Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Pria yang gak bisa jadi milikmu sepenuhnya"
"Apa kamu siap menikahi pria yang gak bisa jadi milikmu sepenuhnya?"
Nada menatap wajah Saga, ia bingung demgan pertanyaan pria itu. Ia mengerutkan keningnya.
"Kamu kan bisa lihat kehidupan papamu dengan..." belum selesai Saga menjelaskan, ia teringat akan Nada yang tidak memiliki ibu dari kecil sampai sekarang, karena memang Lingga tidak menikah lagi.
"Emmm... Saya ini milik negara Nada, jadi jika detik ini kami saya nikahi, maka detik ini juga kamu harus siap kalau suatu saat nanti kamu saya tinggal tugas."
Nada terdiam, ia sejenak berpikir dan mencerna ucapan Saga.
"Kalau gitu, Nada harus siap, itukan udah konsekuensi saya jadi istri Om."
"Walaupun tugas saya sampai bertahun-tahun nanti?" tanya Saga lagi.
Nada mengangguk mantap "iya."
Saga melirik Nada sejenak "semoga kamu benar-benar siap Nada" batin Saga, ia mengalihkan pandangannya.
Kini mereka sudah di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Dalam sepanjang perjalanan Saga tidak nyaman dengan pakaian yang di kenakan Nada, itu terlalu pendek memperlihatkan paha putih mulusnya.
"Astagfirullahaladzim" Saga tidak henti-hentinya beristighfar dalam hati. "Kenapa tadi aku barin duduk di depan sih?"
Mereka akhirnya sampai di rumah Nada, seketika Saga menghela nafas lega, saat gadis itu sudah turun dari dalam mobil. Saga pun ikut turun dan masuk ke dalam rumah Lingga berpamitan untuk pulang dan Saga kini sudah berlalu dari kediaman Lingga.
Wajah berseri-seri Nada pun tidak bisa di tutupi. Ia sangat bahagia karena 2 bulan lagi ai akan menjadi istri Saga.
Aww, Gak sabar!
"Bagaimana?" suara Lingga membuat Nada terperanjat di tempat. Bagaimana tidak dia lagi ngelamuni Om Om barunya eh malah di kejutin. Hampir aja jiwanya lepas.
"Aih papa!" sebelah tangan Nada memegangi blezernya yang tidak terlepas dan sebelah lagi ia gunakan untuk memukul papanya yang jahil itu.
Lingga terkekeh "jadi gimana? Cocok toh?" tanya Lingga lagi sembari menggoda anak semata wayangnya itu.
Nada malah tersipu malu.
"Pilihan papa baguskan? Sesuai harapan kamu kan? Kamu suka toh?" goda Lingga lagi dengan pertanyaan beruntun.
Semakin memerahkan wajah Nada seperti tomat busuk. Nada menganggukkan kepalanya, lalu memeluk Lingga dengan erat. "Papa memang the best" ucapnya dalam dekapan tubuh tegap Lingga yang kini tak lagi muda, namun masih tetap gagah itu.
Lingga mengelus punggung Nada dengan lembut dan sayang.
"Papa yakin Saga adalah pria terbaik untuk menjadi imammu."
Nada mengulum senyum lalu melepaskan pelukannya dari Lingga. Kini ia masuk kedalam kamarnya. Ia membuka blezer yang menutupi dress yang ia kenakan dan sejak tadi sama sekali tidak ia buka.
"Syukur dia tadi noleh ke belakang kalau gak, bakal nyesel setengah mati gue" gumamnya melihat baju yang ia kenakan di depan cermin. "Buset, belahan dada gue udah kayak punya Tante girang anjir. Ngeri sendiri gue liatnya" Nada bergidik ngeri sendiri.
Nada menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, meluapkan seluruh kebahagiaan yang membuncah di dalam hati. Ia berguling-guling sangking senangnya. Tersenyum selebar mungkin, sepuas hatinya yang sejak tadi ia tahan.
Ia membuka ponselnya dan terdapat banyak notifikasi WhatsApp dari Tasya yang masuk.
Gimana Nad?
Tasya
Gimana, sukses gak rencana kita?
Tasya
Nada!!
Tasya
Nadadodol!!
Tasya
Iih bangke, gue penasaran anjir. Buruan bales!!
Tasya
Eh si anjing bener-bener pingin gue sembelih rupanya.
Tasya
Bener-bener ya nih bocah pingin gue sembelih.
Tasya
Kalau gak lo bales gue dateng kerumah lo sambil bawa golok ya Nadadodol.
Tasya
^^^Gagal.^^^
^^^Nada^^^
Serius?! kok bisa?
Tasya
^^^Wong calonnya ganteng mana bisa gue tolak.^^^
^^^Nada^^^
Ye, si nyemot giliran liat yang ganteng aja langsung oleng.
Tasya
^^^Dia cowok yang gue cari-cari sejak beberapa hari lalu.^^^
^^^Nada^^^
Jangan bilang tu cowok yang nolongin lo kemarin?
