NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5 Hari yang sial

HAPPY CAFE

Pagi senin, Inne sudah berada di cafe untuk memberikan les sebelum nanti ke kampus untuk kuliah.

"Kuliah jam berapa, In?" Tanya Bimo yang sedang membuatkan minuman untuk Inne dan empat orang muridnya hari ini.

"Jam sepuluh, bang."

"Kamu tu luar biasa. Sebelum mulai belajar, masih harus mengajar dulu."

"Keadaan yang memaksa harus menjadi luar biasa. Kalau gak bisa menyesuaikan dengan keadaan, berarti aku kalah dong."

"Itulah mengapa aku mencintai kamu, In. Sayangnya cintaku hanya bertepuk sebelah tangan."

"Bang Bimo bisa aja."

"Nih minumannya."

"Terimakasih, bang."

Inne pun membawa minuman itu ke meja khusus yang selalu dia gunakan untuk mengajar.

Belum satu pun muridnya yang datang. Padahal mereka sudah janjian untuk datang lebih awal pagi ini.

Untungnya tidak berselang lama, seorang pemuda tampan, murid Inne pun tiba. Kedatangannya membuat Leni terpesona.

"Ganteng banget!" Seru Leni kagum.

Dengan cepat dia menghampiri si ganteng itu. Leni pun menyarankan untuk mengantarnya duduk.

"Maaf, kak. Tapi aku sudah ada janji sama kak Inne."

"Oh, kamu muridnya Inne?" Tanya Leni.

"Iya kak. Apa kak Inne belum datang?"

"Hmm..." Leni pun pura pura mengedarkan pandangan mencari Inne, sedangkan Inne sendiri hanya bisa tersenyum geli melihat bagaimana cara Leni berinteraksi dengan anak SMA itu.

"Namanya siapa, dek?" tanya Leni pada akhirnya.

"Aku Gio, kak."

"Dek Gio ganteng ya."

"Hah?!"

"Maksud kakak, itu kak Inne disana!" Tunjuk Leni kearah Inne yang tersenyum menggoda sahabatnya yang malah naksir anak SMA itu.

Gio pun langsung menghampiri Inne. "Maaf ya kak, telat. Soalnya tadi macet."

"Iya gak apa apa. Tapi, teman kamu yang lain mana ya?"

"Gak tau juga kak. Coba saja kakak telpon."

"Udah, tapi gak ada yang bisa dihubungi."

"Mungkin mereka gak akan datang kak. Kita mulai saja kelasnya."

"Apa mungkin mereka ke sekolah dulu, ya?"

"Anak anak kelas tiga diberi hari libur minggu tenang selama dua minggu kedepan mulai hari ini, kak."

"Hmm, gitu ya."

Inne pun mulai mempersiapkan materi yang akan dibahas hari ini, kemudian dia juga memeriksa tugas Gio.

"Bagus, kamu sudah makin pintar mengerjakan soal yang ini."

"Iya kak. Penjelasan kakak sangat rinci dan mudah di pahami."

"Syukur deh kalau gitu. Kakak senang kalau murid murid kakak tambah pintar."

Belajar pun terus berjalan, sampai akhirnya tidak terasa sudah selesai.

"Permisi. Green tea untuk si ganteng Gio." Leni membawakan minuman khusus untuk Gio.

"Terimakasih kak. Tapi aku gak minum teh." tolak Gio yang membuat Leni sedih.

"Eh tapi, boleh deh aku coba." Gio pun langsung mencobanya, karena dia tidak enak melihat wajah Leni yang mendadak berubah sendu.

Inne tersenyum melihat raut bahagia Leni saat minuman buatannya berakhir diterima oleh Gio.

"Cie cie, jatuh cinta ni ye." Bisik Inne menggoda Leni.

"Menggemaskan plus tampan, In. Masak iya gue anggurin."

"Lah tapi masih bocah SMA, Leni."

"Kelas tiga SMA itu cowok keren dan matang menurutku, Inne."

"Terserah deh."

"Selamat berduaan, gue mau pesan minum sendiri."

Inne pun meninggalkan Leni dan Gio berduaan. Gio tampak tidak suka dengan teh yang diberikan Leni, dia lebih suka minuman yang tadi dipesankan Inne. Tapi sayang minuman itu sudah habis.

Sementara itu, Inne sudah berada di meja kasir. Dia pun memesan cappucino lagi, tapi tiba tiba ada cowok tinggi yang bediri di sampingnya dan memesan minuman yang sama.

"Dek, maaf ya. Saya memesan lebih dulu."

"Tapi, saya berdiri di depan kakak. Jadi saya duluan."

"Eh gak bisa gitu dong. Saya yang duluan..."

