Berbagi Cinta : Istri Kedua Tuan Muda

Kini ada empat orang yang duduk di pinggir meja makan di rumah mewah itu. Perempuan yang baru saja tiba itu adalah Venya. Anak pertama dari Atmajaya yang baru saja tiba dari Jepang.

Rupanya obrolan mengenai pemberian saham kepada Delina tadi belum usai. Tentu saja Venya sangat tidak terima dengan keputusan Atmajaya. Apa yang dipikirkan Venya sama dengan apa yang dipikiran Mahesa tadi.

"Pa. Apa Papa yakin?" tanya Venya memastikan.

"Ini sudah menjadi keputusan Papa. Siapapun tidak bisa merubahnya," jawab Atmajaya kekeh.

"Selamat malam," pungkasnya sebelum meninggalkan meja makan.

Setelah memastikan Atmajaya menjauh dari meja makan. Di sanalah perdebatan dimulai. Venya berusaha protes kepada sang adik agar bisa membujuk papanya sebelum semuanya terlanjur.

"Kakak tahu sendiri kan papa seperti apa? Apa yang sudah menjadi keputusannya tidak bisa dibantah," terang Mahesa.

"Lihatlah nasibku. Aku saja disuruh menikahi perempuan yang aku tidak jelas asal usulnya. Dan aku tidak bisa menolak itu, Kak," lanjutnya.

Tatapan Venya beralih kepada Delina, anggota baru keluarga mereka. Seketika Delina langsung menundukkan kepalanya takut kena marah Venya. Dari gelagatnya memang kakak iparnya itu tidak mengharapkannya kehadirannya.

"Sebenarnya siapa dia? Kenapa papa bisa meminta kamu menikah dengan dia? Dan lebih parahnya papa sangat percaya dengan dia?" tanya Venya kepada Mahesa. Mata yang tak luput menatap Delina dengan tatapan menyindir.

Pria itu menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Dia menggendikkan bahunya menjawab pertanyaan Venya. Karena dia sendiri tidak tahu latar belakang Delina.

"Entahlah. Aku hanya menuruti perintah papa saja. Beliau ingin segera punya cucu dengan alasan umurnya yang sudah tua dan kesehatan yang semakin menurun. Lalu papa menuntutku untuk menikah lagi. Papa juga yang sudah menetapkan siapa istri keduaku," ungkap Mahesa dengan tidak bersemangat.

"Istrimu tahu tentang semua ini? Apa dia terima begitu saja?" tanya Venya lagi.

"Tau sih. Papa sendiri yang ngomong langsung sama Maharani saat menyuruhku untuk menikah lagi. Tentu saja awalnya Maharani menolak, tetapi bisa apa dia?" jawab Mahesa.

Pria itu tersenyum kecut dan berkata, "Akhirnya apapun keputusan papa. Dia menerimanya."

"Lalu apakah dia juga sudah tahu tentang setengah saham Mahesa Grub yang diberikan kepada dia?" tanya Venya semakin penasaran.

Gelengan kepala sebagai jawaban yang Mahesa berikan kepada kakaknya. Venya bergegas merogoh ponsel dari dalam tasnya.

"Aku harus segara mengabarkan ini kepada Maharani. Dia haru segera tahu apa yang terjadi," ucap Venya.

"Lebih baik menunggunya pulang dulu, Kak," cegah Mahesa.

"Ah kelamaan. Ini darurat Mahesa!" pungkasnya lalu menjauh dari meja makan dengan telepon yang mulai terhubung dengan Maharani.

Sementara Delina termenung karena bingung dan tetap diam di tempatnya semula. Tak tahu harus berkata apa lagi. Dia hanya bisa pasrah dan menerima apa yang akan terjadi pada kehidupannya setelah ini.

**

Menjadi istri kedua saja sudah berat, bebannya semakin berat saat keluarga suaminya yang tidak mengharapkan kehadirannya. Harapannya memiliki suami yang menyayanginya pupus sudah. Kedepannya kehidupannya akan semakin diwarnai dengan kisah berbagi cinta dengan istri pertama.

