Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Lisa langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Nathan, dengan gaya penuh percaya diri. Ada tekad kuat di matanya, seolah malam ini adalah kesempatan terakhirnya. Lisa duduk di tepi ranjang Nathan dengan senyum mengembang di bibirnya.
Nathan masih berdiri tegap di depan pintu kamar yang kini sudah tertutup, namun tidak sampai terkunci.
"Nathan, ternyata kau tak hanya tampan, tapi …," ucapnya menggantung. Matanya berbinar saat tatapannya beralih pada otot perut Nathan yang kini terekspos langsung di depan matanya.
Lisa sudah lama mengagumi sosok Nathan secara diam-diam. Selain karena ketampanannya, Lisa juga terpesona dengan kharisma dan kesuksesan Nathan.
Ia merasa Nathan adalah pria yang sempurna.
Nathan yang bingung langsung mengikuti arah pandang Lisa yang tertuju pada perutnya. Seketika Nathan membulatkan matanya. Ia baru sadar ternyata belum memakai bajunya.
"Sial! Kenapa aku sampai lupa jika belum pakai baju," gumam Nathan pelan, lalu melangkah cepat ke arah ranjang di mana Lisa duduk sekarang.
Lisa tersenyum penuh arti saat Nathan melangkah ke arahnya dengan cepat. "Ternyata Nathan juga menginginkannya, lagian siapa sih! yang bisa menolak pesona Lisa yang seksi ini," batin Lisa bersorak ria. Dengan PD-nya, Lisa merentangkan tangannya menyambut kedatangan Nathan.
Sedangkan Nathan boro-boro menyambutnya, meliriknya saja tidak. Nathan mengulur tangannya dengan cepat ke sisi samping Lisa.
Sreekk!
Nathan menarik cepat kaus putihnya yang tergeletak di sisi samping Lisa. Dengan gerakan secepat kilat, Nathan sudah memakai kausnya kembali. Lalu ia mundur tiga langkah ke belakang, menjaga jarak aman dari posisi Lisa berada.
Lisa yang melihat Nathan kini sudah menutup tubuhnya kembali, bahkan terkesan menjaga jarak, membuatnya kesal dan kecewa. Senyum yang sedari ia kembangkan kini redup seketika.
"Lisa! Cepat katakan apa maumu malam-malam begini ke kamarku?" tanya Nathan datar.
"Nathan, aku ke sini untukmu, aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu!" jawab Lisa dengan nada mendayu-dayu sambil berkedip nakal. Bahkan tangannya perlahan menurunkan bahu gaunnya, menampilkan sedikit kulit mulusnya.
Nathan masih berdiri di jarak aman, kedua tangannya menyilang di dada. Begitu melihat aksi nekat Lisa, ia memalingkan pandangannya ke arah samping. Ia sekuat tenaga mengontrol dirinya biar tidak terbawa suasana.
Yang benar saja, Nathan pria dewasa yang normal, tubuhnya pasti akan merespon. Namun ia bukan tipe pria yang gampangan dan murahan yang akan melakukan pada sembarang orang. Ada prinsip yang ia pegang teguh, bahwa kehormatan adalah sesuatu yang sakral dan hanya boleh diberikan kepada orang yang benar-benar dicintai.
"Cepat perbaiki pakaianmu dan keluar dari kamar ini sekarang juga!" tegas Nathan dengan suara dingin.
"Nathan, aku sangat mencintaimu, aku sudah lama menyukaimu dan aku rela memberikan segalanya bahkan kehormatanku sekalipun, asalkan kau mau menerimaku!" ujar Lisa penuh harap. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, antara malu, putus asa, dan berharap.
"Lisa, aku tidak tahu kenapa kamu sampai rela menjatuhkan harga dirimu di depan laki-laki hanya karena CINTA, tapi satu hal yang harus kau tahu. Aku Nathan tak pernah tertarik pada wanita murahan dan gampangan!" tegas Nathan tanpa menatap Lisa sedikit pun.
Deg!
Kata-kata yang keluar dari mulut Nathan bagaikan pisau yang mengiris-ngiris hatinya secara langsung. Sakit, kecewa, dan marah menjadi satu. Tangannya mengepal kuat mencekram sisi gaunnya, matanya memanas menatap Nathan dengan tatapan penuh damba dan juga kecewa.
"Tidak, Nathan, kamu hanya milikku dan aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkanmu!" ucapnya cepat lalu bangkit melangkah ke arah Nathan.
Nathan bersikap waspada melihat Lisa kini bangkit dari tempat duduknya.
