Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Sahabat
"Tapi kalau kamu meminjamnya lagi, bisa-bisa kamu tidak akan dapat gaji selama beberapa bulan kedepan. Dan pinjaman mu yang kemarin juga belum lunas. Kalian mau makan apa nanti. Jadi sebaiknya kamu terima saja uang dari kami. Kita sudah lama berteman. Kami tidak mungkin membiarkanmu menanggung masalah sendirian," ujar Leandra yang juga ingin membantu Pamela.
"Tapi aku__"
"Tidak ada penolakan Pamela, kita berempat adalah Sahabat," timpal Megan memotong pembicaraan Pamela.
"Terima kasih atas bantuan kalian. Aku janji kalau sudah punya uang akan menggantinya nanti," ujar Pamela memeluk ketiga temannya.
"Sudah sana, kamu sebaiknya pulang dan temui ibu kamu sebelum penagih itu bertindak kasar pada ibu kamu. Kami akan segera mengirimkannya ke rekening mu," ujar Casey. Pamela mengangguk lalu pergi meninggalkan bar.
"Aku kasihan Pamela yang menjadi tulang punggung keluarganya sejak remaja. Ayahnya benar-benar tidak bisa di andalkan," ucap Megan sedih melihat kehidupan keluarga Pamela.
"Aku bahkan berpikir, akan lebih baik jika ayahnya tirinya itu tidak ada. Kerjanya hanya minum dan mengutang saja," pungkas Leandra.
"Ya... aku juga berpikir begitu. Semoga saja Pamela terlepas dari semua masalah yang di hadapinya," balas Casey.
******
Jam 11 malam Casey sampai di rumah. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sebelum ke kamarnya ia melakukan kebiasaanya lebih dahulu. Casey membuka pintu kamar Matilda dengan pelan-pelan. Untung saja Matilda jarang mengunci pintu kamarnya sehingga Casey bisa masuk kesana hampir tiap malam.
Casey melangkah dengan hati-hati mendekati ranjang Matilda. Wanita itu sudah tertidur. Casey berdiri di tepi ranjang menatap wajah Matilda sejenak sebelum ia merapikan selimutnya.
Casey berlutut di lantai untuk mengamati wajah Matilda. Ini sudah menjadi kebiasaannya karena hanya pada saat inilah ia bisa dengan leluasa menatap mommy nya tanpa mendapat tatapan dingin seperti biasanya. Lima menit berlalu ia bangkit dan mengecup kening Matilda.
"Mom, aku ingin mommy memperlakukanku seperti kak Adeline juga," gumamnya. Andai saja neneknya masih hidup, mungkin dia tidak akan kesepian seperti ini. Dulu masih ada neneknya yang selalu menyayanginya dan membelanya jika Matilda memarahinya.
Casey keluar dari kamar Matilda, berjalan menuju kamarnya. Kamar minimalis, tak sebesar kamar milik Adeline. Sejak kecil ia selalu mendapatkan hal-hal yang lebih kecil dibandingkan dengan kakaknya.
Pagi harinya Casey bangun dan langsung menuju dapur.
"Pagi bibi," sapa Casey mengambil air minum.
"Pagi nona," balas pelayan yang sedang meyiapkan makanan.
"Nona mau ngapain?" tanya pelayan saat melihat Casey mengisi air ke dalam wajan.
"Aku lagi pengen makan spaghetti bik," jawab Casey. Pelayan itu lalu mengangguk, ia sudah biasa melihat nonanya yang terkadang memasak sendiri jika ingin memakan sesuatu. Nona nya terlalu mandiri.
Adeline yang sudah rapi dengan pakaian kantornya bergabung dengan Casey untuk sarapan.
"Woww, sepertinya spaghetti nya menggiurkan," ujar Adeline duduk di kursi. Mengambil spaghetti ke piringnya.
"Apa kamu yang memasaknya?" tanya Adeline.
Casey mengangguk. Casey sengaja membuat porsi lebih, siapa tau ada yang ingin juga.
Selesai sarapan, Casey mengambil tas kerjanya lalu pamit pada kakaknya.
"Tunggu aku selesai makan dulu, kita berangkat sama," pungkas Adeline.
"Tidak perlu kak, aku naik bus saja," ujar Casey pergi.
"Jangan terlalu mandiri Casey, rasanya kakak seperti bersalah karena tidak bisa melakukan apa pun untuk mu," ucap Adeline membuat Casey menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya. Menatap Adeline.