Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.
Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.
Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?
Simak selengkapnya hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Permintaan Lion
Jari mungil Lion terus meraba rahang kokoh Sang Papa yang memeluknya. Mengingat sosok wanita yang membuatnya tertidur pulas. Entah kenapa, pertemuan pertama dengan Lintang memberikan kesan yang tak bisa Lion lupakan.
"Papa," lirihnya di telinga papanya.
Yudha menggeliat lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, menatap wajah polos Lion yang dihiasi dengan senyuman. Satu-satunya kekuatan yang membuatnya tetap tegar menghadapi hiruk pikuk rumah tangganya.
"Ternyata kamu sudah bangun." Yudha beranjak bangun. Melihat jam yang melingkar di tangannya. Satu jam ia menemani Lion tidur untuk mengurai sedikit lelahnya.
Yudha segera membuat susu untuk Lion karena tadi siang belum sempat meminumnya dan tertidur. Lion terus menatap punggung Yudha yang sedang mengaduk-aduk susu di dalam gelas.
"Papa, Tante cantik mana?"
Yudha membalikkan tubuh berjalan menghampiri Lion yang masih betah di atas ranjang.
"Tante Hilya?" Yudha duduk sambil menyodorkan susu di depan Lion. Bocah kecil itu menggeleng mengingat-ingat nama orang yang tadi berkenalan dengannya, sedangkan sudah lama ia kenal dengan sekretaris papanya.
Kata mbak Mimah minum susu biar cerdas dan ingat semuanya. Kalau aku habiskan susu ini pasti ingat nama tante cantik tadi.
Lion menghabiskan susunya, meskipun rasanya tak manis seperti buatan Mbak Mimah, ia tetap meneguknya hingga gelas yang ada di tangannya kandas dalam hitungan menit.
Diam tampak seperti termenung. Memutar otaknya, namun Lion masih saja belum menemukan nama yang tepat untuk wanita tadi.
"Sayang kita pulang, sudah sore."
Yudha menutup laptop, memakai jas dan merapikan rambut nya yang sedikit acak-acakan.
Lion merengut patah semangat, harapannya ingin bertemu dengan tante cantik sia-sia.
"Pa, aku mau bertemu tante cantik," pinta Lion saat Yudha mengulurkan tangan ke arahnya.
"Siapa namanya, kita bisa bertemu lain waktu."
Terpaksa Lion diam karena lupa namanya. Namun, bocah itu tak kehilangan akal, saat berada dalam lift, langsung menekan tombol angka yang masih diingat, 10 seperti jarum dan telur, seperti yang diajarkan guru privat nya.
Yudha diam mengikuti pilihan putranya. Menuruti permintaan Lion supaya sedikit demi sedikit bisa melupakan mamanya.
Pintu lift terbuka. Yudha menurunkan Lion dan membiarkannya berlari. Andreas mengikuti langkah kecil bocah itu menuju ruangan yang ada di bagian pinggir.
"Sore, Pak," sapa karyawan yang berlalu lalang, sebagian dari mereka masih beraktivitas, sedangkan yang lain pun sudah pulang.
Lion berdiri di depan pintu yang tertutup rapat.
"Lion cari siapa?" tanya Andreas membungkuk, mensejajarkan kepalanya dengan wajah Lion.
"Tante cantik. Tadi dia ada di sini."
Andreas mengernyitkan dahi. Meresapi kata yang meluncur dari bibir Lion.
Apa tadi siang Lion bermain dengan karyawan yang ada di lantai ini, dan mungkin orang yang ada di ruangan ini, terka Andreas dalam hati.
"Sebentar, om panggilkan."
Andreas mengetuk pintu beberapa kali. Namun, tidak ada sahutan dari dalam, terpaksa ia menghampiri salah satu karyawan yang melintas.
Setelah mendapatkan penjelasan bahwa yang penghuni sudah pulang, Andreas menghampiri Yudha yang mematung di depan pintu lift.
"Tante cantik sudah pulang, Pak."
"Kenapa kamu ikut-ikutan panggil tante cantik? Apa kamu sudah lihat orangnya?" tanya Yudha menyelidik.
Andreas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Malu sudah keceplosan di depan bos nya.
Yudha menghampiri Lion yang masih memanyunkan bibir. "Sayang, kita pulang yuk! Besok kita ketemu tante cantik lagi."
"Cih, dia ikut-ikutan panggil tante cantik," gerutu Andreas yang masih bisa didengar Yudha.
