Aku wanita yang menjunjung tinggi kesetiaan dan pengabdian pada seorang suami.
3 tahun mengarungi bahtera rumah tangga, aku merasa menjadi wanita paling bahagia karena di karuniai suami yang sempurna. Mas Dirga, dengan segala kelembutan dan perhatian yang selalu tercurahkan untukku, aku bisa merasakan betapa suamiku begitu mencintaiku meski sampai detik ini aku belum di beri kepercayaan untuk mengandung anaknya.
Namun pada suatu ketika, keharmonisan dalam rumah tangga kami perlahan sirna.
Mas Dirga diam-diam mencari kebahagiaan di tempat lain, dan kekecewaan membuatku tak lagi memperdulikan soal kesetiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Rame banget Dek di luar, ada apa.?" Mas Dirga membuatku tersentak kaget karena tiba-tiba keluar dari kamar saat aku melintas di depan pintu kamar.
"iisshh, Mas tuh bikin aku kaget aja,," Keluhku manja. Sama siapa lagi aku bisa bicara manja seperti itu kalau bukan sama suami sendiri.
"Itu ada tukang sayur, lagi ngobrol sama tetangga sebelah." Jawabku.
"Kamu yang bengong sayang,, bukan aku yang ngagetin." Ujar Mas Dirga yang langsung menarik pinggangku. Mas Dirga menghapus jarak di antara kami, saling berhadapan dengan tubuh bagian depan yang menempel.
Sebuah ciuman hangat diberikan oleh Mas Dirga. Segera ku sambut dengan senang hati dan tak kalah hangat. Cukup lama bertukar saliva, Mas Dirga baru melepaskan ciuman di saat nafas sudah tersenggal.
"Kamu habis belanja.?" Mas Dirga bertanya dengan tatapan mata yang tertuju pada plastik di tanganku.
"Iya Mas, aku mau buat nasi goreng seafood buat sarapan." Nasi goreng seafood buatanku menjadi favorit Mas Dirga. Katanya lebih enak dari nasi goreng seafood kaki lima atupun restoran. Meski begitu aku tidak besar kepala dengan pujian Mas Dirga. Dia suamiku, jadi wajar kalau memuji masakan istrinya. Lagipula mana berani suami mencela masakan sang istri, bisa-bisa tidak akan dapat jatah berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu.
"Mas mandi dulu saja,, nanti aku bikinkan teh hangat." Sedikit ku dorong pelan bahu Mas Dirga agar masuk kembali ke dalam kamar untuk mandi.
"Kamu udah mandi ya.? Kenapa nggak bangunin Mas. Udah lama kita nggak mandi bareng loh Dek." Protesnya. Ekspresi wajah Mas Dirga tampak memelas.
"Mas tuh tidurnya pules banget, aku nggak tega banguninnya."
"Ya udah nanti sore aja yah mandi barengnya." Ucapku membujuk. Pria gagah di hadapanku itu sontak tersenyum senang. Dari yang tadinya terlihat lesu, kini langsung semangat 45.
Mas Dirga lalu ijin masuk ke kamar untuk mandi, sementara aku beranjak ke dapur untuk membuat nasi goreng.
Menjadi ibu rumah tangga selama 3 tahun cukup menyenangkan bagiku, walapun rutinitas setiap hari hanya itu-itu saja. Memasak, membersihkan rumah, mengurus keperluan dan melayani suami. Namun ada kebahagiaan tersendiri yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Terlebih saat ada orang lain yang memuji kalau suami kita terurus dengan baik.
Tak ada kata keluh kesah yang keluar dari bibirku selama mengurus dan melayani Mas Dirga. Karna aku cukup bahagia menjadi istrinya. Mas Dirga tau bagaimana caranya membahagiakan dan menyenangkan hatiku.
25 menit berkutat di dapur, nasi goreng seafood buatanku sudah berpindah ke piring. Ku letakkan 2 piring berisi nasi goreng di atas meja makan. Lalu ku buat teh hangat untukku dan Mas Dirga.
"Mas Dirga mandi apa tidur lagi sih,, kenapa nggak keluar-keluar." Aku bergumam sembari meletakkan 2 cangkir teh di atas meja.
Penasaran karna Mas Dirga tak kunjung keluar, aku memilih menyusulnya ke kamar.
Saat membuka pintu, ku dapati Mas Dirga tengah berdiri menghadap jendela dengan ponsel yang di tempelkan di telinganya. Rupanya dia sudah selesai mandi, tapi tidak langsung keluar kamar karna sedang menerima telfon.
