Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Hari berikutnya ...
Dokumen perjalanan Sofia untuk keluar negeri pun siap. Uang punya kuasa semuanya menjadi mudah. Tidak butuh waktu sehari semuanya sudah jadi.
Sofia memandangi dokumen perjalanan yang merupakan identitas nya. Baru kali ini ia melihat hal seperti itu, jadi agak sedikit heran.
"Kenapa?" tanya Carlos.
"Apa harus menggunakan ini? Bagaimana jika tidak punya?" tanya Sofia.
Carlos tersenyum sebelum menjawab. "Ini sangat penting jika kita bepergian keluar negeri. Jangan sampai hilang ataupun dicuri orang."
Sofia menatap Carlos, kemudian ia cepat-cepat menyimpannya didalam tas kecil pemberian Carlina.
Saat ini mereka sudah berada di bandara sedang menunggu keberangkatan. Sofia menghampiri ibunya yang terlihat sedih.
"Bu, aku gak lama kok," kata Sofia. Sania tersenyum lalu mengelus pipi putrinya.
"Ibu tidak apa-apa, hati-hati disana. Ingat, patuh dengan keluarga suamimu," pesan Sania. Sofia mengangguk.
Waktu keberangkatan pun tiba, Carlos menyalami dan mencium tangan mertuanya satu persatu. Sofia memeluk ibu dan ayahnya secara bergantian.
Sementara Carlina juga memeluk Sania dan berkata agar Sania tidak perlu khawatir.
Sebenarnya yang Sania khawatirkan adalah, putrinya tidak bisa menyesuaikan diri dengan keluarga suaminya.
"Kami berangkat dulu ibu, ayah," ucap Carlos.
"Hmmm, hati-hati. Jaga putriku dengan baik," ujar Andreas berpesan.
"Ayah tenang saja, Sofia adalah istriku. Tidak mungkin aku tidak menjaganya."
Andreas dan Sania melambaikan tangannya hingga mereka menghilang dari pandangan keduanya.
Tidak berapa lama pesawat pribadi yang mereka tumpangi pun terbang di udara. Andreas dan istrinya hanya melihat dari bawah.
Kemudian merekapun kembali ke istana bersama pengawal mereka. Kakek Bahram tidak ikut mengantar cucunya.
Carlos merangkul Sofia yang terlihat tegang saat pesawat mulai take off tadi. Maklum saja, ini pertama kalinya dia naik pesawat.
Bahkan ia mencengkram erat tangan Carlos. Sampai pesawat sudah di udara pun Carlos tetap memeluk Sofia.
"Coba buka matamu dan lihat ke jendela pesawat," pinta Carlos. Sofia menggeleng, ia masih takut bukan main.
"Buka saja dan lihat keluar," kata Carlos.
"Tidak mau, aku takut," ujarnya.
Carlos terus meyakinkan jika tidak akan kenapa-napa. Namun Sofia masih kekeh tidak mau membuka matanya.
Carlos tertawa kecil, lalu mengelus rambut Sofia. Sofia membuka matanya sedikit, lalu menatap wajah suaminya.
"Tampannya," batinnya.
"Coba lihat keluar jendela," pinta Carlos. Akhirnya Sofia pun membuka matanya dan melihat kearah luar.
Sofia merasa takjub saat melihat awan putih mengapung seperti kapas. Ia tidak takut lagi dengan ketinggian. Bahkan ia mengatakan kepada Carlos ingin duduk di awan itu.
"Mana bisa, yang ada kita bakal jatuh," kata Carlos.
Pengalaman pertamanya naik pesawat yang tadinya takut sekarang malah senang. Setelah belasan jam berada di pesawat, akhirnya merekapun tiba di bandara.
"Apa ini negara mu?" tanya Sofia.
"Ya, nanti kita jalan-jalan. Sekarang kita pulang ke rumah dan istirahat terlebih dahulu," jawab Carlos.
Carlos membawa koper milik mereka. Hanya satu koper saja, karena Carlos tidak perlu membawa pakaian.
Carlos sudah melarang Sofia untuk membawa pakaian, namun ia bersikeras agar tidak perlu membeli lagi.
Terbiasa tinggal dipinggir hutan, jadi dia terbiasa hidup berhemat. Walaupun sekarang dia tidak lagi kekurangan uang, namun kebiasaan hidup hemat sudah melekat dalam dirinya.
Beberapa buah mobil sudah siap menjemput mereka. Dan kedatangan mereka sudah diketahui oleh keluarganya.
Tentu saja mereka sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Carlos dan Sofia. Carlina menghampiri Sofia lalu menggandeng tangannya.