Meskipun terpaksa, Lion tetap mau digendong Andreas untuk pergi.
Sebuah drama kembali terjadi di halaman rumah besar. Setelah turun dari mobil, Lion berlari menghampiri kedua orang tua yang sudah menunggunya di depan teras.
"Oma, Opa, papa jahat."
Lion mengadu diiringi dengan tangisan manja.
Yudha dan Andreas saling tatap dan saling mengangkat bahu melihat aksi Lion yang sangat berbeda. Padahal, selama perjalanan bocah itu hanya diam. Ternyata ada sesuatu yang dipendam dibalik bisu nya.
"Jahat kenapa, Sayang?" tanya pak Radit, menatap Andreas dan Yudha bergantian.
Pria yang baru berapa jam tiba itu masih tampak lelah. Namun, semangatnya tinggi demi bertemu cucunya yang kini tinggal bersamanya.
"Andre, kamu sudah siapkan surat cerai dan pengacara?" tanya Yudha, ia tak mau mengulur waktu lagi dan ingin segera lepas dari Natalie.
"Sudah, Pak. Besok akan segera diproses. Tapi urusan anak, kita harus melakukan negosiasi lagi dengan Bu Natalie."
"Kenapa begitu?" Yudha memekik hingga membuat Pak Radit menoleh.
"Iya, karena Lion masih dibawah umur, jadi prosesnya sedikit rumit, tapi Pak Sehan akan berusaha semaksimal mungkin memenangkan perkara ini."
Huh
"Bagaimanapun caranya, hak asuh Lion harus jatuh ke tanganku. Dia tidak boleh tinggal bersama Natalie."
Yudha pergi meninggalkan Andreas. Menghampiri sang papa yang menunggu permintaan maaf karena pernah melawannya dan pergi memilih Natalie.
Setelah Andreas pulang, semua masuk. Lion membongkar beberapa mainan baru yang dibelikan opa nya.
"Apa langkah kamu selanjutnya?" tanya Pak Radit.
Yudha memejamkan mata, ucapan Andreas membuatnya takut. Takut jika Lion jatuh ke tangan Natalie.
"Pa, aku ingin bercerai dengan Natalie, dan aku ingin hak asuh Lion jatuh ke tanganku."
Pak Radit menghela napas panjang, menatap istrinya yang memang nampak setuju dengan perceraian itu.
"Apa kamu benar-benar ingin berpisah dengan Natalie? Bukankah kamu sangat mencintai dia. Apa kalian tidak bisa membicarakan masalah ini secara baik-baik."
Seketika Bu Indri menepuk lengan suaminya yang bicara asal, menurutnya.
"Papa gimana sih? Natalie selingkuh, tapi papa masih bisa menyuruh Yudha mempertahankan dia. Apa di dunia ini tidak ada perempuan lagi. Apa papa mau anak kita diinjak-injak," omel Bu Indri.
Salah lagi.
"Tapi Ma __"
"Pa, Ma. kenapa malah kalian yang berantem si?"
Yudha menatap beberapa pembantu yang mengintip di samping lemari. Mereka menjadi penonton perdebatan itu.
"Pa, pokoknya aku akan tetap menceraikan Natalie. Dia sudah keterlaluan." Yudha tetap kekeh dengan keputusannya dan sedikitpun tidak akan membuka pintu kesempatan bagi istrinya.
Mendengar kegaduhan di ruang keluarga membuat Lion mendekat. Bocah itu membawa mobil remot pengeluaran terbaru dan duduk di pangkuan Yudha.
"Pa, Mama mana?" tanya Lion dengan wajah melas.
Yudha menunduk, hatinya tersayat, meskipun kebenciannya pada Natalie sangat besar, tetap tidak akan memutus ikatan batin anak dan ibu.
Ini saatnya aku bicara pada Lion.
"Sayang, malam ini mama belum bisa datang, Lion akan tidur dengan papa dan juga oma dan opa."
Ada guratan kesedihan di wajah Lion yang tak bisa dirasakan siapapun, termasuk Yudha.
"Kalau begitu besok papa bawa tante cantik pulang, aku mau tidur bersama dia."
Yudha menepuk jidatnya mendengar permintaan Lion yang lebih berat dan sulit.
Bu Indri menahan tawa melihat wajah Yudha yang selimuti kebingungan.
Siapa tante cantik yang dimaksud Lion?
🤡 lawak kali kau thor