Aisyah seorang gadis lembut nan ramah, dihadapkan pada kenyataan harus menikah di umur yang sangat muda. Ia terpaksa menerima lamaran dari seorang pemuda yang katanya, hanya dialah seorang pemuda yang bisa menerima dirinya apa adanya.
Padahal kenyataannya berbanding terbalik seperti yang dikatakan oleh pemuda itu.
Aisyah terlahir dari seorang wanita yang mengalami gangguan jiwa. Ia dilahirkan oleh seorang ibu yang penyakitnya tiba tiba saja kambuh, jika ada orang yang menyebutnya sebagai wanita pembawa sial.
Aisyah mengalami ketidak Adilan ketika ia masih kecil sampai ia tumbuh remaja. Belum kering luka lama yang digoreskan karena ia terlahir dari seorang wanita gangguan jiwa, kini ia dihadapkan pada kenyataan, jika dirinya harus menyandang status janda diumurnya yang masih sangat muda.
Pernikahan nya harus kandas tepat dua hari pernikahan nya.
Inilah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarasvati Alamsyah.
Bude Risma masih mematung diluar sana. Saat sayup sayup terdengar suara jeritan seseorang yang begitu dikenalnya.
Ia masih linglung. Berdiri disana tanpa peduli dengan tamunya yang sudah babak belur dihajar oleh adiknya.
Ia masih bingung, mengapa adiknya itu bisa berbicara seburuk itu kepada keluarga calon besannya. Ada apa dengan adiknya itu? Apakah penyakit nya kambuh lagi??
Setengah kebingungan yang melanda dirinya, ia mendengar Rani teriak meminta tolong. Ia yang terkejut bergegas berlari menghampiri kamar yang digunakan oleh adik semata wayang itu.
Ia menggebrak pintu hingga terhempas begitu kuat
Gedubaraaak.
''Astaghfirullahala 'adhim..! Sarasvati!!'' jeritnya dengan keras.
Ia melihat adiknya itu sudah menjambak-jambak rambutnya, dengan Rani yang melerai mencoba untuk melepaskan kepala ibunya dari tangannya.
''Astaghfirullah Saras! sadar dek! kamu menyakiti dirimu sendiri! jangan ditarik! nanti rambutmu lepas!'' serunya panik, sambil terus berusaha mencegah tangan ibunya Rani agar tak menjambak kepalanya.
''Haaaa... mas Alaaaaaammmm... sakkiiiiitttt... haaaaa... aku nggak kuaaat! sakit sekaliiiiiiiii... pergiiiiii.. kalian pembunuuuuhh! huaaaaa....'' jeritnya begitu keras membuat suaranya itu bergema didalam ruang sempit itu.
Para tetangga yang mendengar jika ibunya Rani menjerit histeris berkeluaran dari rumah mereka. Tapi mereka tidak berani masuk. Karena rumah itu sengaja ditutup pintunya oleh seseorang yang berdiri disana.
Yang tak lain adalah Fatih. Pemuda itu sengaja menutup pintu, agar para tetangga tidak tau apa yang terjadi didalam nya.
Ia berjalan mendekati pintu kamar milik ibunya Rani. Sesampainya disana, ia berdiri mematung. Demikian juga seorang wanita paruh baya yang rambutnya sudah acak-acakan.
Ia mematung disana, dengan mulut menganga. Fatih tak tau harus berbuat apa. Karena ia pun tak tau bahwa ibunya Aisyah ini akan seperti ini jika sudah kambuh.
Hanya sekedar mendengar dari berita burung, jika ibunda dari gadis pujaannya itu gila. Itu saja. Selebihnya ia tak tau.
Bude Risma mengusap wajahnya kasar. Ia bingung harus dengan cara apalagi agar adiknya ini bisa diam.
Bingung dan panik itulah yang ia rasakan. Sesaat ia mendengar seperti Suara bisikan,
Mbak... panggil namanya dan juga nama ku! jika nanti sesekali Saras mengamuk ingin mencariku? panggil ia dengan namanya serta nama ku dibelakang namanya! Karena nama itu adalah panggilan sayangku untuknya, ketika ia sedang merajuk! Ingat ya Mbak.. namaku dan namanya! Ia pasti akan diam! cobalah! gema suara itu.