"Masuk sayang, mereka sudah menunggu kita di rumah," ucap Carlina.
Sofia masuk kedalam mobil dan duduk disamping mertuanya. Sofia senang karena diperlakukan sangat baik oleh Carlina.
"Ma, kita ke mansion atau langsung ke rumah?" tanya Carlos.
"Ke rumah, mereka sudah menunggu disana," jawab Carlina.
Mobil pun melaju membelah jalanan. Sofia melihat ke kiri dan kanan. Melihat bangunan tinggi.
Saat tiba didepan rumah, terlihat sudah banyak mobil terparkir didepan rumah. Sementara penghuninya berada didalam dengan pintu tertutup.
Carlina membuka pintu yang memang tidak terkunci. Kelopak bunga pun berjatuhan saat pintu dibuka.
"Selamat datang raja dan ratu," ucap mereka serentak.
Mereka berbaris dari mulai si kembar 7 hingga yang lainnya, anak dan cucunya. Mereka menunduk hormat selayaknya menghormati seorang raja pada umumnya.
"Ide siapa ini?" tanya Carlos.
Semua menunjuk kearah Carla. Ya, Carla yang membuat ide untuk menyambut kedatangan mereka.
"Ada-ada saja kalian," ucap Carlos.
Sofia tidak henti-hentinya tersenyum, ia senang dengan kekompakan keluarga ini. Sofia menatap bocah-bocah yang terlihat mirip.
Apalagi anak Arsy kembar sepasang, anak Arsa kembar sepasang, anak Naufal dan Naura juga kembar sepasang. Dan juga usia mereka tidak beda jauh.
"Kalian kembar?" tanya Sofia.
"Iya, kami kembar," jawab mereka serentak.
Sofia melihat mereka pun jadi gemas. Apalagi mereka semuanya cantik dan tampan walaupun masih kecil.
"Kamu suka dengan mereka?" tanya Carlos yang berbisik didekat telinga Sofia. Sofia menoleh dan tanpa sengaja hidung mereka bertemu.
Keduanya terdiam saling pandang dalam jarak yang begitu dekat. Naura, Cinta, Arsy dan Citra segera memalingkan wajah anak-anak mereka.
"Ehem ... nanti saja mesra-mesra nya," tegur Ram. Keduanya tersadar dan langsung menjauh satu sama lain.
"Cie malu-malu," goda Austin.
Carlos segera pergi dari situ, ia paling tidak tahan kalau di goreng seperti itu. Bukan marah, tapi karena malu.
"Kenapa harus malu sih, kalian sudah sah? Atau jangan-jangan kalian belum ...?" Pertanyaan Zio terhenti karena Arsy sudah menyikut lengannya.
"Carlos gak tahan di goreng," bisik Arsy.
Zio manggut-manggut mengerti. Iapun tidak jadi menggoda Carlos. Dari luar terdengar suara deru mesin mobil. Ternyata Ibra dan keluarganya datang.
"Maaf kami terlambat, ada masalah sedikit dijalan," ucap Viora.
Ia langsung menghampiri Sofia dan memeluknya. Waktu itu Viora tidak sempat, karena terlalu banyak orang.
"Kamu cantik sekali sayang," ucap Viora.
"Tante juga cantik," balas Sofia. Viora tersenyum saja menanggapinya.
"Mana Carlos?" tanyanya.
"Kabur, takut di goreng," jawab Carla.
Carlos berada di belakang rumah, ia berada di kuburan Leo, Leona dan Jery. Walaupun sudah ada pengganti mereka. Namun ketiga hewan itu tetap tidak bisa ia lupakan.
"Kamu Sofia?" tanya Azizah. Sofia mengangguk.
Azizah tidak ikut waktu itu, jadi ia tidak tahu dengan Sofia. Dan baru kali ini ia melihatnya secara langsung.
"Tidak heran Carlos jatuh cinta padamu, kamu sangat cantik," puji Azizah.
"Ee ...." Sofia tidak tahu mau menyebut apa pada Azizah.
"Panggil Oma Azizah saja, atau Oma saja juga boleh," sambar Azizah.
"Baik Oma, Oma juga cantik kok," balas Sofia memuji Azizah.
"Mulutmu manis sekali sayang, dipuji malah balik memuji," kata Azizah.
Viora melihat masih ada yang belum kumpul, yaitu tantenya Lita dan Lica juga keluarganya. Mungkin mereka masih ada urusan. Begitulah pemikiran Viora.
yg penting seru💪💪💪💪💪