Tasya
^^^100 untuk Anda.^^^
^^^Nada^^^
Anjir! Yang bener Nad? Wah fiks lo jodoh sama tu cowok.
Tasya
Nada mengakhiri percakapannya dengan Tasya melalui WhatsApp tersebut, ia membaca pesan terakhir yang Tasya kirim.
Apa benar yang di katakan Tasya bahwa dia dan Saga itu memang berjodoh? Tapi jika mengingat awal pertemuan mereka dan sampai detik ini Nada percaya sih kalau mereka memang jodoh.
____________________
Sepulang dari mengantar Nada, Saga tiba di asrama. Ia melihat Dirga dan Abhian sudah tertidur di ranjang mereka masing-masing.
Saga membaringkan tubuhnya di ranjangnya sendiri setelah berganti pakaian. Saga melipat tangan kanannya dan menjadikan bantal untuk kepalanya, lalu menatap langit-langit asramanya lekat. Ia sejenak memikirkan wajah Nada yang hanya sekilas ia lihat, gadis itu sangat cantik, Saga tidak munafik. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang ia tolong beberapa hari yang lalu adalah anak dari komandannya sendiri dan yang di jodohkan olehnya pula.
"Ya Allah, kenapa dunia ini begitu sempit?" gumamnya.
Karena masih jam 10 malam, Saga berniat untuk menghubungi ibunya di kampung untuk memberitahukan kabar gembira ini.
"Halo Mak, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam" jawab ibu Saga di seberang sana.
"Mak gimana kabarnya sehat?"
"Alhamdulillah, Mak sehat bang. Abang sehat?"
"Alhamdulillah mak, abang sehat. Citra mana mak, udah tidur dia?"
"Mimpilah bang adekmu hari gini tidur. Yang ada dia lagi meditasi di kamarnya supaya di taksir sama Lee Min ho katanya."
"Astagfirullah, siapa pulak itu Lee min ho mak? Gebetannya?" polos Saga tidak mengetahui siapa Lee min ho.
Mak terdengar terkekeh di sebrang sana "kau baru keluar dari goa apa gimana ya bang, Lee min ho pun gak tau. Itu lo laki sejuta umat."
Saga mendelikkan matanya "astagfirullah, si Citra naksir sama laki orang yang banyak bininya gitu mak?"
Masih belum paham dia permisa.
Tawa mak semakin kencang terdengar. "Astagfirullah bang, ternyata abang beneran baru keluar dari goa rupanya. Itu loh aktor Korea. Bukan laki orang. Kau tau lagi ngehalu?"
"Iya."
"Nah itu adekmu itu lagi ngehalu bang. Bukan gebetan si Citra. Kalau bener Lee min ho gebetan adekmu udah Mak salip duluan buat jadi bapakmu" ucap Mak sambil terbahak-bahak.
Saga terkejut dan mendengarnya ternyata maknya juga ikut demam Korea.
"Tumben abang nelpon malam-malam kayak gini? Kenapa?"
Saga tersenyum kecil.
"Mak."
"Hm."
"Abang... Mau nikah."
"Ha? Ngomong apa kau berikan bang? Mak gak salah denger?"
Saga terkekeh "gak mak, 2 bulan lagi akad nikahnya."
Mak sejenak terdiam di sebrang sana mencerna ucapan Saga "kok tiba-tiba bang? Jangan bilang kau buntingi anak orang?"
"Astagfirullah mak, Deket sama cewek juga gak mak."
"Lah, itu?!" nada suara mak terdengar meninggi.
Belum sempat Saga berbicara, Mak sudah kembali bersuara.
"Abang bilang gak deket sama cewek, tapi kok bisa tiba-tiba mau nikah? Anak gadis mana yang mau samamu? Mamak gak percaya."
"Astagfirullah mak, abang beneran loh ini. Kemarin aja mamak suruh abang cepat-cepat nikah, padahal belum punya calon, giliran sekarang abang udah punya calon mamak gak percaya."
"Serius bang? Abang mau nikah? Jangan bohongin mamak ya dosa loh" suara mak terdengar serius.
"Ya Allah mak, abang serius. Untuk apa Abang bohong?"
"Cantik gak bang calonnya?"
Saga tersipu malu mendengar pertanyaan maknya "cantik mak" dengan senyuman manis di bibirnya. Jika saja 2 lettingnya melihat senyum Saga saat itu pasti mereka langsung tumpengan karena Saga itu jarang sekali tersenyum.
"Alhamdulillah kalau memang benar abang mau nikah. Mamak bedoa semoga semua di permudah dan lancar. Mamak bakalan terbang ke sana kalau udah dekat hari akad ya bang."
"Amin iya mak."
___________________
Lingga nampak sibuk di ruang kerjanya mengurus beberapa berkas pengajuan. Nada berinisiatif untuk membantu, tapi Lingga malah menolaknya. Lingga memberikan beberapa berkas kenegaraan yang harus di pelajari dan di hafal oleh Nada.
