Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#5
Setelah semalam Rhys melakukan sedikit kekerasan pada Celine. Hari ini Rhys sengaja pulang lebih cepat. Amarah dan kekesalan di dalam hatinya masih ada. Biarlah ia disebut sebagai pendendam, yang penting ia bisa membalas semua rasa sakit yang diterimanya.
Bughh
Celine yang sedang membersihkan meja di ruang tamu pun mendapat lemparan sepasang sepatu, hingga tepat mengenai kepalanya.
“Kerja yang benar, jangan melamun!” kata Rhys dengan ketus.
Kepala Celine terasa pusing sekali, apalagi belakangan ini ia sangat kurang tidur. Ia harus bangun pagi-pagi sekali dan tidur agak malam, benar-benar menguras energinya.
Celine melihat ke arah Rhys dengan pandangan yang semakin kabur. Ia berusaha menahan matanya agar tidak tertutup. Namun,
Bruggg
Rhys menoleh dan melihat bahwa Celine tak sadarkan diri. Ia langsung mendekat, namun tak terbersit sedikitpun untuk menolong. Ia malah mencebik dan memandang remeh.
“Bangun! Jangan berpura-pura. Aku tak akan menolongmu! Dasar, bisanya hanya mencari perhatian saja!” Rhys yakin, bahkan sangat yakin kalau Celine hanya berpura-pura. Ia segera meninggalkan Celine dan berlalu menuju kamar tidurnya.
**
Celine mengerjapkan matanya. Ia melihat ke sekeliling, ia masih berada di lantai, di ruang tamu. Ia ingat terakhir ia sedang membersihkan ruang tamu dan … Rhys pulang, kemudian melemparnya dengan sepatu. Bahkan sepatu milik Rhys masih berada di sana sebagai barang bukti.
Apa kamu begitu benci padaku? Lalu apa sebenarnya maumu dengan pernikahan ini? Apa salahku? - batin Celine mulai bergejolak.
Ia melihat jam di dinding, waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi. Cuaca sangat dingin, bahkan tak ada yang menolongnya saat ia tak sadarkan diri di atas lantai yang juga dingin.
Celine berdiri dengan perlahan. Ia mengambil sepatu milik Rhys dan meletakkannya di tempat penyimpanan sepatu. Setelahnya, ia langsung menuju ke kamar tidurnya.
Ia mengambil sebuah foto, foto kedua orang tuanya, “Dad, aku ingin pulang. Aku ingin bersamamu saja. Apa Dad akan kecewa padaku? Kalau aku pulang, Dad pasti akan banyak bertanya. Aku tak boleh membuatnya kuatir.”
Celine kembali menyimpan foto kedua orang tuanya di bawah bantal. Ia juga menyimpan rasa sakitnya sendiri di dalam hati, tak ingin Dad Harry sampai tahu.
**
Pagi hari, seluruh keluarga Alban sudah berkumpul di meja makan untuk menikmati sarapan. Seperti hari sebelumnya, Celine tak bisa bergabung. Ia hanya melihat keluarga Alban dari arah dapur, di mana ia lebih banyak menghabiskan waktunya.
Celine tak mengapa, asalkan Rhys tetap makan dan tak melemparkan piringnya lagi. Ia juga tak ingin Keluarga Alban menyia-nyiakan makanna yang telah disiapkan oleh para pelayan. Celine merasa kasihan pada para pelayan jika karena dirinya, kerja keras mereka sedari pagi akan berakhir sia-sia.
“Aku akan pulang cepat hari ini. Ada seseorang yang akan kukenalkan pada kalian,” kata Rhys dengan tersenyum.
Aunty Anna mengerutkan dahinya. Ia sedang berpikir kemungkinan-kemunginan siapa yang akan dikenalkan oleh Rhys. Namun, ia tak mengeluarkan suaranya. Justru tiba-tiba suaminya, Ronald Alban, yang berbicara.
“Rhys, apa ada posisi kosong di perusahaanmu?” tanya Uncle Ronald.
“Memangnya ada apa, Uncle?”
“Uncle ingin bekerja. Uncle bosan berada di rumah terus-menerus tanpa melakukan apa-apa. Uncle tak ingin orang-orang menganggap Uncle hanya memanfaatkanmu.”