"Antrian kakak."

"Bocah tengil, gak punya sopan santun." rutuk Inne yang disenyumi saja oleh bocah yang bukan sembarang bocah itu.

"Kakak mahasiswa ya?"

Inne memasang wajah kesal pada bocah yang mencoba sok akrab dengannya.

"Lah sombong amat sih. Ditanya gak mau jawab."

"Iya." jawab Inne judes.

"Jurusan apa, kak?"

Inne mengabaikannya lagi.

"Sombong ternyata."

"Teknik komputer."

"Nah, gitu dong kak. Jadi kita bisa lebih akrab."

Bocah itu mengulurkan tangan kearah Inne. "Aku Brian. Kakak siapa?"

"Apaan coba. Nyebelin." ketus Inne.

"Cappucinonya." pesanan mereka sama tapi ini cuma satu.

Inne menyentuh gelas minuman itu lebih dulu, tapi Brian tidak mau kalah.

"Eh bocah, aku duluan ya."

"Aku yang traktir deh kak. Jadi aku duluan ya."

"Enak aja. Aku duluan."

"Aku duluan..."

Terjadi aksi saling tarik menarik, tidak ada yang mau mengalah antara mereka.

Byuuurrr

Minuman itu berakhir tumpah tepat mengenai bagian depan blouse Inne.

"Nyebelin!" Rutuk Inne kesal.

Dia melangkah menuju toilet untuk membersihkan noda yang melekat di bagian depan blouse birunya.

"Gimana dong. Mana gak bawa baju ganti lagi. Kalau harus pulang ke rumah dulu, bisa telat kelas hari ini." rutuknya.

Saat keluar dari toilet, rupanya Brian menunggu di depan pintu toilet itu.

"Maaf ya kak. Nih pakai jaket aku aja."

"Gak usah. Lagian juga gak akan ketemu lagi."

"Udah pakai aja, kak. Aku sih yakin kita pasti akan bertemu lagi." Brian memberikan jaketnya pada Inne.

Setelah mengatakan itu, Brian pun pergi begitu saja. Inne pun terpaksa menerima jaket itu. Untungnya jaketnya besar sehingga nyaman dipakai dan menutupi seluruh blouse nya yang kotor itu.

Setelah siap, Inne pun keluar dari toilet dan ternyata diluar cafe kekasihnya sudah menunggu.

"Adit!"

Adit menatap aneh kekasihnya dengan tampilan pagi ini.

"Kenapa tiba tiba pakai jaket? Perasaan ini masih musim panas deh."

Inne memasang wajah kesal, lalu dia duduk di kursi samping Adit.

"Hari ini sial, bajuku ketumpahan minuman, jadi kotor deh." adunya.

"Nah kan, kamu tu ceroboh. Makanya jangan suka bilang pacar kamu ini ceroboh, kamunya juga ceroboh. Kualat kan jadinya." ledek Adit.

"Idih, aku gak seceroboh situ ya."

"Sama aja."

"Kamu yang ceroboh! Adit ceroboh."

Adit tersenyum gemas melihat pacarnya. Dia sangat suka menggoda Inne dan membuat Inne marah. Itu bagian dari caranya mengungkapkan kasih sayangnya.

"Sayang, aku udah terima tawaran bang Romi."

"Oh ya? Bagus dong."

"Tadi aku udah pemotretan untuk profil awal."

"Mana, sini lihat!"

"Bentar..." Adit mengutak atik hpnya.

"Nih."

Adit memberikan hp nya pada Inne, disana terpampang photo dirinya dengan memakai pakaian yang membuatnya tampak lebih keren dari biasanya.

"Uuuhhh, kerennya. Gantengnya pacar aku. Adit Idol boys."

"Iyalah. Kamu aja yang baru nyadar punya pacar keren."

"Hachiii."

"Adit, kamu masih flu? Pasti obatnya gak diminum."

"Aku minum kok."

"Lah terus kenapa masih bersin bersin."

"Ya obatnya gak mempan."

"Bohong. Obatnya gak kamu minum kan?"

"Siapa juga yang bohong. Benaran diminum kok, sayang."

"Iya deh aku percaya." Inne mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Nih pakai masker. Aku gak mau ketularan."

"Percuma, nanti juga kamu bakal tetap ketularan."

"Ih Adit. Aku gak mau ya."

"Oke oke. Ya udah yok kita ke kampus."

"Ayok."

Adit merangkul pinggan Inne saat melangkah menuju mobil. Adit juga membukakan pintu mobil untuk kekasih tersayangnya itu. Adit benar benar pacar idaman yang hanya dimiliki oleh Inne seorang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!