"Stop Lisa, jangan gila, gunakan akal sehatmu, jangan sampai kau mempermalukan dirimu sendiri!" tekan Nathan yang sebenarnya ia sangat was-was dengan aksi nekat Lisa.
Dengan senyum tipisnya, Lisa terus melangkah tak menggubris peringatan Nathan. Ia tidak akan menyerah begitu saja, ia yakin Nathan sebenarnya juga menginginkan dirinya. Mungkin Nathan hanya gengsi atau takut pada komitmen. Tapi Lisa yakin, dengan sedikit usaha lagi, ia bisa meluluhkan hati Nathan.
"Lisa! Sadarlah! Cowok banyak di dunia ini, dan kamu bisa pilih salah satunya, asal jangan aku!" ujar Nathan yang kini menatap tajam wanita di depannya. Nathan sudah mulai frustrasi menghadapi sikap batu Lisa.
Lisa menggeleng pelan, meski merasa kecewa dan sakit hati mendengar penolakan keras dari Nathan, tapi ia tetap memasang senyumnya. Ia akan berjuang sampai Nathan mengatakan iya.
Nathan berpikir keras bagaimana cara mengusir Lisa dari kamarnya. Ingin rasanya ia menyeret Lisa dan membanting keluar pintu, tapi ia tak sekejam itu sama perempuan. Ia tahu Lisa hanya tengah dibutakan oleh cinta dan nafsu semata.
"Lisa, cepat keluar dari kamar ini, sebelum orang-orang memergoki kita," tegas Nathan lagi. Ia ingin menyadarkan Lisa dengan kata-kata.
"Aku tak peduli Nathan, malah aku akan sangat senang jika orang-orang datang dan memergoki kita, dan setelahnya kita dinikahi. Itu artinya kamu milikku selamanya Nathan," jawab Lisa dengan senyum lebarnya.
"Benar-benar sudah tak waras ini orang!" batin Nathan.
Lisa yang kini sudah di hadapan Nathan melebarkan tangannya hendak memeluk Nathan, namun Nathan dengan gesit menggeser kan tubuhnya ke samping, sehingga Lisa hanya memeluk angin.
"Nathan! kenapa kau menolak aku terus, apa kurangnya aku? Ini semua pasti karena bocil barbar itu, kan?" Teriak Lisa yang sudah tak bisa mengontrol dirinya lagi. Matanya sudah berkaca-kaca menahan rasa malu, kecewa, dan sakit pastinya.
"Jangan pernah samakan dirimu dengan Ratu. Ratu jauh lebih berharga darimu, Lisa, dan yang pasti ia tak akan melakukan hal bodoh seperti yang kau lakukan saat ini!" ucap Nathan menusuk, yang kini mengeluarkan kata-kata tajamnya. Ia sudah tak peduli dengan perasaan Lisa.
"Sudahlah Lisa, sebaiknya kau keluar dari kamar ini, aku mau istirahat. Jangan buang-buang waktumu hanya untuk menggodaku, karena kau bukan tipeku!" lanjut Nathan kini dengan suara dinginnya. Tak ada lagi rasa hormatnya yang selama ini ia jaga supaya tidak menyakiti perasaan rekan kerjanya itu.
***
Di luar kamar, Erland yang baru kembali dari restoran hendak masuk ke kamar. Namun ia mendengar samar suara orang yang sedang berbicara di kamar Nathan saat ia melewatinya. Erland yang tak bisa menahan rasa penasarannya gegas memundurkan langkahnya dengan cepat, lalu mendekat ke arah pintu kamar Nathan mencoba mencuri dengar.
Namun, begitu ia memegang gagang pintu sebagai penahannya, pintu langsung terbuka pelan. "Kok pintunya gak dikunci!" gumam Erland pelan. Karena terlanjur terbuka dengan perlahan dan hati-hati, ia mendorong lebih lebar pintu tersebut. Ia semakin penasaran sama siapa Captain Nathan ngobrol malam-malam begini, apalagi ia seperti mendengar suara perempuan.
Begitu ia melangkah lebih dalam lagi, matanya membulat dengan sempurna, pikirannya langsung traveling kemana-mana, ketika pandangannya menangkap dua sosok yang kini sedang berdiri saling berhadapan. Nathan masih memakai handuk dan kaus, dan Lisa dengan gaun malamnya yang super tipis kini sudah melorot bahunya. Erland menelan ludah dengan susah payah. Pemandangan ini benar-benar di luar dugaannya.
"Captain!" Seru Erland tanpa sadar, memanggil Nathan, membuat keduanya langsung menoleh ke arah Erland yang masih mematung menatap ke arah keduanya.
haiiisss ganggu aja......😁