"Tuan, kenapa Anda masuk ke kamar saya lagi?" tanya Delina tersentak kaget saat tiba-tiba Mahesa masuk ke dalam kamarnya.

"Jangan lakukan lagi ya, Tuan," pintanya masih merasa trauma.

Dari pengalaman terakhirnya saat Mahesa tiba-tiba masuk ke kamarnya membuatnya tak bisa jalan setelahnya. Delina pun langsung parno sendiri dengan suaminya itu. Reflek perempuan itu menutup bagian depan dadanya dengan tangannya sendiri.

"Enggak usah ke-PD-an," ketusnya.

"Gue enggak mungkin diperbolehkan tidur di kamar sendiri oleh papa," lanjutnya.

"Ketahuilah bahwa disetiap sudut rumah ini terdapat CCTV yang memantau semua aktivitas orang di dalamnya, termasuk gue."

Tuan muda itu langsung menidurkan tubuhnya di tempat tidur. Tangannya melempar bantal dan guling yang seharusnya digunakan Delina ke sofa samping tempat tidur.

"Malam ini gue mau istirahat. Dan Gue enggak mau tidur dekat-dekat dengan Lo," ucap Mahesa tanpa menoleh kearah Delina.

"Sana menjauhlah!" tegasnya yang sudah tengkurap di atas tempat tidur.

Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Delina. Setelah beberapa saat terdiam, Delina mulai memunguti bantal dan guling yang telah dilempar Mahesa. Selanjutnya dia mengambil selimut dari dalam lemari yang ada di kamar itu.

"Masih mending tidur di sofa empuk daripada di lantai," gumam Delina dalam hati.

Biasanya saja dia di rumah tidur dengan kasur tipis yang bahkan dinginnya lantai tembus menusuk tulangnya. Jadi dia tidak akan protes meskipun tidur di atas sofa. Karena sofa di kamar itu sangat empuk dan nyaman.

**

Paginya rumah itu dikejutkan dengan kedatangan seorang perempuan. Kali ini Delina yakin bahwa perempuan itu adalah istri pertama Mahesa. Kedatangannya sangat disambut baik oleh sang suami.

"Halo Sayang. Apa kabar?" tanya Mahesa yang langsung bangkit dari kursi tempatnya duduk untuk sarapan tadi.

Pria itu langsung memeluk perempuan itu. Mencium pipi kanan, pipi kiri, dan berakhir dengan ciuman di bibir keduanya. Ya, sangat mesra sekali perlakuan suami istri itu.

Kali pertama Delina menyaksikan aksi kemesraan suaminya dengan istri pertamanya memang membuatnya dadanya sesak. Tak sanggup rasanya membagi apa yang dia punya dengan orang lain. Eh, tetapi disini bukannya dia yang hadir belakangan ya? Baiklah Delina akan mencoba belajar menerima.

"Kabar baik Sayang. Aku datang karena sudah tak tahan ingin melihat istri barumu. Mana dia?" tanya Maharani sembari melirik Delina dengan sinis.

Delina yang awalnya makan dengan tertunduk. Mencoba menatap Maharani dan menganggukkan kepalanya menyapa perempuan itu.

"Oh cuma kaya gini selera papa kamu?" sindir Maharani.

"Entahlah Sayang. Kau tahu sendiri kan? Aku hanya menuruti kata-kata papa saja," tukas Mahesa.

Kebetulan memang pagi itu Atmajaya belum turun ke bawah untuk sarapan.

"Bagaimana Maharani? Apa rencana kita untuk menyingkirkan bocil (bocah kecil) itu?" bisik Venya kepada Maharani yang duduk disampingnya.

"Tenang saja Kak. Aku sudah menyiapkan beberapa rencana untuk menyingkirkan dia dari keluarga kita," balas Maharani tersenyum sinis.

###

Wah ternyata mereka sekongkol untuk menjatuhkan Delina. Apa yang akan mereka lakukan untuk menjatuhkan Delina?

🌱Jangan lupa klik favorit, like, dan komentar ya. Sehat dan sukses selalu semuanya.