Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rendra
Jangan tanya kenapa orang tuanya tak bertanya kabar atau keadaan Oryza, Oryza sendiri menyimpulkan satu hal, ia dilupakan. Tidak, dia bukan anak broken home korban perceraian, mereka adalah orang tua kandungnya. Ia juga bukan anak yang mendapat kekerasan, padahal Oryza menginginkan itu. Iya, dia ingin dipukul, dimarahi, atau dinasihati panjang lebar, bukan diabaikan. Ia tak ingin dilupakan.
Dari pojok tempat yang gelap, dengan jelas ia melihat Alice dengan Saga tertawa bahagia. Orang tua juga suaminya terlibat dalam kebahagiaan itu. Ia hanya sebagai orang tersisih, padahal bukankah harusnya ia yang menjadi ratu karena satu-satunya anak perempuan?. Ia hanya punya satu kakak dan satu adik. Andra dan Gabril, Alice bukan adiknya. Perempuan itu adalah adik sepupunya, anak dari mendiang adik mamanya
"Kak Oryza kenapa diam disini? Cosplay jadi patung atau bagaimana?"
"Kakak mau berdiri dimana aja itu terserah kakak, kamu nggak usah banyak tanya"
"Sensi banget, padahal aku nanya lemah lembut loh"
"Kamu diam aja suara otak kamu udah kedengaran, berisik"
"Wah, aku baru tau kakak punya ilmu baru bisa denger suara otak orang" bukannya tersinggung, laki-laki itu malah kembali menanggapi
"Kak Oryza"
"Hmmm"
"Kak Oryza"
"Kamu kenapa sih? Ngomong langsung yang jelas, nggak perlu manggil berkali-kali"
"Dia mau bertemu"
"Siapa?"
"Apa kakak mau menemuinya sekarang? Dia ada disini"
"Siapa maksudmu?"
"Bang Dion" bahu Oryza terlonjak, ia menatap Gabril yang tak menunjukkan raut kebohongan atau tatapan menjengkelkan seperti biasa
"Dia sudah keluar dari penjara kemarin"
"Dimana dia?"
"Sebelah sana" Gabril membawanya didekat kolam, tempat yang tak terlalu ramai oleh para tamu, ia melihat laki-laki itu disana mengenakan kemeja putih dan celana hitamnya, matanya memerah menahan luapan emosi yang bergemuruh dalam dada
"Oryza" laki-laki itu menghampirinya, berkata lirih dengan sorot mata terluka
"Maaf" gumamnya yang kesekian kali terdengar sebelum laki-laki itu masuk dalam jeruji besi
"Kamu membunuhnya Dion, padahal kita sudah sepakat tak menggunakan senjata saat itu" Oryza berkata lirih, terlalu sulit mengenang masa lalu
"Aku salah, aku minta maaf"
"Kenapa kamu masih berani muncul didepanku sekarang?"
"Aku hanya ingin mendengar maafmu, hidupku selalu terlingkupi rasa bersalah, aku tak bisa tidur tenang selama ini karena kejadian itu"
"Aku memaafkanmu"
Masa SMA Oryza sepertinya terlihat bebas untuk beberapa orang yang melihatnya, ia menjadi gadis tomboy yang berpakaian selayaknya laki-laki, bandel, suka melanggar peraturan, kebut-kebutan di jalan, bahkan hampir semua temannya adalah laki-laki. Ia malas sekali berurusan dengan perempuan yang menurutnya ribet, alkohol ibarat konsumsi rutinnya masa itu. Tak heran ia beberapa kali berurusan dengan kepolisian
Semua orang pasti berpikir ia menyalahkan kekuasaan orang tuanya dengan cara yang salah, tapi Oryza justru berpikir sebaliknya. Ia menggunakan kekuasaan itu untuk cara yang benar, untuk sedikit saja mengalihkan atensi orang tuanya. Disaat orang lain ingin kebebasan tanpa dimarahi ketika pulang malam, ketika dapat nilai jelek, bahkan ketika anaknya mabuk-mabukkan. Oryza menginginkan sebaliknya, ia ingin dimarahi, dinasihati panjang lebar bahkan dipukul, agar ia tau kalau kehadirannya masih dianggap ada
Masa putih abu kelam itu membuatnya berteman dengan banyak tipe laki-laki, termasuk Rendra si ketua geng motor yang tersohor kala itu. Mereka satu kelas, satu grup tongkrongan bahkan Oryza bergabung sebagai satu-satunya anggota perempuan saat itu
Kegiatan mereka tak jauh-jauh dari dunia malam, balapan liar, perang dengan sekolah sebelah, membuat onar dan melanggar peraturan sekolah. Oryza yang merasa kosong saat itu seperti menemukan keluarga baru tanpa ikatan darah. Gadis itu bisa sedikit tertawa dan melupakan sementara masalahnya
Memang betul kadang persahabatan laki-laki dan perempuan tak bisa sepenuhnya murni, perlahan benih rasa suka tumbuh pada salah satu diantara mereka, Rendra menyatakan perasaannya ketika ulang tahun Oryza yang ke tujuh belas. Gadis itu menangis dan meminta maaf berkali-kali, saat itu hatinya sudah terisi nama laki-laki yang ternyata berhubungan dengan masa depannya
