Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Driver mobil rental
Alina tak henti hentinya tertawa membayangkan wajah sang ayah. Hingga gadis itu pun memutuskan menyusul Barra yang sedang mengantre.
Setelah beberapa saat menunggu, penjual pun memberikan pesanan mereka.
"Ini Bang jadinya lima puluh lima ribu semuanya." ucap si penjual sambil menyerahkan sebuah bungkusan yang menguarkan bau harum menggugah selera itu
"Ah iya , sebentar..." ucap Barra menerima bungkusan itu dan ia pun mengambil dompetnya. Naas, Barra tak menyimpan uang cash di dalam dompetnya. Sebab terakhir ia memberikan semua uang tunainya pada Si Bibi di rumah pagi tadi.
"Kenapa Om?" tanya Alina yang melihat wajah Barra yang berubah tegang
Pria tampan bertubuh atletis itu pun merogoh saku celana dan jaketnya namun nihil, Barra tak menemukan selembar uang pun di sana.
"Eummm maaf Bu, apa bayarnya bisa transfer saja? Atau pake Dana, Ovo atau Qris atau apapun itu.. Kebetulan saya tidak membawa uang tunai." ucap Barra sopan
"Eh Bang, ganteng ganteng mau nipu situ ya?.Kalo ngga punya duit ngga usah belaga beli Bang!!".omel sang penjual dan melayangkan tatapan sengitnya ke arah Barra
Alina yang melihat pun lekas merogoh tasnya dan mengeluarkan lembaran uang pecahan berwarna biru dan hijau. lantas memberikan pada penjual itu.
"Ini Bu. biar saya yang bayar, kembaliannya ambil aja Bu," ucapnya sambil mengajak Barra segera berlalu dari tempatnya berdiri.
Barra menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal dan kali ini ia benar benar merasa malu di depan Alina.
"Naah gini dong. beli ya harus bayar!! Neng, jangan mau di porotin sama cowok modelan kaya gitu neng. Ganteng doang tapi nggak modal. Lagaknya pake mobil mewah, tapi duit kaga punya!! Driver mobil rental paling ini cowok model ginian!!" cerocos sang penjual dan Alina lekas membawa Barra menjauhi tempat itu.
Keduanya segera masuk ke dalam mobil. Barra mengusap wajahnya kasar dan menyugar rambutnya ke belakang dengan jari tangannya.
"Maafin saya ya. jadi pake uang kamu. Nanti saya ganti, kita mampir ATM didepan. Oke? Bay de way, terimakasih ya....Lin," ucap Barra merasa tertolong dengan sikap Alina yang menyelamatkan nya
" Udah gak papa Om. Ngga usah di ganti. Lagian uang jajan dari Om Barra buat aku masih ada kok." cicit gadis itu
"Uang jajan? Kapan saya kasih uang jajan kamu?" tanya Barra yang mulai mengemudi
"Yaelah lupaan. Emang ya tampang mah bisa bohong, tapi daya ingat ga bisa bohong. Ha ha ha," ledek Alina sambil terkekeh
"Waaah kamu ngatain saya tua gitu?" ujar Barra sambil memasang wajah cemberut nya. Alina sampai gemas melihat Barra yang tengah merajuk.
"Ha ha ha habisnya Om Barra tuh lucu. Tiap hari kalo antar Alina ke sekolah itu ngasih uang saku kan, lah kok bisa lupa kapan ngasih uang jajan? Aneh emang... Ha ha ha" cerocos gadis yang sedang mengikat rambutnya asal sebab merasa tidak betah dengan rambut yang terlalu lama di gerai.
"Ohhh uang saku maksudnya?" tanya Barra mengernyit heran
"Iyalah. Uang saku ya kan uang jajan. emang beda?"
"Yaa itukan buat jajan kamu di sekolah Alina.... kamu di sekolah emangnya ngga jajan?" tanya Barra merasa heran
"Ya jajan, tapi kan ngga habis juga sehari. Om barra kan ngasih uangnya kadang dua ratus ribu, kadang tiga ratus ribu. Besoknya juga ngasih lagi. Ya kali Alina ngabisin duit segitu tiap hari, bisa beli kantin se isi isinya ha ha ha." ucap gadis itu tergelak, barra pun nyengir kuda
" he he he ya mana saya tahu. Udah nanti pokoknya saya ganti uangnya. Kita cari ATM sekalian Om juga harus siapin cash ini. nanti malah kamu harus bayarin lagi kalo saya ngga bawa duit lagi." cengir Barra
"Terserah om barra ajalah. Oh ya, tapi gimana kalo saya ngga mau nerima uang ganti pempek Lamborghini nya?" ucap Alina sambil tersenyum nakal
"Emmm... Kenapa? Apa ada sesuatu lain yang kamu inginkan dari saya?" tebak Barra melihat wajah Alina yang seakan tengah menginginkan sesuatu
"Kok bisa tahu sih... Om Barra? Kaya dukun aja," cicit Alina dan ia pun terkekeh
"Ya taulah.. Tuh liat di kaca spion, wajah kamu keliatan banget lagi ada maunya ha ha ha..."
