NovelToon NovelToon
Can We?

Can We?

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:435
Nilai: 5
Nama Author: Flaseona

Perasaan mereka seolah terlarang, padahal untuk apa mereka bersama jika tidak bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Flaseona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Can We? Episode 03.

...« Mau dibawa kemana? »...

Keesokan harinya setelah main dari pantai, Arasya sedang bersantai di dalam rumah. Sofa yang luas membuatnya bisa merebahkan diri dengan nyaman di sana. Ia merasa bahagia pada pagi menjelang siang hari itu.

Acara memperkenalkan Gavan dan Lina berjalan sesuai rencana kemarin. Gavan bahkan tanpa protes memberikan nomor teleponnya pada Lina. Kemudian tanpa malu dilihat oleh anak-anak kecil (terbaca: Arasya, Dina, Elsa, dan Voni) Gavan mengacak rambut Lina dan berkata akan menunggu pertemuan selanjutnya. Yang langsung mendapat teriakan histeris dari penonton setia keduanya.

Lalu, tentang uang yang dipinjam Arasya. Gavan berkata untuk tidak membayarnya dengan uang, tetapi dengan traktiran lain waktu dengan syarat tidak lupa membawa dompet lagi. Dan Arasya tertawa kecil lantas berterima kasih. Ia akan mentraktir Gavan sesuai jumlah traktiran Gavan padanya dan teman-temannya.

“Dek Ara!” teriakan melengking dari depan membuat si empu segera berlari ke luar.

“Mamiiii...” Arasya melajukan larinya, memberikan pelukan rindu pada seseorang yang dipanggilnya Mami tersebut.

“Waduh, kangen banget sama anak cewek Mami satu ini.”

Mami adalah orang tua tunggal yang mengasuh Gavan dan Devan setelah suami beliau meninggal. Mami juga sangat dekat dengan mendiang orang tua Arasya. Maka setelah kehilangan besar-besaran yang didapatkan Arasya, Mami semakin dekat dengan anak tunggal satu ini.

Menjadi orang tua pengganti untuk Arasya yang waktu itu masih remaja hingga sekarang. Mengurus Arasya dan apapun yang ada di sekitar gadis itu.

“Mami lama banget kerjanya.” Gumam Arasya.

“Cuma seminggu aja. Masa iya lama?”

Arasya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan beliau.

“Ngapain di situ? Nanti telat kalau gak ganti sekarang, Mi.” Gavan keluar dari rumah dengan pakaian yang sangat rapi.

“Mami mau pergi lagi?” tanya Arasya kebingungan.

“Iya nih, Dek. Ikut, yuk? Soalnya Mas Devan sama Kak Sena juga ikut.”

“Hah? Enggak deh, Mami. Cuma sebentar aja, 'kan? Aku berani kok di rumah sendiri.” Tolak Arasya. Tidak enak hati karena dirinya selalu diikut sertakan pada acara-acara keluarga Janala. Jika diharuskan menginap beberapa hari, maka Arasya akan dipaksa ikut dengan dalih agar rombongan semakin ramai.

“Dek, ikut aja. Ada banyak makanan, kamu suka 'kan?” Devan yang baru datang segera memprovokasi.

“Ayo, Kak Sena bantu kemas barang-barang. Mami cepetan ganti, ya.” Senaza juga ikut, bahkan sudah menggantikan peran Mami yang sebenarnya masih ingin berpelukan dengan Arasya.

“Cuma tiga hari, Dek. Ikut aja, ya? Gak tenang Mami tinggalin Adek sendiri.” Mohon sang Mami.

Akhirnya Arasya mengangguk pasrah, mereka berpisah untuk mengemas barang masing-masing. Arasya dibantu Senaza, sedangkan dirinya disuruh untuk fokus berganti pakaian.

Sembari bertanya-tanya ke mana mereka akan pergi. Dan Arasya lagi-lagi dibuat takjub oleh keluarga besar Mami yang sepertinya tersebar di mana-mana. Sehingga sering kali Mami menghadiri acara pernikahan dan mengajak seluruh keluarganya. Termasuk Arasya.

...•••...

Sebuah bus besar terparkir rapi di halaman rumah pengantin wanita. Arasya keluar dari mobil disusul Mami, Senaza, Devan dan yang terakhir Gavan.

“Mas, adeknya dijaga, ya. Mami sama Kakak masuk sebentar habis itu kita masuk bus. Adek sama Mas dulu gapapa, ya?”

Arasya mengangguk, tubuhnya digeser oleh Mami ke tengah-tengah para laki-laki yang berdiri bersandar pada mobil. Mata Arasya melihat kepergian Mami dan Senaza, kedua wanita itu dengan cepat berbaur dengan orang-orang.