Setelah ia sadar dari suara itu. Bude Risma mengingat, jika suatu saat Saras mengamuk, maka ia harus memanggil namanya beserta suaminya. Pesan ini ia dapatkan sebelum akhirnya ia menutup mata.
''Sarasvati Alamsyah?'' beo Bude Risma. Sesaat ia terdiam dengan nama panggilan itu. Setelahnya ia menarik adiknya kasar. Kemudian menghardiknya dengan suara yang begitu lantang.
''Sarasvati Alamsyah!!'' serunya dengan lantang, membuat wanita yang mengamuk itu seketika berhenti.
Deg!
Deg!
Deg!
Matanya melotot, tangannya melemah. Kakinya luruh kelantai. Ia menatap nanar pada figura didinding kamarnya.
''Mas Alam! hiks! kamu datang? aku sangat merindukanmu mas! bawa aku bersama mu mas! aku sudah tak sanggup lagi menahan beban ini seorang diri! hiks!'' isaknya. Ia sesegukan memandangi foto suaminya disana, yang sengaja dipasang oleh Rani.
Rani tergugu. Darimana Budenya tau tentang nama panggilan itu? Bukankah nama itu yang sering dilantunkan oleh ibunya, ketika ibunya kambuh?? Mengapa sekarang Budenya juga tau dengan nama panggilan itu??
''Sarasvati Alamsyah?? bu-bukan nya i-itu...'' Fatih menatap ibunya dengan tanda tanya. Ingin bertanya tapi tak berani, karena melihat ibunya dari tadi hanya diam saja.
Ibunya memandangi ibu nya Rani begitu dalam. Hingga mata tuanya itu pun tak berkedip. Mulutnya terkunci rapat.
Ia berusaha lari kemasa lalu dimana ia dan juga suaminya berusaha untuk membunuh seseorang, tapi seseorang itu berhasil kabur dan meninggal ketika dirumah sakit.
Mereka semua kesal karena tidak bisa mengambil tanda tangan orang itu, oleh karena nya, sengaja mereka membunuhnya.
Berharap jika dengan membunuh, maka apa yang mereka inginkan tercapai. Malang tak dapat ditunda, untung tak dapat diraih!
Sial semua nasib mereka. Berharap seluruh harta dari sepupu nya itu bisa beralih tangan padanya, malah sudah terjual semua.
Lama wanita paruh baya itu menatap ibunya Aisyahrani. Memorinya yang sudah lumayan tua, mengakibatkan pemikirannya jadi lelet saat mengingat kejadian lampau.
Tapi tidak seseorang disana. Ia berdiri mematung memandangi wanita paruh baya itu. Ia menatap nya dengan seksama.
''Bukankah ia adalah sepupunya Papa?? Berarti Rani adalah anak nya dari paman Alam?? Muhammad Alamsyah?? Ya Allah!'' setelah mengingat semuanya, ia meraup wajahnya kasar.
Lantas ia memandang ibunya yang juga menatap dirinya dengan mata melotot.
''A-alam?? A-alamsyah?? berarti dia??'' tunjuknya pada ibunya Aisyahrani.
Wanita tua itu tergugu. Sekilas memori nya teringat akan hal yang pernah mereka lakukan dulu.
Keringat dingin bercucuran di dahinya.
Dasar sudah tua! memorinya lelet! kayak siput! Masa' dari tadi nggak ngeh sih? jika itu adalah istri dari sepupu suaminya yang dulu pernah dibunuh olehnya??
Tubuhnya bergetar. Mungkin kejadian itu sudah dua puluh tahun yang lalu, makanya ia lupa. Sekarang setalah sadar, akankah Ia menyetujui jika putra semata wayangnya akan menikahi gadis yang dulu pernah ingin dilenyapkan olehnya??
💕
Tinggalkan jejak cinta kalian ya.. agar othor tau, jika cerita ini ada juga yang baca!
Apalah daya othor recehan ini!
Maafkan jika tulisan othor dan cerita othor tidak sebaik dengan othor yang sudah senior!
Kadang othor insicure ketika ingin menulis, tapi karena tekad dan kemauan maka tercetuslah novel ini. hiks!
Karena othor punya cerita untuk kalian baca, maka othor berani untuk menulis. Walaupun tidak sepintar penulis senior!
Bye!
TBC
Assalamualaikum Thor lanjuuut...