Bagi Oryza, Rendra adalah sahabat terbaik. Berbagi luka, berbagi tawa dan berbagi rasa sakit. Sayangnya, Rendra merasakan hal yang berbeda, laki-laki itu melibatkan rasa dalam kedekatan mereka saat ia tau Oryza menyukai laki-laki lain. Hanya pada Rendra, Oryza bercerita panjang lebar, bagaimana kondisi keluarganya, bagaimana ia yang merasa posisinya tergeser dan bagaimana ia yang memiliki rasa pada laki-laki yang tak pernah akur ketika mereka bertemu
"Cinta itu tak pernah memaksa Oryza, aku tak memaksamu membalas cintaku, kamu hanya cukup tau kalau aku mencintaimu. Aku merasa sedikit lega ketika mengungkapkannya, walau sedikit kecewa juga karena kau menolaknya, tolong jangan menjauh karena ini, kita akan tetap sahabat selamanya"
Kata-kata Rendra yang menenangkan Oryza, ia memeluk laki-laki itu erat dan menangis, saat orang tuanya sibuk dengan sepupunya, saat kakaknya sibuk dengan persiapan kuliahnya, saat Gabril sibuk dengan masa anak-anaknya, Oryza hanya memiliki Rendra. Rendra tempatnya bersandar, Rendra tempatnya menangis dan Rendra tempatnya berbagi luka. Laki-laki itu tak pernah menghakimi dengan mengatakan andai ini dan itu, ia hanya mendengarkan Oryza bercerita, menghapus air mata gadis itu dan memberinya pelukan kala gadis itu hancur. Mereka dua orang yang sama tapi berbeda, Oryza kacau karena merasa diabaikan dan Rendra kacau karena selalu dibandingkan dengan saudara tirinya
Oryza mendeskripsikan Rendra sebagai orang penting, ia pernah bilang kalau peringkat Rendra ada diatas cintanya. Oryza tak tau mendeskripsikan bagaimana, ia tau bagaimana jatuh cinta, dan rasa pada Rendra bukan cinta, tapi seperti hubungan keluarga yang begitu erat, Rendra adalah saudara tak sedarahnya. Ia selalu menyebutnya seperti itu.
"Sebagai sahabat yang merangkap saudara, ketika kamu disuruh memilih antara aku atau cintamu, apa yang akan kamu pilih?" Pertanyaan Rendra malam itu, malam yang dingin karena gerimis yang membasahi kota
"Aku memilihmu" Oryza tak perlu dari lima detik untuk menjawab yakin
"Benarkah?"
"Tentu saja. Denganmu aku bebas menjadi apapun, aku terbuka tentang semuanya, aku melibatkan hati tapi tidak melibatkan rasa itu. Aku menyayangimu, terlalu menyayangimu sampai aku tak bisa mencintaimu" Rendra mengelus rambut Oryza malam itu, mereka duduk beratapkan langit dan awan mendung yang mulai menurunkan hujan tanpa niat sedikitpun mencari tempat berteduh. Benang merah yang mengikat mereka terlalu kusut, tak bisa terurai namun saling menarik dan akhirnya putus, meninggalkan rasa cinta yang tak akan pernah terbalas sampai pada tragedi siang itu, tawuran dengan sekolah sebelah. Harusnya itu sama saja seperti tawuran yang kemarin, hanya adu fisik dan beberapa kata-kata kasar, masalahnya adalah karena tak terima kalah balap. Itu hal biasa terjadi, bukan sesuatu yang perlu ditakuti untuk mereka yang sudah terbiasa, paling parah paling hanyalah patah tulang. Mereka sepakat sejak awal, hanya tangan kosong tanpa senjata. Tapi ditengah sengitnya pertempuran, suara tembakan terdengar, Rendra yang berada di dekat Oryza ambruk dan membuat gadis itu segera menangkapnya
"Rendra" air matanya turun tanpa dipinta, laki-laki itu mengerjapkan matanya seperti segera kehilangan kesadaran
"DION!" Oryza berteriak keras melihat si penembak yang juga mematung disana, laki-laki itu adalah saudara tiri Rendra. Sampai suara sirine polisi terdengar tak ada sedikitpun yang beranjak pergi dari lokasi
"Cepat kita bawa Rendra kerumah sakit" terlalu mengejutkan sampai orang bingung bagaimana bertindak
"Ikut kami ke polsek sekarang"
"Pak saudara saya terluka, tolong bantu kami membawanya kerumah sakit" Oryza memohon pada petugas itu, bersimpuh kala merasakan genggaman tangan Rendra mengerat
"Biar kami yang membawanya"
"Izinkan saya ikut" ucapnya ketika polisi membantu membopong Rendra ke mobil
"Kami akan membawanya sendiri, kalian segera ikut ke kantor" setelahnya mobil itu melaju kencang, meninggalkan Oryza yang pasrah di paksa masuk pada mobil yang lain. Ia hanya berharap Rendra sembuh. Tapi justru kabar duka yang datang, peluru itu ternyata mengenai tepat di jantungnya membuatnya meninggal di perjalanan
Oryza menangis, mengabaikan nasihat panjang kali lebar Andra, bahkan ketika masalah segenting ini hanya kakaknya yang datang.
Kapan part bahagianyaaa,nih airmata smakin deras sajaaaa😭😭😭😭😭