“Gede banget busnya, berapaan ya harga sewanya, Mas?” Devan tiba-tiba melayangkan pertanyaan pada si sulung.

“Tergantung tujuannya di mana. Kalau jauh ya bisa sampai tiga juta lebih.” Gavan menjawab keingintahuan sang adik tanpa berpikir panjang.

“Ntar kalau liburan sewa bus aja, Mas. Lumayan juga daripada harus sewa mobil banyak, ‘kan?”

“Iya.” Gavan mengangguk. “Nanti dipikir-pikir dulu.”

Arasya mencuri lirik ke arah Gavan yang fokus memandang bus itu. Arasya masih berpikir jika Gavan pengangguran, lalu kenapa Devan justru menyuruh sang Kakak untuk menyewa bus yang mahal? Apakah Devan tidak kasihan pada Gavan?

“Dek, Mas! Ayo masuk! Bawa barang-barangnya!” Mami berteriak dari kejauhan.

Arasya hampir akan ikut membawa tas besarnya jikalau Devan tidak menginterupsi. “Kamu ngapain, Dek? Sana susulin Mami sama Kakak.” Usir Devan.

“Itu dipanggil lho, Dek. Tasnya biar Mas yang bawa.” Gavan ikut menimpali sembari mengusap rambut panjang Arasya.

“Adek ayo masuk biar kebagian tempat!” Mami berteriak lagi agar Arasya segera mendekat.

Setelah mengerti yang dimaksud, Arasya menganggukkan kepalanya dan berlari kecil menyusul Mami dan Senaza.

“Ngapain coba masih berdiri di sana, Adek?” gemas Mami pada Arasya dengan mencubit pipi kanan si kecil.

“Adek mau duduk di belakang apa di depan?” tanya Mami setelah mereka masuk ke dalam bus. Sudah banyak kerabat Mami yang duduk di sana. Menyapa sang Mami dengan semangat.

“Aku di depan aja, Mi. Tadi Devan maunya gitu.”

“Oke deh, Kakak di depan. Kalau gitu Adek di belakang sama Mas Gavan gapapa, ya?”

Mami menuntun Arasya untuk duduk tepat di belakang Senaza. Keduanya disuruh diam di tempat sampai masing-masing dari anaknya masuk ke dalam. Kata Mami, menjaga tempat agar tidak di duduki oleh orang lain.

“Mami nanti gak di sini ya, Adek. Mami ada di mobil pengantin. Jadi kalau butuh apa-apa bilang Kakak atau Mas, ya.” Tutur Mami yang hanya diangguki oleh Arasya lagi.

Sesudah sang Mami keluar bus, tidak berselang lama, Gavan dan Devan masuk membawa dua tas di tangan masing-masing.

“Wih mantep beneran dapet depan, Yang.” Celetuk Devan kegirangan.

Gavan yang tahu maksud terselubung Devan duduk di depan hanya menggelengkan kepalanya.

“Waduh Mas Gavan makin ganteng aja, sudah ada gandengan belum, Mas?”

Gavan yang lagi menjadi sasaran empuk hanya tersenyum sopan. “Belum, Pak. Di doakan yang baik-baik aja.” Lalu Gavan mendudukkan diri di samping Arasya.

“Ya harus toh, Mas. Atau mau tak kenalin sama orang kampung Bapak aja, Mas?”

Gavan tertawa ringan. “Boleh, Pak. Di atur aja.”

Arasya lagi-lagi tidak bisa untuk tidak memandang Gavan dalam diam. Sudah disuruh adiknya menyewa bus saat liburan dan sekarang Gavan disuruh mencari pasangan. Apakah Gavan tidak tertekan?

“Apa, Dek? Laper?” tanya Gavan sebab sejak tadi ia menangkap tatapan Arasya yang melihat ke arahnya secara terang-terangan.

“Enggak. Ngantuk.” Jawab Arasya sekenanya.

“Oh ini Adek tho, Mas? Yang Mami sering cerita. Oalah, Nduk, kok ayu banget. Udah ada pacar belum?”

“Masih kecil, Pak. Gak boleh pacaran dulu.” Devan tiba-tiba menjawab dari depan.

“Lho, lha kenapa tho? Wong ayu banget ya gapapa kalau pacaran, Mas.”

Gavan tertawa melihat ekspresi Arasya merengut kesal.

“Aku udah besar ya, Mas!” protes Arasya tidak terima. “Pokoknya nanti kalau aku ada pacar, aku langsung pamer ke Mas Devan!”

...« Terima kasih sudah membaca »...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!