"Segini banyaknya pa?"tanya Nada kaget melihat tumpukan berkas yang menjulang tinggi.
Lingga mengangguk " hafal dan pelajari itu semua" Lingga langsung berlalu dari hadapan Nada.
Nada menghela nafasnya kasar.
"Segini ribetnya mau jadi bininya Om Saga ya Allah. Gak bisa kayak orang-orang gitu? Langsung nikah aja" gerutunya wajahnya terlihat suram.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum" salam seseorang dari balik pintu.
Nada berjengkit dari tempatnya mendengar suara berat yang sangat ia tanda itu. Wajah yang suram tadi langsung berubah cerah, secerah matahari di pagi hari.
"Waalaikumsalam" jawabnya langsung saja ia berlari ke arah pintu utama untuk membuka pintu. Akhirnya wajah yang cerah itu sekarang semakin menyilaukan akibat senyuman di bibir Nada, karena melihat Saga sudah berdiri dihadapannya mengenakan baret hijau serta baju PDH yang semakin menambah kadar ketampanannya.
Astaga, calon suami gue ganteng banget kalau pakai baju PDH begini ya Allah.
"Siapa nak?" tanya Lingga dari dalam rumah.
"Om Saga pa."
Saga tersenyum kecil mendengar calon istrinya malah memanggilnya dengan panggilan 'om'. Saga yang tadinya menunduk kini mendadak mendongakkan kepala. Karena saat ia menunduk Saga malah melihat Nada yang memakai rok pendek sebatas lutut.
Calon istri gak tuh.
"Kamu udah datang ga? Masuk sini" Lingga menyuruh Saga masuk ke dalam rumah.
"Siap, baik ndan."
Lingga dan Saga duduk di ruang tamu, sementara Nada pergi ke ruang tamu. Karena ini hari Minggu ART yang bekerja di rumah Lingga libur, jadi Nada lah yang menyiapkan minumannya.
"Maafin saya ya ga, padahal kamu sibuk, kamu malah ngurusin semuanya sendiri."
"Gak papa kok ndan, saya gak merasa di repotkan. Kan demi masa depan saya. Dan komandan juga kan bantu saya."
Lingga menganggukkan kepalanya.
Nada keluar membawa 2 cangkir teh untuk 2 pria tercinta miliknya itu.
Hiya, tercinta gak tuh.
"Oh iya ndan, izin. Hari ini kita mau foto untuk lengkapi berkas pengajuan" ucap Saga pada Lingga "kamu udah dapat bajunya kan?" Saga beralih bertanya pada Nada yang sedang memandanginya.
Nada kelabakan karena tiba-tiba Saga bertanya padanya. "Ya-ya udah om" kemarin papanya memberikan baju Persit tanpa lencana karena seratus Nada masih sebagai calon istri.
"Kamu udah kasih tau mamakmu di kampung ga?" Lingga bertanya.
"Siap, sudah komandan."
"Bagus. Apa kata mamakmu?"
Saga menunduk, ia telihat salah tingkah "izin,mamak senang ndan karena sebentar lagi punya calon mantu"
Ya Allah si manusia lemah hati, lemah iman kayak si Nada pasti bentar lagi terbang tu dibilang calon mantu sama Mak Saga.
Dan terbukti Nada malah mesam mesem gak jelas, wajahnya terlihat seperti tomat busuk mendengar ucapan Saga.
"Sana nak, siap-siap dulu. Kan mau foto buat pengajuan" ucap Lingga pada anaknya dengan wajah memerah.
"Iya pa" seketika ia berlari ke lantai 2 letak dimana kamarnya berada. Setelah beberapa menit, Nada keluar dari kamarnya ia sudah rapih dengan memakai baju Persit dan juga jilbabnya.
Seketika Saga tanpa sadar menatap Nada yang terlihat sangat berbeda saat menggunakan jilbab yang menutupi kepalanya. Jauh lebih cantik.
Masyaallah.
Nada pun merekam wajah Saga yang kini terang-terangan menatapnya. "Ehm" Nada berdeham. "Katanya gak boleh natap perempuan yang bukan mahramnya. Tapi sekarang kok Om Saga yang ngeliatin aku kayak gitu? Kenapa? Calon istrinya cantik banget ya Om."
Saga langsung tersadar mendengar ucapan Nada.
"Astagfirullah" ucapnya sambil mengusap kasar wajahnya.
Lingga dan Nada pun terkekeh melihat tingkah Saga.
"Kamu usah selesai?" tanya Saga yang langsung mendapat anggukkan kepala dari Nada.
"Ya sudah, ayo berangkat" mereka pun berpamitan pada Lingga, mencium punggung tangan Lingga bergantian.
"Izin, kita pergi dulu ndan" ucap Saga yang di angguki oleh Lingga.
"Hati-hati."
Keduanya mengangguk dan berlalu dari sana.