Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Huuhh!!
Alva merebahkan tubuhnya di kasur setelah dikunci oleh Alvi dari luar, hatinya panas melihat sang kakak dan istrinya berdua diluar.
"Tidak bisa begini, istriku ya milikku kenapa dia harus bersama kakakku, ini bukan film yang berjudul istriku teman dekat kakakku," gumam Alva.
"Aku harus merebut istriku," imbuh Alva dengan tekad kuat.
Pria itu mengirim pesan untuk Laura, entah apa rencana selanjutnya untuk menjauhkan istrinya dari sang kakak.
Tring!
Laura membuka ponselnya disela sela pembicaraan serius dengan Karin membahas soal keinginan nyonya Michelle.
Selingkuh saja terus!! Tadi malam tidur denganku dan paginya pergi dengan kakakku bagus sekali ~jangan peduli.
Kenapa dia menganggap ku selingkuh, batin Laura.
Kau menganggap ini perselingkuhan? Kita tidak memiliki hubungan ~ Laura.
Membaca pesan itu Alva semakin panas dan ingin membanting ponselnya namun ia tahan.
Hey aku suamimu dan jika kau pergi apalagi bermesraan dengan pria lain itu artinya selingkuh, paham? ~ jangan peduli.
Laura ingin sekali tersenyum seperti setan yang berhasil mengelabui manusia saat membaca pesan pria itu.
Benarkah? Kenapa kau tidak menyiapkan kaca sebesar benteng Takeshi terlebih dahulu ~ Laura.
Maksudnya? ~ jangan peduli.
Tidak ada, sudah ya aku harus bekerja ~ Laura.
Alva berlari keluar menuju balkon kamarnya lalu melempar ponsel yang ia pegang sekeras dan sejauh mungkin.
"Yaa!!!" Pengawal yang menjaga rumah sampai melihat keatas saat mendengar teriakan Alva.
"Aargghh!!!"
Alva keluar dari kamar menggunakan kunci duplikatnya lalu berjalan pelan turun kebawah sembari mendengar percakapan antara Laura dan keluarganya.
Sejauh ini masih aman, mereka tidak membicarakan hal lain, batin Alva.
"Baiklah nyonya sepertinya kami harus pamit," ucap Laura.
"Baiklah Alvi akan mengantar kalian," kata nyonya Michelle.
"Ahhh!!!" Alva kembali membuat ulah dengan berpura-pura sakit perut didekat tangga.
"Ada apa Alva?" Tanya nyonya Michelle.
"Ma perut Alva sakit," jawabnya dengan drama meyakinkan.
"Tadi baik baik saja, kau sudah sarapan?" Tanya Alvi.
"Sudah," jawab Alva kembali meringis.
"Perlu dibawa ke dokter?"
"Perlu sekali."
"Baiklah supir akan..."
"Kak Alvi pagi ini ada meeting penting dengan klien besar," ujar Alva.
"Suruh papa menggantikan...."
"Ahh tidak tidak papa terlalu tua dan tidak pernah belajar akhir akhir jadi tidak pintar, kakak saja yang gantikan."
"Tapi aku..."
"Kakak lama biarkan wanita ini pulang dengan supir lagipula kenapa lebih mementingkan dia daripada adik sendiri," ujar Alva ketus.
"Baiklah, Laura maaf aku tidak bisa mengantar," kata Alvi.
"Tidak masalah,"
"Baiklah Laura supir akan mengantarmu sampai butik," saut nyonya Michelle.
Laura mengangguk lalu pamit untuk pulang bersama dengan Karin, sepertinya Laura agak paham dengan permainan pria itu jadi dia tidak ingin diantar sampai depan rumah.
"Mm nona bisa aku meminta izin pulang ke apartemen? Adik adikku belum sarapan," ujar Karin.
"Baiklah," Laura mengambil dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang untuk Karin.
"Tidak nona aku masih memiliki uang simpanan," tolak Karin.
"Aku tidak memberikannya padamu tapi ini untuk Aldi dan Aldo," ujar Laura.
Karin bisa apa ketika Laura memberikan uang itu untuk adik adiknya, Karin sampai sungkan menerima kebaikan bos-nya.
"Terimakasih nona," Karin menerima uang itu sambil memeluk Laura.
"Pulanglah tapi ingat untuk kembali siang nanti karena kau dan Linda akan membeli stok kain."
"Baik nona," Karin tidak jadi menaiki mobil yang akan mengantar Laura karena apartemen nya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Bugh!!
Laura masuk kedalam mobil setelah melihat Karin menghilang dari ujung gerbang.
"Hay," sapa Alva dengan senyum manis.
"Ahh!! Astaga kau...." Laura melihat supir didepannya dan langsung diam.
"Alva kenapa kau..."
"Antar aku kerumah sakit," ucap Alva.
"Bukankah kau hanya berpura-pura."
"Tadinya iya tapi karena kualat malah benar sakit perut."
Laura tidak bisa menahan tawanya melihat kelakuan Alva, pria yang cukup pendiam dan tidak banyak berinteraksi dengan wanita selain Tania itu bisa menjadi jenaka didepan keluarganya walau tampak menyebalkan.
"Biarkan aku menyetir untukmu," kata Laura.
"Tidak akan, anakku dalam bahaya nanti."
Alva menjalankan mobil walau perutnya terasa tidak nyaman, awalnya pria itu hanya membuat alibi dengan berpura-pura sakit perut tapi semakin kesini sakitnya tidak bohong.
Sampai dirumah sakit Alva hanya mengambil obatnya yang habis lalu mengajak Laura pulang.