Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Mimpi tapi Kenyataan
Ketika di tengah jalan tanpa mereka sangka-sangka hujan turun teramat lebat hingga membuat mereka berdua basah kuyup.
"Kita mampir ke apartemen atau langsung kerumah kamu aja tapi masih jauh takutnya kamu nanti masuk angin. Kalau kita ke apartemen bisa ganti baju dulu walaupun gak ada baju perempuan disana tapi kamu bisa pakai baju aku nanti dan disana juga ada mantel buat kita nanti kerumah kamu," ucap Devano. Awalnya Ciara nampak berfikir beberapa kali dan akhirnya mengiyakan ucapan Devano karena dia juga tak tega melihat Devano kehujanan karena mengantar dirinya pulang kerumah.
Devano yang sudah mendapat persetujuan dari Ciara pun mengarahkan motornya menuju apartemen yang memang tak jauh dari lokasi mereka tadi.
Setelah mereka berdua sampai di gedung apartemen. Devano dan Ciara bergegas untuk menuju kamar apartemen milik Devano.
"Masuk," ucap Devano. Dengan langkah berat Ciara menginjakkan kaki hingga sampai diruang tamu.
"Aku cariin baju dulu buat kamu," ucap Devano sebelum pergi menuju kamarnya. Tak berselang lama ia kembali dengan membawa satu kaus besar dan handuk ditangannya. Ia pun juga sudah berganti pakaian.
"Aku gak punya celana cewek disini dan aku rasa kalau kamu pakai kaus itu akan jadi dress buat kamu," ucap Devano. Ciara pun menerima kaus serta handuk dari tangan Devano.
"Terimakasih Kak. Maaf jadi ngerepotin," ucap Ciara tak enak hati.
"Sudah lah. Jangan minta maaf. Buruan sana gih ganti baju keburu masuk angin entar," tutur Devano.
Ciara pun bergegas menuju kamar mandi yang terletak di kamar Devano karena tadi Devano sudah mengizinkan dirinya untuk mengganti pakaian di kamarnya.
Ciara pun dengan langkah risi keluar dari kamar Devano dan kembali duduk di ruang tamu. Devano yang melihat Ciara sudah berganti pakaian dan memakai bajunya, merasa lucu karena kaus yang bisanya ia pakai bisa dijadikan dress selutut buat Ciara.
"Gemes banget sih," batin Devano tanpa melepaskan pandangannya dari Ciara.
"Oh ya. Aku buatin teh dulu ya biar hangat sedikit tubuh kamu dan di luar hujannya tambah parah," ucap Devano dan diangguki oleh Ciara.
Tak berselang lama Devano mendekati Ciara dengan membawa dua cangkir teh di tangannya. Devano mendudukkan tubuhnya disamping Ciara.
"Diminum," ucap Devano. Ciara pun meraih salah satu cangkir tersebut dan perlahan meminum teh buatan Devano.
Ia melihat setiap inci penampilan Ciara mulai dari atas kepala hingga pangkal kaki Ciara. Namun ketika ia melihat bagian dada Ciara yang kebetulan tak memakai bra dan sedikit mengecap di kaus Devano yang berwarna putih itu pun membuat bentuk buah dada Ciara nampak jelas. Devano dibuat gelagapan dengan apa yang ia lihat tadi. Devano mengalihkan pandangannya dari pemandangan tadi.
Namun baru juga beberapa menit Devano berusaha menetralkan dirinya supaya tak berbuat macam-macam pada Ciara, tiba-tiba terdengar suara petir menyambar dan seketika lampu di dalam seluruh gedung apartemen tersebut pun padam. Ciara yang takut dengan suara petir dan kegelapan pun melonjak kearah Devano hingga dirinya tanpa sadar melonjak kepangkuan Devano. Devano yang awalnya kaget dengan aksi Ciara pun perlahan mulai menyadari dengan ketakutan Ciara saat ini.
"Tenang ada aku disini," ucap Devano memenangkan. Namun bukannya tenang Ciara malah mengeratkan pelukannya hingga kedua buah dadanya menempel di tubuh Devano. Devano yang awalnya sudah membuat tembok pertahanan pun akhirnya runtuh juga karena pergerakan Ciara yang semakin membuat dirinya terpancing.
