Ketika cinta hanya sebatas saling menguntungkan, apa masih bisa di sebut sebuah cinta?
Yulita, terpaksa menerima pernikahan dimana dia menjadi wanita kedua bagi suaminya, pernikahan yang hanya berlangsung hingga dia bisa memberikan keturunan untuk pasangan Chirs dan Corline.
Ingin menolak, tapi dia seolah di jual oleh Ayahnya sendiri. Ketika dengan suka rela sang Ayah menyerahkannya pada seorang pria beristri untuk menjadi wanita kedua.
Pernikahan tidak akan berjalan begitu sulit, jika saja Yulita tidak menyimpan harapan terlalu besar pada suaminya. Dia yang berharap bisa mendapatkan sedikit saja rasa peduli dan cinta dari suaminya.
Namun, pada akhirnya semuanya hanya angan semu yang tak akan pernah bisa terwujud. Selamanya dia hanya wanita kedua.
"Aku rela mengandung dan melahirkan anakmu, tapi apa tidak bisa sedikit saja kau peduli padaku?" -Yulita-
"Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu!" -Chris-
Dan ternyata, mencintai tetap menjadi luka bagi Yulita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Berhenti Melukai
Yulita keluar dari kamar dengan wajah berseri, kejadian tadi pagi cukup membuatnya senang. Ucapan maaf yang tidak pernah dia dengar sebelumnya dari seorang Chris. Tapi tadi pagi, benar-benar memberikan kata maaf yang terlihat tulus. Dan ya, hati Yulita kembali goyah akan hal itu.
Salahkah aku menyimpan harapan besar pada suamiku sendiri?
Yulita pergi ke ruang makan, meski melihat pasangan suami istri disana, tapi dia sudah cukup tenang dan bahagia karena kejadian tadi pagi, jadi dia tidak terlalu memperdulikan Corline saat ini.
"Sarapan dulu, Yul" ucap Corline.
Yulita hanya mengangguk saja, meski dia tahu jika Corline bersikap seperti itu hanya karena di depan Chris, karena jika tidak ada Chris, maka dia selalu berkata cukup melukai hati Yulita.
Selesai sarapan, Yulita segera pergi ke Garasi untuk mengeluarkan mobilnya. Disampingnya ada mobil milik suaminya, terlihat jelas perbedaan mobil ini, Jelas milik suaminya adalah mobil mewah yang harganya mungkin bisa membeli mobil Yulita dalam jumlah banyak.
Yulita berbalik saat mendengar suara langkah kaki. Dia terdiam melihat Chris yang berjalan ke arah mobilnya. Hanya tersenyum tipis pada suaminya itu.
"Kau berangkat sendiri?" tanya Chris.
"Iya, aku pergi bawa mobil sendiri"
"Ikut denganku" Dengan tiba-tiba Chris langsung menarik tangan Yulita dan membawanya ke arah mobil miliknya. "Kita satu Kantor, tapi tidak pernah berangkat bareng"
"Tapi, ini akan menjadi aneh. Bagaimana nanti orang-orang melihatnya, teman-teman aku di Kantor juga akan merasa aneh melihat aku pergi dengan Presdir Perusahaan"
"Tidak masalah, jangan dengarkan apa kata orang lain. Kau bisa bilang jika tidak sengaja bertemu di jalan. Beres 'kan?"
Yulita hanya terdiam dengan mengerjap kaget atas ucapan Chris yang terlalu santai. Padahal dia sudah sangat cemas, memikirkan bagaimana nanti orang-orang akan membicarakannya. Karena ini aneh. Sekretarisnya saja tidak pernah datang bersama dengan Chris. Apalah Yulita yang hanya staf biasa saja tiba-tiba datang dengan Presdir Perusahaan. Akan menjadi pembicaraan yang hangat ini.
"Jangan banyak berpikir, kau akan terlambat jika terus berdiri disana. Cepat masuk"
Yulita menghela nafas pelan, akhirnya dia tidak akan bisa menolak. Yulita masuk ke dalam mobil Chris untuk pertama kalinya. Selama menjadi istrinya 2 bulan ini, belum sekalipun dia naik mobil milik suaminya ini.
"Bukannya biasanya kamu pergi dijemput Tuan Leo ya?"
"Dia sudah di Perusahaan, ada yang harus dia urus"
Yulita mengangguk mengerti, dia menatap keluar jendela. Hanya menikmati suasana diluar. Jalanan yang cukup ramai karena orang-orang yang berburu untuk pergi bekerja. Sesekali melirik ke arah suaminya yang mengemudi, rahang yang tegas, hidung mancung, dan urat tangan yang terlihat menonjol saat dia memegang kemudi. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pesona seorang Christover Demitri. Namun, sayangnya Yulita salah telah memilih dia untuk menjadi pelabuhan hatinya. Karena sepertinya, dia tidak akan pernah mendapatkannya.
"Em, nanti aku pulang naik taksi saja"
"Jika sudah selesai kerja, naik saja ke ruanganku. Kita pulang bareng, tapi aku ada pekerjaan sedikit mendadak yang akan cukup membuat terlambat pulang"
"Em, aku bisa naik taksi saja"
"Yakin ingin membantah ucapanku?" tanya Chris dengan menatap Yulita, alisnya terangkat menunjukan jika Yulita berani membantah, maka dia akan sangat marah.