"Iya gampang, nanti saja di bahas lagi."
"Masih terlalu pagi buat bahas kerjaan." Suara datar Mas Dirga penuh penekanan. Agaknya dia kesal dengan seseorang di seberang sana.
Sepertinya itu Mbak Marissa. Karna semalam Mas Dirga tidak menelfonnya balik, jadi pagi-pagi begini sudah di telfon lagi.
"Mbak Marissa ya Mas.?" Tanyaku setelah Mas Dirga mematikan sambungan telfonnya. Dia berbalik badan, tampak sedikit terkejut melihat keberadaanku.
"Iya Dek. Marissa kalau keinginannya belum terpenuhi ya begitu, di cecar terus. Padahal Mas sudah WA nanti agak siangan bahas pekerjaannya, tapi ngotot mau bahas sekarang." Keluh Mas Dirga yang menunjukkan kekesalannya pada Mbak Marissa.
"Wajar kalau tunangannya mutusin dia." Imbuhnya.
"Huss,, nggak boleh bicara begitu Mas. Siapa tau putusnya karna masalah lain." Aku mengur Mas Dirga karna menurutku sudah kelewatan kesalnya pada Marissa.
"Tapi Mas aja yang cuma rekan kerjanya pusing ngadepin dia, apa lagi tunangannya." Ujarnya lagi.
"Ya udah biarin aja, nggak usah terlalu di pikirin. Ayo sarapan,," Aku menghampiri Mas Dirga dan langsung mendekap lengannya dengan manja.
...****...
Esok harinya,,,
Aku sudah menyiapkan keperluan Mas Dirga untuk berangkat ke kantor. Menyiapkan baju kerja dan bekal untuknya.
Salah satu hal yang membuatku merasa sangat di hargai adalah Mas Dirga selalu memintaku untuk membawakan bekal. Dia bilang lebih suka makan masakanku. Padahal dengan gaji Mas Dirga yang lumayan besar, dia bisa saja makan di restoran setiap jam istirahat. Tapi Dia lebih memilih masakanku.
"Hari ini aku pulang telat ya Dek,," Ucap Mas Dirga yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Iya Mas. Jangan lupa nanti kabarin aku kalau mau pulang." Pintaku agar aku bisa siap-siap menyambut kepulangannya.
Jangan sampai aku sedang dalam keadaan berkeringat ataupun kucel saat Mas Dirga pulang dari kantor.
Mas Dirga mengangguk sembari mengiyakan.
"Bekalnya sudah aku taro di mobil."
"Sini biar aku bantu bantu." Aku mendekat untuk mengancingkan kemeja Mas Dirga.
"Makasih sayang,," Sebuah kecupan penuh cinta mendarat di kening ku setelah selesai mengancingkan kemejanya.
Aku mengangguk dengan senyum lebar.
Mas Dirga sudah rapi, dia pamit untuk berangkat dan seperti biasa aku akan mengantarnya sampai ke depan dan membawakan bekalnya.
"Hati-hati ya Mas, kabari kalau sudah sampai." Ku raih tangan Mas Dirga dan mencium punggung tangannya. Mas Dirga membalas dengan mencium kening ku.
"Ekhemm,," Suara deheman membuatku terstak. Aku dan Mas Dirga kompak menoleh ke sumber suara. Rupanya ada Mas Agam di teras rumahnya. Dia duduk di kursi dengan laptop diatas meja.
Rasanya sangat malu karna di lihat orang lain saat sedang di kecup oleh Mas Dirga. Aku tersenyum kikuk dan langsung berbisik pada Mas Dirga.
"Aku ke dalam dulu ya Mas, malu,," Bisikku. Mas Dirga mengangguk paham dan menginginkanku masuk lebih dulu sebelum dia berangkat.
"Nggak ke kantor Mas.?" Tanya Mas Dirga.
Aku menoleh sekilas tapi kemudian bergegas masuk dan menutup pintu. Tapi masih diam di balik pintu.
"WFH, ke kantor cuma 2 sampai 3 kali seminggu."
Percakapan mereka hanya aku dengar sampai di situ saja, karna ada panggilan masuk di ponselku jadi aku buru-buru ke kamar untuk mengambil ponsel.
sesuai judul selimut tetangga...
kalo security yang datang kerumah Bianca... judulnya pasti rubah jadi selimut security /Smile/
klo bia membalas selingkuh dngn agam sama aja 11 12 dong