Tanpa pikir panjang Devano membalas pelukan Ciara dan perlahan tangannya menyingkap kaus yang Ciara kenakan. Tangannya perlahan menyelinap kedalam pakaian Ciara. Ciara yang merasakan situasi yang sudah tak aman lagi. Ia pun mendorong tubuh Devano dan segera merubah posisi duduknya yang menjauh dari tubuh Devano walaupun masih dalam sofa yang sama.
"Ma..maaf Kak," ucap Ciara gugup. Namun nafsu sudah membuat Devano tak memperdulikan suara Ciara. Ia sekarang malah mendekatinya dan tanpa aba-aba menerjang tubuh Ciara.
Devano memaksakan ciuman dengan Ciara. Setelah puas merebut first kiss Ciara kini Devano berpindah menciumi leher Ciara tak lupa tangannya sudah menjelajahi tubuh Ciara tanpa permisi. Ciara menangis dan berusaha memberontak namun apa daya ketakutan Devano lebih besar darinya.
"Kak please stop. Ini udah kelewatan Kak," teriak Ciara yang hanya menjadi angin lalu oleh Devano.
Devano yang sudah tak sanggup menahan hasratnya pun akhirnya memaksa Ciara untuk melakukan hal yang tak layak mereka lakukan sebelum waktunya. Ciara tambah menangis ketika mahkota yang ia jaga selama 18 tahun kini direnggut oleh seseorang yang bukan suami sahnya. Devano terus melakukannya dan sesekali bersikap kasar pada Ciara ketika Ciara memberontak kepadanya. Hingga sampai akhirnya tenaga Ciara terkuras habis dan ia pun pingsan. Namun entah kemana hati nurani seorang Devano yang tetap melakukannya hingga mencapai puncak hasratnya tanpa memperdulikan Ciara yang sudah tak sadarkan diri.
Setelah memuaskan nafsunya Devano dengan santainya meninggalkan Ciara yang masih tak sadarkan diri di ruang tamu menuju kamar pribadinya untuk membersihkan dirinya dan tidur.
Paginya Ciara tersadar dan betapa terpukulnya dia saat mendapati kenyataan yang ternyata bukan mimpi. Ciara memunguti baju yang semalam ia gunakan untuk ke pesta kampus yang ternyata sudah dikeluarkan oleh Devano tadi malam. Ciara dengan cepat memakai baju tersebut tanpa memperdulikan rasa sakit di daerah sensitifnya. Saat ia akan mencari keberadaan Devano dan meluapkan emosinya, namun di apartemen itu Ciara tak menemukan sosok Devano disana.
Ciara keluar dari apartemen tersebut sembari menangis meratapi nasibnya kedepan. Ciara dengan gontai masuk kedalam taksi yang kebetulan sedang melewati dirinya dan tanpa pikir panjang Ciara menghentikan taksi itu.
Tak berselang lama Ciara telah sampai di rumahnya yang sudah sepi. Mungkin orang tuanya belum kembali dan Adiknya sudah berangkat ke sekolah. Ciara menghapus air matanya sebelum masuk kedalam rumahnya. Dengan langkah cepat Ciara menuju kamarnya dan mengunci rapat kamar tersebut. Ciara menangis sejadi-jadinya sembari menjambak rambutnya frustasi.
"Mama, Papa, Kiara maafin Ciara yang akan membuat kalian kecewa," ucap Ciara lirih. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah kotor dan di penuhi oleh bekas cumpuan Devano semalam.
Ciara tak henti-hentinya menggosok tubuhnya untuk menghilangkan tanda merah di seluruh tubuhnya itu. Namun ia tak berhasil. Ciara kembali menangis frustasi apalagi ketika ia mengingatkan kejadian semalam yang sangat menyakitkan baginya.
Ciara keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang sangat memperihatinkan. Air mata terus mengalir tanpa seizinnya walaupun mata cantik itu sudah sangatlah lelah namun perasaan yang begitu menyakitkan tak dapat menghentikan air mata kesedihan dan kekecewaan padanya.
Ciara terus berfikir ia harus bagaimana jika keluarganya tau tentang hal ini. Ia sudah menjadi aib bagi keluarganya dan akan merusak nama baik orang tuanya.
"Kenapa ini semua harus terjadi kenapa," teriak Ciara. Ia merebahkan tubuhnya tanpa menghentikan tangisannya hingga akhirnya mata lelah itu tertutup untuk sementara waktu.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/