"Ah, baiklah"
Akhirnya Yulita turun dari mobil ketika sudah sampai di parkiran.
"Yuli"
Teriakan seseorang membuat Yulita menoleh dengan sangat terkejut. Hampir saja dia akan terjatuh saking terkejutnya. Tapi saat melihat siapa yang memanggilnya itu, Yulita langsung menghela nafas pelan, itu Ririn.
"Kamu berangkat sama Tuan Chris?" tanya Ririn dengan wajah sedikit terkejut. Saat Chris keluar dari dalam mobil, dia segera mengangguk hormat.
"Iya, udah kamu diam saja. Sekarang ayo kita masuk, nanti kalau ada yang tanya, kamu bisa jadi alasan aku. Bilang aja aku berangkat bareng kamu"
"Siap-siap"
Yulita menoleh pada suaminya, dia tersenyum. "Aku duluan ya, bareng sama Ririn"
Chris mengangguk, dia mengelus kepala Yulita pelan. "Hati-hati"
Ririn langsung terbelalak dengan menutup mulutnya, kaget melihat apa yang Chris lakukan pada sahabatnya. Sebenarnya bukan hanya Ririn yang kaget, Yulita juga. Karena tidak biasanya Chris akan seperti ini.
"Em, iya"
Yulita menarik tangan Ririn yang masih terdiam dengan keterkejutannya. Segera membawanya berlalu dari sana.
"Yul, kamu yakin dia benci sama kamu? Kalau lihat tatapannya dan perlakuannya sama kamu, itu sih bukan benci. Tapi cinta, Yulita"
"Sudah ah, kamu diam saja. Karena kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku juga aneh kenapa dia tiba-tiba seperti itu"
"Ya, karena dia perhatian sama kamu"
Yulita hanya menggeleng pelan, membiarkan Ririn terus berbicara tentang keterkejutannya melihat sikap Chris tadi. Tapi, masalahnya Yulita malah semakin bingung dengan sikap suaminya itu.
Kenapa dia tiba-tiba berubah seperti ini? Aneh sekali.
*
Meski cukup takut akan ketahuan orang lain, Yulita tetap naik ke lantai dimana ruangan Presdir berada. Meski sebenarnya dia belum pernah naik ke lantai ini, karena biasanya yang ikut rapat hanya kepala tim saja. Dan sekali lagi, Yulita hanya karyawan biasa.
"Aduh, bagaimana kalau sampai ada yang lihat ya"
Yulita berjalan keluar dari lift, melihat meja Sekretaris Chris di depan ruangan. Jika dia bertanya padanya, pasti dia juga akan curiga kenapa Yulita datang kesini. Tapi, Yulita juga tetap akan ketahuan meski tidak bertanya padanya.
"Tuan Muda sudah menunggu"
Yulita hampir saja terjatuh karena terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba muncul dengan suara yang dingin. Saat menoleh, Yulita baru tahu jika dia adalah Leo, Asisten pribadi Chris atau bisa disebut tangan kanan Chris. Karena dia selalu menjalani semua urusan yang diperintahkan oleh Chris.
"Ah, i-iya"
Akhirnya Yulita berjalan mengikuti Leo, mengangguk hormat pada Sekretaris Chris di meja kerjanya yang berada di depan ruangan Presdir. Terlihat tatapan bingung dan penuh curiga darinya.
"Silahkan masuk, Tuan Muda sudah menunggu"
"Iya, terima kasih"
Yulita perlahan masuk ke dalam ruangan besar ini, untuk pertama kalinya dia masuk ke dalam ruangan ini. Suasana yang tenang dan sepi menurut Yulita, sesuai si pemilik ruangan ini, terlihat dingin dan sulit tersentuh. Seolah dia berada dalam bola kaca yang sulit dipecahkan.
"Kau sudah datang"
"Em, i-iya. Pekerjaanku sudah selesai"
"Tunggulah sebentar? Aku selesaikan ini dulu"
Yulita mengangguk, dia duduk di sofa dan melihat Chris sedang fokus pada pekerjaannya. Merasa cukup lelah, Yulita membaringkan tubuhnya di atas sofa sambil menatap ke arah suaminya yang sedang fokus.
Ketampanannya semakin bertambah saat dia fokus dan memakai kacamata.
Beberapa saat Chris akhirnya selesai dengan pekerjaannya. Melihat ke arah sofa dan dia melihat pemandangan yang hampir tidak pernah terlihat. Chris berjalan ke arah sofa, menatap wajah istrinya yang terlelap dengan tenang. Perlahan tangannya mengelus kepala Yulita.
"Aku tidak tahu apa yang aku rasakan, tapi aku hanya ingin berhenti melukaimu"
Bersambung
Kudu yak Yulita manggil sayang , sementara perasaan yng ada blm terungkap kan eeeaaaa 🤭🤭
Mungkin juga perasaan mu bersambut