"Seriusan ini dibolehin minta sesuatu?" ucap Alina dengan mata berbinar binar dan Barra pun mengangguk dengan sebelah tangan mengacak gemas rambut Alina
"Ish berantakan lagi nih rambut saya,,," omelnya sambil membetulkan kembali ikatan rambutnya dan kini gadis itu malah menggelung rambut hingga menampilkan lehernya yang jenjang membuat otak Barra bertraveling.
"Boleh boleh, mau minta apa kamu sayang?" tanya Barra sambil menggenggam tangan Alina, sementara sebelah tangannya memegang kemudi.
"Ajarin Alina nyetir mobil, heeeee,"cicit gadis itu membuat Barra mengerutkan keningnya
"Setir mobil?"
"Iya. Boleh kan?"tanya Alina sambil tersenyum centil
"Kalau itu tidak gratis Nona..." jawab Barra sambil melipat bibirnya ke dalam
"Aissshhhh... Kan om Barra udah banyak duit. Masa minta duit sama saya sih?" ucap Alina sedikit kesal, ia mengerucutkan bibirnya
"Yee siapa juga yang minta bayaran duit?" ledek Barra
"Ya terus apa? Bayar pake apa?" tanya Alina tak mengerti
"Yang pertama kamu harus cium saya,,," ucap Barra dengan santai
"Yang pertama? Brati ada lagi dong lanjutnya?" tanya Alina menatap kesal pria di samping nya itu
"Yang kedua, jangan panggil saya Om..no no no... Saya bukan om kamu ha ha ha. Gimana?"
"Okee deal!!" balas Alina mantap dan gadis itu pun mengecup singkat pipi Barra.
Blusssshhhh
Pipi pria itu pun memanas, membuat jantungnya dag dig dug tak karuan kala bibir lembut Alina menyentuh pipinya.
Mobil telah tiba di depan rumah Alina. Barra segera turun dan berjalan bersisian dengan Alina memasuki rumah.
"Assalamualaikum..." ucap keduanya bersamaan dan disambut Bu Koni yang baru saja selesai membuat kue.
"Ehh sudah pulang kalian berdua..." sambut Bu Koni dan keduanya serempak mencium punggung tangan nya
"Eummm baunya harum banget Mam, mami lagi bikin apa?" tanya Alina sambil mendudukan dirinya di sofa ruang tamu
"Piiiih ... Ini Om Barra beneran beliin Papih Lamborghini loh,, sini Pih.." ucap Alina sedikit berteriak didepan pintu kamar orangtuanya. Pak Badhot yang tengah berbaring pun langsung terlonjak.
"Astaghfirullah.. Jadi dia beneran beli?!!" pekik Pak Badhot tak percaya, padahal ia merasa ia hanya main main saja.
Tak berpikir lama, ia pun segera keluar dari kamar dan menemui calon menantunya itu
"Bar? Kamu serius beneran beli?" tanya Pak Badhot menatap tak percaya. Ia menelisik wajah Barra dan Alina bergantian. Berusaha mencari kebohongan disana,namun keduanya sama sama berwajah datar.
"Serius lah, masa sama calon mertua bohong. Iya ngga sayang?" tanya Barra sambil melirik gemas ke arah Alina.
"Ck.. padahal saya cuma bercanda loh Bar. Masa iya kamu beneran beli ..." ujar Pak Badhot sambil mendudukan dirinya di samping istrinya
Ia pun menatap dua buah bungkusan diatas meja yang mengeluarkan bau harum,
"Eh itu apa Mih?? Kayaknya baunya enak banget ,"ujarnya sambil meraih bungkusan itu. Kening pria itu mengernyit dan untuk beberapa saat ia melirik anak dan calon menantunya bergantian,
"Ini Lamborghini nya?"
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil