Dunia Yumna tiba-tiba berubah ketika sebuah video syur seorang wanita yang wajahnya mirip dengan dirinya sedang bercinta dengan pria tampan, di putar di layar lebar pada hari pernikahan.
Azriel menuduh Yumna sudah menjual dirinya kepada pria lain, lalu menjatuhkan talak beberapa saat setelah mengucapkan ijab qobul.
Terusir dari kampung halamannya, Yumna pun pergi merantau ke ibukota dan bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan penyiaran televisi swasta.
Suatu hari di tempat Yumna bekerja, kedatangan pegawai baru—Arundaru—yang wajahnya mirip dengan pria yang ada pada video syur bersama Yumna.
Kehidupan Yumna di tempat kerja terusik ketika Azriel juga bekerja di sana sebagai HRD baru dan ingin kembali menjalin hubungan asmara dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Penjara kota itu terasa lembap dan sunyi ketika Arundaru dan Yumna melangkah masuk. Bau besi, karat, dan antiseptik bercampur menjadi aroma yang tidak sedap.
Yumna meremas ujung kerudungnya, gugup bukan main. Sementara Arundaru berjalan di sampingnya, sengaja menempel sedikit lebih dekat agar perempuan itu merasa aman.
“Tenang saja,” bisik Arundaru, mencondongkan tubuhnya sedikit. “Aku di sini. Tidak akan ada yang menyentuh kamu.”
Nada suara pria itu tegas, tetapi ada kelembutan yang membuat jantung Yumna berdetak lebih cepat. Dia hanya mengangguk tanpa berani menatap pria itu.
Jam istirahat yang biasanya diisi dengan makan siang bersama teman-temannya, kini Yumna mendatangi penjara, demi sebuah kebenaran. Perempuan itu melangkah diiringi doa, karena dalam bayangannya penjara itu tempat yang menyeramkan.
Seorang sipir membuka pintu ruang kunjungan tahanan. Julio duduk menunduk, memakai seragam oranye kusam. Ketika melihat keduanya masuk, dia mengangkat wajah.
“Siapa kalian?” tanya seorang pria berusia sekitar 25 atau 27 tahun-an.
“Aku, Arundaru.”
Tubuh Julio menegang. Kemarin siang ada seorang pengacara yang mendatanginya mengatas namakan perintah Arundaru.
“Arundaru,” gumam Julio. “Aku sudah duga kamu akan datang.”
Arundaru tidak membuang waktu. Dia mengeluarkan ponsel, meletakkannya di atas meja, kamera sudah menyala.
“Aku sudah tahu semuanya. Sekarang aku hanya butuh pengakuanmu. Detail. Nama pembuat pesanan, bukti pembayaran, dan apa saja yang kamu lakukan. Bicara yang jujur.”
Julio menghela napas panjang, seperti sedang melepaskan sesuatu yang sudah lama menekan dadanya. Kemarin, pengacara Arundaru sudah memberi peringatan keras kepadanya.
“Aku sedang butuh uang cepat waktu itu,” ujarnya. “Yang menghubungi aku adalah perempuan bernama Zakia yang mendapatkan kontak aku dari temannya. Dia bilang ingin membuat video palsu untuk sebuah kejutan di hari spesial temannya. Rupanya dia berbohong. Aku baru tahu setelah video itu viral. Ternyata video panas pesanannya untuk menjatuhkan sepupunya sendiri.”
Yumna menutup mulut dengan tangan. Sakit. Sangat sakit. Hatinya seperti diremas keras.
Julio melanjutkan, “Dia hanya bilang kalau mau nge-prank wanita bernama Yumna. Lalu, wajah pria itu katanya kekasihnya.”
Sekilas Arundaru tersenyum karena dibilang kekasih Yumna. Dalam hatinya sangat berharap. Namun, buru-buru kembali ke mode wajah serius.
Arundaru menggenggam tangan Yumna di bawah meja agar perempuan itu tidak gemetar. Yumna terlonjak pelan, tapi tidak menarik tangannya. Genggaman itu justru mengalirkan kehangatan yang menenangkan.
“Uang satu juta ditransfer lewat bank,” lanjut Julio. “Aku sudah serahkan semua bukti ke penyidik, termasuk template yang kupakai untuk mengganti wajah.”
Arundaru mengangguk. “Bagus. Sekarang katakan ini untuk kamera.”
Julio menatap kamera, bicara pelan namun jelas. “Semua video panas itu palsu. Aku yang buat. Dibayar oleh Zakia.”
Lalu, Arundaru mengambil ponsel, mematikan rekaman. Ekspresinya dingin dan puas.
“Kamu sangat membantu,” katanya singkat sebelum berdiri dan mengajak Yumna pergi.
Begitu keluar dari gedung penjara itu, Yumna berhenti dan menarik napas dalam-dalam. Dadanya terasa sesak seperti habis berlari.
“Aku masih tidak percaya,” bisiknya. “Sepupu aku sendiri tega melakukan semua itu.”
Arundaru mendekat, wajahnya lembut seperti biasanya ketika Yumna terpuruk.
“Kalau kamu mau nangis, nangis saja. Aku di sini.”
Yumna menatapnya lama. Hatinya bergetar melihat betapa tulus tatapan itu. Tanpa sadar, air matanya mengalir. Arundaru spontan mengusap pipinya dengan ibu jari.
“Kamu tidak sendiri lagi,” ucapnya lirih. “Ada aku yang akan selalu berdiri membelamu, Yumna.”
