Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak kasat Mata
"Kamu tidur di sini saja Sayang, aku ingin kalau tidur ada yang menemani," ucap Bagas sambil memeluk mesra Elena.
"Tapi istri kamu gimana? Aku tidak mau tidur seranjang bertiga ya, Mas." dengan nada manja Elena protes kepada Bagas.
"Kamu tidur sama aku berdua sayang, biarkan si gendut tidur sendirian, lagian setiap malam juga aku tidur sendirian kok, mana mau aku tidur sama perempuan jelek gitu, hanya kamu yang boleh tidur sama aku." Bagas mengecup bibir Elena, Elena membalas nya dengan perasaan bahagia, karena ini yang dia inginkan, apalagi kalau sampai dirinya hamil, dia orang yang paling bahagia karena bisa menguasai semua harta kekayaan Bagas.
Bagas menggendong Elena memasuki kamar nya tanpa melepaskan pagutannya.
Bagas membaringkan Elena di atas tempat tidurnya, Elena menahan tengkuk Bagas agar tidak menjauh darinya.
"Sebentar dong sayang, aku mau buka jas sama sepatu dulu." Bagas melepaskan tangan Elena dari leher nya.
Bagas yang sudah tidak sabar segera membawa pujaan hatinya itu menuju ke ranjang, di sana mereka akan bertukar keringat dan memadu kasih bersama.
Elena menyambut setiap sentuhan yang Bagas berikan padanya dengan senang hati dan tanpa diminta oleh Bagas, Elena dengan lihai mulai mengajak tangannya untuk menelusuri setiap inci pujaannya hingga terjadilah malam panjang yang begitu mereka dambakan.
{pov Yolanda}
Aku terbangun karena haus, aku berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum, dengan perlahan aku melangkahkan kaki.
Begitu melewati kamarnya Mas Bagas aku mendengar suara laknat yang membuat hati ku hancur seketika.
Aku bukan anak kecil yang tidak tahu suara apa yang mereka berdua keluarkan dari mulutnya yang kotor itu.
Aku ingin memastikan nya hingga aku menempelkan telinga ku di pintu kamar Mas Bagas, terdengar jelas oleh kedua telingaku kalau mereka memang sedang melakukan hal yang tidak pantas untuk mereka lakukan.
"Kamu tega Mas melakukan ini di depan mata ku, aku sadar aku ini bukan wanita yang kamu impikan, tapi setidak nya kamu hargai aku walaupun hanya sedikit," gumam ku dalam hati dengan di iringi deraian air mata.
Aku melanjutkan kembali langkahku ke dapur untuk mengambil air minum, lalu kembali ke kamar ku.
Di kamar aku keluarkan semua air mata ku sampai mata ku sembab, aku bingung harus bagaimana, kalau aku pergi aku takut terjadi apa-apa sama kakek, karena di keluarga Mas Bagas hanya kakek lah yang menyayangi aku, kalau aku bertahan, sumpah aku ngga kuat kalau setiap malam harus mendengar suara-suara laknat dari kamar Mas Bagas.
Aku terus menangis sambil berpikir apa yang harus aku lakukan ke depan nya sampai aku tertidur dengan sudut mata yang masih basah dengan air mata.
***
Pagi hari seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk Mas Bagas dan aku, sesekali aku mengusap air mata yang selalu turun dari sudut mataku ini.
Aku kuatkan hati ku untuk menghadapi kenyataan ini, aku akan bertahan untuk sementara waktu, aku ingin melihat apa yang akan di lakukan Mas Bagas ke depan nya.
Terdengar suara mas Bagas dengan wanita nya datang menghampiri sambil tertawa dan bercanda dengan mesra sekali.
"Sayang, mahkota yang selama ini sudah aku jaga telah kamu ambil, lalu bagaimana dengan diriku?" tanya wanita itu dengan nada manja sekali. Aku lihat kedua rambut mereka masih terlihat basah, sekelebat suara laknat semalam yang tak sengaja aku dengan tiba-tiba kembali terngiang di telinga ku.
