa balik ke rumah hari ini.
Tok-tok.
Pintu di ketuk membuat Ema beranjak untuk membukanya.
"Karina, kenapa sayang?"
"Papa mana, mah?" tanya Karina.
"Lagi mandi tuh."
Karina beroh saja membuat Ema tersenyum.
"Aku yang buat papa mau pulang. Kata papa dia akan pulang setiap hari mulai sekarang."
"Benarkah?" tanya Ema.
Karina mengangguk membuat Ema bersorak gembira mendengar ucapan sang anak.
"Baiklah, balik ke kamarmu. Nanti mama panggil buat makam malam oke?"
"Oke, mah." Karina pun kembali ke kamarnya.
"Anak gue memang pintar, genius mengikut kepintaran papanya."
Karina memang begitu genius, sebab kepintarannya. Dia bahkan lompat kelas, padahal umurnya masih tiga belas tahun.
Selain pintar, Karina juga seorang seniman. Yang suka sangat melukis, hal itu membuatnya disukai banyak orang dan disebut bibit unggul keluarga besar Arian.
"Mas aku udah siapin pakaian kamu."
"Makasih Ema," jawab Arian tersenyum kepada istrinya itu membuat Ema mengangguk.
"Mas aku turun duluan, ya. Mau nyiapin makanan buat kamu dan Karina."
"Turunlah, nanti aku akan menyusulmu."
Setelah memakai pakaian, Arian ikut turun untuk makan malam bersama.
"Selamat malam, ayah."
"Selamat malam putri kesayangan, ayah." Arian mencium pipi anaknya.
"Mama enggak di sayang nih, pah?"
Arian terdiam dan menatap ke arah Ema yang menyiapkan nasi ke piringnya.
"Sayang kok."
"Yaudah, cium mama juga."
"Ti-dak Karin, apa yang kamu katakan? Siapa yang mengajarimu."
"Apasih pah, Karin cuma meminta papa buat cium Mama. Enggak ada salahnya kan papa cium mama, kan mama istri papa."
"Tapi..."
"Cium!"
Arian menghela napas panjang. Ia mendekati Ema dan mencium pipi mulus Ema.
"Selamat malam."
"Selamat malam juga, mas." Ema tersenyum getir, ada rasa haru yang dirasakan saat suaminya mencium dirinya.
"Ayo makan."
Mereka pun menikmati malam malam dengan penuh hangat dan kasih sayang.
Ema tersenyum melihatnya. Semoga akan terus seperti ini.
"Semoga mas Ari sudah ingin melupakan Arika."
Usai makan malam, mereka ke kamar. Karina juga masuk ke dalam kamarnya.
"Kenapa kamu kelihatan ketakutan, Ema?" tanya Arian saat mencoba mendekati wanita tersebut.
"Ma-s, mas tidak akan memukulku kan?"
"Memukul?" tanya Arian membuat Ema mengangguk. "Aku tidak akan memukulmu, kamu jangan takut. Aku minta maaf, kalau dulu aku sering memukulmu."
Badan Ema bergetar membuat Arian tersentuh, ia menarik badan wanita itu ke dalam pelukannya.
"Aku tidak akan memukulmu."
"Benaran?" tanya Ema menatap ke arah Arian.
"Iya." Arian mencium pucuk kepala Ema. "Maafin kesalahan yang telah aku perbuat, Ema. Kamu mau maafin aku kan?"
Ema tersenyum dan mengangguk.
"Aku sudah memaafkanmu, mas. Sebelum kamu meminta maaf."
"Ema, mari memulainya dari sekarang. Sepertinya aku sudah tidak bisa mengharapkan Arika. Untuk saat ini aku tak ingin kehilangan kedua kalinya."
Ema menangis. Ia kembali mengangguk, ia merasa ini semua mimpi. Seorang Arian yang berkata itu kepadanya?
"Terima kasih kamu sudah bertahan sama aku, disaat aku menunggu wanita yang sangat kucintai Ema."
"Kamu tidak perlu makasih, Arika pergi karena kesalahan kita, mas. Jadi karmanya kita tanggung sama-sama, aku sudah mendapatkan karma dan merasakan sakit seperti Arika rasakan dan kamu mendapatkan karma menunggunya terlalu lama."
Mereka berpelukan kembali. Arian menaroh dagunya di kepala Ema.
"Kita akan menjadi orang tua untuk Karina, tujuan kita untuk membahagiakannya."
Ema kembali mengangguk. Saat pintu terbuka dan memperlihatkan Karina, mereka buru-buru menghapus air mata mereka masing-masing.
"Kalian kenapa? Kok mama kelihatan habis nangis?"
"Mama tidak apa-apa, nak."
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.