Duri Dalam Pernikahan

mata kami saling berpandangan jujur hati ku gemetar. saat jarak antara kami begitu dekat.

ia menahan aku pergi dari sana, akhirnya aku mau menurut dan balik lagi duduk disampingnya.

" apa mau ngomong apa? " ucap ku menyembunyikan, debar.

" hmmm..saya mau ngomong sesuatu sama kamu " ucapnya, sambil memasang senyum manis.

" iyah Ngomong aja.." nada ku sedikit ku buat datar.

" sebenernya aku.." Safir menoleh pada ku.

" apa sih? " aku mencicil karna ia tidak kunjung bicara.

" aku ada rasa ke kamu na, sudah dari pertama kita bertemu..." ucapnya..

Deng.....

Rasanya aku ingin melompat saat ia menyatakan cinta pada ku, aku yang sebelumnya tidak pernah di tembak seorang pria hati ku langsung bergejolak..

" ap..aa? aku ngak salah denger? " ucap ku meyakinkan diri.

" ngak aku serius, karna ini juga tujuan awal ku mengikuti mu kesini, agar aku bisa tahu kelurga mu." jelasnya.

Aku terdiam sejenak sebelum kembali melontarkan kata..

" jika kamu bersedia maukan kamu jadi istri aku? " Safir menyecar ku.

" haaa..." ku bungkam mulut ku dengan tangan.

karna aku kaget ternyata dia tidak mengajak ku berpacaran tapi langsung menikah..

apa aku sedang mimpi? ku cubit pipi, dan tangan ku, aku merasakan sakit apa ini sungguhan?.

" jadi gimana kamu mau? " ucap Safir mengulang.

Aku mengangguk, tanpa ragu karna aku juga bingung jika kami tingal harus berapa lama lagi disini? dan belum juga harus menunggu tujuh hari mbah dan adik rara, aku takut jadi fitnah karna aku membawa seorang pria masuk ke kampung dan mungkin saja jika orang yang tidak suka memandang ku akan menganggap aku murahan!

" jadi kamu beneran mau jadi istri ku? "

" iyah mas aku mau.." aku terharu air mata bahagia yang aku teteskan.

kulihat mas Safir tersenyum, pada ku.

" tapi orang tua mas bagai mana? " Tegas ku.

" insyaallah saya akan meyakinkan mereka, dan lusa saya akan menikahi mu, saya akan bicara ini pada budhe dan pakde kamu." jelasnya.

Aku mengiyakan niat baik Mas Safir, karna selain aku juga mencintainya mungkin juga ini memang sudah jalan nya.

kami langsung berbicara pada budhe, dan pakde alhamdulillah mereka berdua setuju dengan niat kami.

Mas Safir langsung menyiapkan surat-surat dan data diri pernikahan.

Umur ku dan mas safir ternyata berjarak empat Tahun,

Kami menyiapkan rencana pernikahan, jujur aku juga heran mengapa bisa secepat ini! namun mas Safir meyakinkan diriku,

dan aku pun tahu ibadah yang paling lama adalah ibadah pernikahan..

bahkan aku tidak bisa memikirkan lainya, selain rasa syukur yang ku ucapkan, karna aku selama kita bersama Mas Safir adalah laki-laki yang sholeh, dan juga dewasa.

🌷🌷🌷🌷

Hari pernikahan berjalan dengan lancar, kami menikah tampa pesta dan acara meriah, hanya menikah lewat KUA pernikahan kami juga tidak di hadiri oleh orang tua Mas Safir.

ia hanya membawa orang dari jakarta untuk menjadi saksi di pernikahan kami serta menyiapkan bawaan dan mahar emas logam mulia seberat 100 Gram...

" alhamdulilah toh..sekarang kalian sudah sah, budhe juga jadi ngak pusing kalu jawab omongan dari Tetangga, ruing kuping budhe.." ucap bude meskipun nadanya sedikit meledek..

" nggih budhe saya maklum." ucap ku sambil melirik mas Safir..

Aku pergi ke kamar untuk istirahat karna lelah seharian, beberapa menit mas Safir menyusul ku ke kamar,

" sudah tidur? " ucap mas Safir saat aku sedang berbaring..

" Dalem mas..belum.." aku tersenyum dan langsung beranjak dari tempat ku.