Air mata tak bisa aku tahan lagi, bak air banjir yang mengalir dikedua pipi ini, dengan secepat nya aku hapus air mata ku itu karena aku tidak mau terlihat lemah oleh mereka berdua.
"Tenang Sayang, aku akan menikahi kamu dan aku akan menjadi milik mu satu-satu nya, semalam kamu hebat walaupun baru pertama kali," ucap mas Bagas membuat telingaku panas mendengarnya. Lelaki tidak memiliki hati ini bahkan memuji wanitanya telat di hadapanku, sepertinya dia terlahir tak memiliki etika sehingga bisa bersikap kejam seperti ini.
Aku melihat Mas Bagas menggeser kursi untuk tempat duduk wanita itu, selama aku kenal dan hidup dengan mas Bagas, aku belum pernah di perlakukan seperti itu.
Aku seperti biasa mengambilkan makan buat Mas Bagas sambil menahan air mata dan rasa sakit hati yang ku rasakan.
Mas Bagas mengambil nya tanpa melihat ke arah ku, karena tatapan nya tertuju kepada wanita bersama nya. Aku seperti tidak terlihat dimatanya, apakah mungkin aku makhluk tak kasat mata? Oh ... tentu bukan. Tapi Mas Bagas lah yang membutakan matanya akan kehadiranku diantara mereka.
"Bener kan Mas mau menikahi aku? Tapi aku tidak mau jadi yang kedua, aku mau mas milik aku seorang, hanya aku tidak ada yang lain yang boleh memiliki Mas," ucap wanita itu dengan tatapan sinisnya kepada ku.
"Tentu saja Sayang, kamu akan menjadi milik aku satu-satu nya, kamu dan anak kita yang akan mewarisi semua harta aku," ucap Mas Bagas sambil memberikan suapan kepada wanita kejam itu.
Mereka berdua terus melakukan hal yang romantis membuat hati ku panas dan hancur, ingin sekali aku melempar wanita itu dengan gelas yang ada di hadapan ku ini, tapi aku menahannya karena aku takut Mas Bagas murka kepada ku.
"Sayang tunggu sebentar, Mas mau ambil ponsel di kamar." Aku melihat Mas Bagas pergi meninggalkan kita berdua di meja makan.
"Kamu sudah mendengarnya kan tadi, kalau aku adalah wanita yang akan menjadi istri satu-satu nya buat Mas Bagas, jadi kamu siap-siap untuk pergi menjauh dari kehidupan Mas Bagas.
"Jangan mimpi, aku tidak akan membuat semua itu terjadi, aku pastikan Mas Bagas tidak akan menikahi kamu." Dengan sedikit memberanikan diri aku menggertak nya.
Kami berdua saling menatap dengan tatapan yang tajam seakan-akan peperangan akan segera di mulai, aku terus menatapnya, aku tidak mau dianggap lemah dan kalah.
Tanpa ku sadari Mas Bagas sudah kembali ke ruang makan, wanita itu menumpahkan air minum ku ke tubuh nya sambil berteriak seolah-olah aku lah yang telah menyiram nya dengan air. Wanita licik ini benar-benar pintar sekali berakting, aku benar-benar akan memuji sandiwaranya andaikan ia lakukan didalam sinetron andalanku, tapi sayangnya ini ada dunia nyata.
"Auch, kamu ini apa-apaan sih, kalau kamu tidak terima Mas Bagas menikahi aku, ngomong baik-baik, biar aku yang pergi dari Mas Bagas." teriak wanita itu dengan sengaja meninggikan ucapan nya agar terdengar oleh Mas Bagas.
"Yolanda." Aku tersentak kaget mendengarnya teriakan Mas Bagas ketika memanggil namaku. Aku melihat lelaki itu menatapku dengan murka.