Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 5
Sampai di rumah sakit, ternyata Sheina sudah pembukaan lima. Devan pun tidak mau meninggalkan Sheina sendirian. Sampai akhirnya Keyla datang dan mengucapkan terima kasih pada Devan yang telah mengantar Sheina. Keyla juga menyuruh Devan pulang, tapi Devan bersikeras untuk menunggu Sheina sampai bayinya lahir.
Keyla masuk ke ruangan bersalin, menemani Sheina, sementara Devan menunggu dengan perasaan cemas. Beberapa jam kemudian, Sheina berhasil melahirkan seorang bayi tampan yang sehat secara normal.
Setelah dipindah ke ruang rawat, Devan menemui Sheina dan bayi kecil yang kini tertidur lelap di pangkuan Keyla.
"Sheina selamat ya. Sekarang kamu sudah menjadi ibu," kata Devan sembari mengusap pelan rambut Sheina.
"Makasih, Pak." Sheina hanya tersenyum dengan paksa, lalu kembali melamun. Air matanya tiba-tiba meluncur begitu saja. Sesak di dada yang selama ini coba ia lupakan, tiba-tiba kembali hadir menyelimuti perasaannya yang dingin.
Anak itu memiliki mata coklat seperti dia, rambutnya sedikit bergelombang dan warnanya tidak hitam sepertiku. Bentuk hidung dan bibirnya juga sama persis seperti si breng*sek. Kenapa anakku sangat mirip dengannya? Apa aku bisa menjalani kehidupan bersama wajah yang sangat kubenci itu.
"Shein, kenapa kamu sedih? Kamu inget mantan suami kamu, ya?" tanya Devan yang kini mengambik kursi di samping Sheina.
"Shein, udah nggak usah dipikirin. Kata orang wajah bayi itu berubah-ubah. Nanti juga lama-lama mirip kamu kok, kan kamu yang hamil dan lahirin dia, nggak akan mirip si Bara breng*sek itu."
"Key, jangan sebut namanya. Aku benci," teriak Sheina dengan marah. Ia tidak peduli jika suaranya membangunkan bayi kecil itu.
"Sorry, sorry."
*
*
*
Semenjak kejadian malam itu, Bara yang harus menempuh pendidikan S2 di luar negeri terus dihantui rasa bersalah. Sampai dua tahun kuliahnya selesai, Bara masih belum kembali. Ia masih dipaksa orang tuanya bekerja di perusahaan asing tanpa menggunakan nama besar keluarga mereka. Selama dua tahun lebih dia bekerja, setiap malam ia selalu dihantui rasa bersalah. Akan tetapi, keadaan juga memaksanya tidak bisa mencari Sheina, wanita yang dicintainya.
Bara yang dulunya bodoh mengira Sheina sebagai wanita malam, akhirnya sadar telah melakukan kesalahan setelah melihat noda merah di sprei yang Sheina tinggalkan. Noda yang menjadi saksi bisu kebia*dabannya sebagai laki-laki.
Dering ponsel membuat lamunan Bara buyar, dilihat panggilan video dari teman lamanya selama kuliah di luar negeri.
"Hai, Bar. Wah makin jelek aja itu muka," sapa Davin, sahabat Bara.
"Hei, Davin jelek.Tunggu aja minggu depan gue balik ke Indonesia. Pasti lebih ganteng gue daripada lo," jawab Bara sambil tertawa.
"Sialan lo. Eh by the way lo beneran balik? Bagus deh, gue mau pamer," balas Davin sambil tertawa pula. Dia memamerkan ruangan wakil direktur yang hari ini menjadi miliknya.
"Apaan lo udah jadi direktur?" tanya Bara.
"Wakil direktur be*go! Gantiin Kak Devan. Kapan-kapan lo harus mampir ke sini," jawab Davin.
"Ya pasti."
"Permisi, Pak. Ini laporan bulan Juni yang Bapak minta."
Kamera ponsel Davin merekam seorang wanita yang baru masuk ke ruangannya. Bara sangat syok saat melihat wajah wanita itu. Detik kemudian, Davin memencet tombol merah untuk mengakhiri panggilannya.
"Sheina? Benarkah itu Sheina? Apa dia akan memaafkanku setelah empat tahun berlalu?"
🥀🥀🥀
Bara bere dari kemarin ditahan nggak lolos, bukannya aku yang nggak update 🥲🥲