Kata-kata itu menusuk lembut, membuat Yumna menyadari betapa pentingnya pria itu bagi dirinya selama ini.
“Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang,” ujar Yumna perlahan.
“Ya, tentu saja temui keluargamu dan si Zakia itu!” ucap Arundaru dengan menggebu-gebu. Dia sudah tidak sabar ingin memaki Zakia.
“Aku takut pulang. Takut melihat wajah ayah dan ibu. Mereka sudah malu besar. Apalagi mendengar hujatan para tetangga.”
“Aku ikut,” balas Arundaru tanpa ragu. “Kita hadapi bersama.”
“Kenapa kamu selalu berbuat sejauh ini untukku?” tanya Yumna pelan, suara hampir tidak terdengar.
Arundaru tersenyum kecil, mendekat sedekat-dekatnya sampai napasnya hangat di wajah Yumna.
“Karena kamu orang yang berharga.”
Wajah Yumna memerah seketika. Dia buru-buru memalingkan wajah.
“Jangan menggoda aku seperti itu.”
Arundaru terkekeh. “Aku bilang karena itu kenyataannya.”
Entah kenapa, Yumna tidak membantah. Dia hanya merasa dadanya semakin hangat dan berdesir.
***
Hari Sabtu, Yumna dan Arundaru pergi ke kampung, tempat keluarga Yumna tinggal. Rumah Pak Yongki ramai ketika mereka tiba.
Angin sore membawa aroma masakan dapur dan suara bisik-bisik penuh kecurigaan dari tetangga sekitar. Yumna berjalan pelan masuk halaman, ditemani Arundaru yang selalu menjaga jarak cukup dekat.
Di ruang tamu, keluarga besar sudah duduk. Termasuk Zakia dengan wajah tengil seolah tidak bersalah.
Orang-orang tidak memedulikan kehadiran Arundaru yang datang bersama Yumna. Mereka mengira dia tukang ojek yang di sewa untuk mengantarnya.
“Oh, jadi kamu sekarang sudah berani pulang kampung!” sindir Zakia sambil melipat tangan. “Penasaran mau fitnah aku apa lagi?”
Yumna mengepal. “Aku tidak pernah memfitnah. Kamu tahu itu.”
“Kenapa kamu ingin semua keluarga kita kumpul? Ada apa?” tanya Pak Yongki.
“Alaaah, tukang drama!” Zakia memutar bola mata. “Video itu jelas kamu. Mau menyangkal apa lagi?”
Arundaru tiba-tiba melangkah maju, berdiri di depan Yumna seperti perisai.
“Berhenti bicara sebelum aku tunjukkan bukti.”
“HAH?! Kamu siapa? Jangan sok ikut campur masalah keluarga!” bentak Zakia.
“Calon masalah buat kamu,” jawab Arundaru tajam.
Suasana langsung menegang. Kemudian, seseorang masuk ke ruang tamu—seorang pria yang wajahnya sangat familiar. Yumna langsung pucat.
Laki-laki itu adalah Azriel. Pria yang sudah tega menjatuhkan talak beberapa saat setelah ijab kabul.
Zakia berdiri cepat. “Ka-kamu datang juga?!”
Pria itu menggaruk kepala. “Aku disuruh datang oleh Yumna. Katanya mau bersihin nama dengan mengungkap kebenaran kejadian dua tahun lalu.”
Arundaru menatap tajam ke arah Azriel dari balik kacamata. Dia menahan tawa sinis dan dalam hati berkata, “Jadi, dia orang yang pernah menikah sama Yumna.”
“Karena semua orang sudah hadir, maka aku akan memberi tahu kebenarannya," ujar Yumna. Semua orang menatap ke arah perempuan itu dengan perasaan tidak sabar, ingin tahu.
“Zakia menyuruh seseorang untuk mengedit video por no menggunakan wajah aku dan wajah Mas Arundaru.”
Arundaru membuka topi dan kacamatanya. Semua orang terbelalak dan terkejut.
“Aku datang untuk menuntut keadilan. Kamu sudah sembarangan memakai wajah orang. Terlebih lagi untuk konten pelanggaran,” kata Arundaru dan membuat tubuh Zakia bermatung.
Pak Yongki berdiri, wajahnya tegang. “Zakia, apa sebenarnya ini? Kita semua mau dengar penjelasanmu.”
Nyawa Zakia terasa melayang sebagian. Dia bingung harus bagaimana sekarang.
Zakia justru menunjuk Yumna. “Dia yang fitnah aku! Dia yang mau menjatuhkan aku karena iri!”
“Iri?!” Yumna membalas dengan suara bergetar. “Aku kehilangan harga diri di hari pernikahanku! Bagaimana aku bisa iri?!”
“BERHENTI!” bentak Pak Yongki dan membuat semua terdiam.
Arundaru mengambil ponselnya perlahan, lalu memutar video pengakuan Julio.
Wajah Zakia langsung pucat pasi saat namanya disebut berulang kali dalam pengakuan itu. Semua mata mengarah padanya.
“Zakia,” kata Arundaru tenang, “masih mau bilang Yumna memfitnah?”
“Itu bohong!” Zakia berteriak. “Video itu pasti rekayasa! Aku tidak melakukan apa-apa!”
“Eeeh, tapi nama kamu benar kok yang hubungi dia waktu itu.”
“DIAM KAMU!!!” jerit Zakia.
Suasana meledak. Teriakan, bantahan, keributan. Semua menuduh, semua menanyakannya.
Modus mas Arun moduusss 😂😂😂
semoga keluarga Arun bisa menerima Yumna