" kamu cape? "

aku menggeleng, ia duduk di tepi ranjang, dan menatap ku..

" mas mau aku buatin minum? " ucap ku,

" ngak usah sayang.."

hatiku langsung meleleh. aku memang tidak pernah berpacaran. jadi ketika ada yang memanggil sayang hati ku langsung meronta.

" kita istirahat sekarang yah.."

ia mengajak ku berbaring, seperti mimpi ia! bisa tidur satu ranjang dengan pria yang aku cintai dan sekarang sudah Resmi menjadi milik ku..

kami tidur berhadapan ia memeluk ku, terlihat sorot matanya penuh hasrat.

kami berdua saling mengecup rasa, dalam permainan yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan. Mas Safir memberikan sentuhan dan belayan lembut pada setiap permainan yang kami bawa. kecupan mendarat pada setiap area sensitif..

hujan turun dengan deras, membuat desahan kami terasa samar, kami bermandi peluh di tengah hujan yang gemericik.

" makasih yah sayang." ucap mas Safir, dan mengecup ubun-ubun ku.

Kami berdua tertidur sambil berpelukan...

matahari mulai memancarkan sinarnya..

udara pagi yang dingin masih terasa.

kulihat Mas Safir yang masih terpejam di samping ku, ternyata pelukanya semalam hingga sekarang belum ia lepaskan.

" duh..allah Tampan sekali.." batin ku sambil mengecup pipi nya, sensasi geli yang ku rasakan karna terkena bulu-bulu halus disana.

" kamu udah bangun sayang? " mata mas Safir sayup-sayup terbuka menatap ku.

aku tersenyum membalas senyum manisnya.

kami beranjak dari tempat tidur, ia membantu ku melepaskan seprei dan menggantinya dengan yang baru.

setelah sarapan pagi, aku mengajak mas Safir berkeliling kampung melihat pemandangan desa Tegal sari yang masih asri.

" berati bencana kemarin parah yah, sampai banyak pohon yang tumbang. " mas Safir bertanya pada ku.

" iyah mas.." ucap ku, sekilas luka di hati masih terasa karna kepergian mbah dan adik ku.

mata ku tiba-tiba basah, mas Safir yang khawatir langsung memeluk ku...

" kamu ngak apa sayang? "

" aku ngak papa mas, cuman inget mbah sama rara aja, "

" kita pulang aja kalu ngak yah? "

" iyah mas.."

Akhirnya kami berdua pulang, sepanjang perjalan gadis-gadis desa memandang kami, kehadiran mas Safir disamping ku. menyita perhatian mereka. mereka saling berbisik sambil cekikikan...

" nganteng banget yo bojone Ratna.." ucap mereka..

" iyah yah.."

mereka saling memandang kami berjalan, mas Safir memegang bahu ku sepanjang perjalanan membuat mereka makin iri melihat keromantisan mas Safir pada ku..

Sesampainya dirumah kami berdua langsung mandi bersama...

aku terlebih dahulu keluar kamar mandi menyiapkan baju Ganti mas Safir, ku ambilkan kemeja Navi lengan pendek, serta sarung hitam dengan motif wayang.

" mas pasti tambah ganteng kalu pake ini.." gumam ku dalam hati..

saat sudah selesai aku menyiapkan baju Ganti, kulihat ada panggilan masuk dari Ponsel mas Safir, Tertulis nama Mamih...

aku berniat mengangkat nya, namun Ragu jika aku harus bicara dengan mertua ku, hingga akhirnya aku menunggu mas Safir selesai mandi.

" mas Tadi ada telefon dari Mamih.." ucap ku saat mas Safir sudah memasuki kamar.

" kamu angkat ngak tadi? " ucap mas safir penuh selidik.

Aku menggeleng....

ia langsung memakai baju yang ku siapkan dan keluar membawa ponselnya...

" Apa orang tua mas Safir tidak tahu pernikahan kami yah.." batin ku..

karna kulihat wajah mas Safir berubah saat Mamih nya menelfon! pikiranku kini penuh tanda tanya? " bagi mana kalu ternya kelurga mas Safir tidak setuju? " Aku makin menerka dan takut akan hal yang tidak ku inginkan terjadi!....

Happy reading...!!!🌻🌻🌻🌻

jangan lupa like and subscribe dan komen biar aku makin semangat Up..