“Memang berbeda darah Keluarga Alban dengan keluarga yang lain. Keluarga Alban akan selalu bekerja keras, sementara keluarga lain hanya bisa menempel dan berharap mendapat hibahan harta. Aku akan meminta Finn mencarikan posisi terbaik untuk Uncle,” kata Rhys, membuat Uncle Ronald tersenyum.
Celine tidak tahu, bahkan tidak merasa kalau apa yang dikatakan oleh Rhys itu ditujukan untuknya san keluarganya. Celine akhirnya kembali masuk ke dalam dapur dan menunggu. Sebenarnya ia ingin sekali kembali mengajar seperti dulu, namun Rhys tak mengijinkannya keluar sama sekali dari rumah itu.
**
“Halo, sayang,” seorang wanita cantik dengan pakaian seksi dan menonjolkan beberapa lekuk tubuhnya, tampak memasuki ruang kerja Rhys di Perusahaan Alban.
Rhys yang melihatnya langsung tersenyum dan berdiri menghampiri. Ia mengecup bibir wanita itu.
“Apa kamu sudah siap, sayang?” tanya Rhys.
“Ya, semua sudah siap. Supirmu sudah membantuku memasukkan semua pakaianku ke dalam mobil.”
“Baiklah, tunggu aku sebentar. Aku akan menyelesaikan beberapa berkas lagi untuk ditanda tangani, setelah itu kita akan pulang.”
“Baiklah, sayang,” Eve sangat meraaa diistimewakan oleh Rhys, meskipun Rhys baru memberitahunya bahwa pria itu telah menikah.
Namun, ia akan segera menceraikan istrinya itu setelah masa 3 bulan, sesuai surat yang diberikan oleh pengacara Dad Dave. Eve tak masalah karena ia juga tak ingin hidup dalam kemiskinan.
Selang 30 menit.
“Ayo kita pulang, sayang,” ajak Rhys. Keduanya berjalan berdampingan. Rhys bahkan memeluk pinggang Eve. Keduanya menjadi pusat perhatian para pegawai Perusahaan Alban dan mereka sungguh sangat mengagumi keserasian keduanya.
Sesampainya di kediaman Keluarga Alban,
Rhys masuk ke dalam rumah bersama dengan Eve. Uncle Ronald dan Aunty Anna yang sedang berada di ruang tamu langsung memasang raut wajah bertanya-tanya.
“Duduklah, sayang,” kata Rhys yang masih bisa didengar oleh Uncle Ronald dan Auntu Anna.
“Apakah ini tamu yang kamu katakan tadi pagi, Rhys?” tanya Uncle Ronald, melihat Eve dari atas ke bawah.
“Uncle, Aunty, kenalkan. Ini adalah Eve, kekasihku.”
Degg
Celine yang baru saja ingin ke dapur setelah merapikan area halaman samping, mendengar ucapan Rhys. Hatinya langsung terasa diiris, sakit meski tak berdarah. Ia memegang dadanya yang seakan diremas dengan sangat kuat.
Statusnya sebagai istri seorang Rhys Alban, nyatanya sangat tak berarti, bahkan pria yang sudah ia cintai sejak kecil itu kini menorehkan luka yang semakin dalam.
“Kekasihmu cantik sekali, Rhys,” puji Uncle Ronald.
“Tentu saja, Uncle. Pilihanku tak akan pernah salah. Tenang saja, Uncle. Sebentar lagi aku akan membuat Keluarga Alban kembali sebagaimana mestinya. Kita akan memiliki Nyonya Alban yang terhormat,” kata Rhys sambil menatap Eve yang tersenyum padanya.
“Apa kalian akan makan malam bersama di sini?” tanya Aunty Anna.
“Ahh tentu saja, Aunty. Dan mulai hari ini, Eve akan tinggal di sini bersama kita. Sebentar lagi ia akan menjadi Nyonya Alban. Aku ingin semua pelayan mengenalnya dan menghormatinya.”
“Terima kasih, sayang,” kata Eve.
“Kalau begitu Aunty akan meminta pelayan membersihkan kamar tamu.”
“Tidak perlu, Aunty. Eve akan tidur di kamarku.”
Dari balik sebuah pilar, Celine memegang dadanya yang semakin terasa sesak. Kini bukan hanya Rhys tak mengakuinya sebagai istri, tapi juga tak menganggap lagi keberadaannya. Sakit, itulah yang Celine rasakan.
“Kembalilah ke kamarmu. Jangan mendengar yang tak perlu kamu dengar. Itu hanya akan menyakiti hatimu.”
Alice?
🌹🌹🌹