NovelToon NovelToon
Young & Free

Young & Free

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rucaramia

Sahabat itu cinta yang tertunda, kata Levin satu waktu berkata pada Dizza seolah konsep itu memang sudah dialami nyata oleh si pemuda. “Kau hanya perlu melihat dengan persepsi yang berbeda untuk menemukan cintamu.”
Sampai kemudian Dizza yang berpikir itu omong kosong mengalami sendiri kebenaran yang Levin katakan padanya. Dizza jatuh cinta pada Edzhar yang adalah sahabatnya.
"Memangnya boleh mencintai sahabat sendiri?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rucaramia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian Kecil

Kimber membongkar tasnya sekali lagi.

Tidak ada!

Bagaimana bisa dia jadi begitu ceroboh begini? gadis itu menghela napas, jika sudah dicari tidak ada berarti kemungkinan besar dia meninggalkan paper-nya di rumah atau mungkin tertinggal di mobil saat dia membaca ulang di perjalanan tadi untuk pengecekan. Kimber melirik jam tangannya, sepuluh menit lagi kelas akan di mulai. Dia harus melakukan sesuatu sebelum sang dosen tiba dan meminta para mahasiswa mengumpulkan tugas paper yang telah dia inturksikan minggu lalu. Kimber langsung menelepon Andrew, dia berharap supir yang merangkap sebagai sobatnya itu menerima telepon darinya. Tapi hingga dua kali mencoba lelaki itu tidak mengangkat sekali pun telepon darinya. Ini benar-benar gawat.

Buat Kimber yang selalu tepat waktu dalam mengerjakan tugas dan mendapatkan predikat sebagai mahasiswi teladan, kecerobohan seperti ini adalah hal yang paling fatal. Dia berdiri di pelataran parkir dengan gusar sambil memegang ponselnya di telinga. Setelah panggilan ketiga dia mendesah, sepertinya ini bukan hari keberuntungannya. Sudah kemarin tidak kebagian salad buah, sekarang dia malah ketinggalan paper-nya pula. Benar-benar deh minggu ini dia tampaknya sedang dikutuk sampai beberapa hal tidak berjalan dengan baik.

“Eh Kimber, ada apa?” tanya Dizza yang kebetulan saat itu melewati koridor di depan kelas Kimber. Dia sedang bersama Edzhar dan tampaknya mereka berdua pun punya jadwal kelas yang sama makanya mereka berbarengan.

“Aku ketinggalan paper-ku. Saat ini aku sedang mencoba menghubungi Andrew tapi tidak di angkat,” kata Kimber.

“Ya ampun, bagaimana dong? Biar aku bolos saja ya dan ambilkan paper-mu yang ketinggalan, bagaimana menurutmu Edzhar?” kata Dizza bersungguh-sungguh lalu melirik pada Edzhar.

“Ya, aku dan Dizza bisa bolos bersama dan aku juga tidak keberatan sih,” ujar Edzhar sambil menaikan bahunya.

Kimber langsung menggelengkan kepala. “Eh, jangan! tidak usah. Bisa jadi ketinggalan di mobil, Andrew juga belum terlalu jauh dari kampus makanya aku menghubungi supaya dia balik lagi,” timpalnya buru-buru. Tentu saja Kimber jadi tidak enak kalau harus merepotkan mereka berdua. “Terima kasih atas tawarannya, tapi aku tidak mau sampai kalian harus bolos demi membawakan paper-ku,” tambah Kimber lagi.

“Kami tidak keberatan kok,” ujar Dizza dan Edzhar berbarengan.

“Tidak, tidak perlu,” tolak Kimber lagi, kemudian dia melirik jam tangannya dan sial sekali baginya karena waktu untuk kelasnya telah nyaris dimulai dalam beberapa menit lagi. “Ah! Maaf Dizza, Edzhar aku pergi dulu! kelasku hampir dimulai,” ujar Kimber yang langsung lari tunggang langgang menjauh kedua orang itu.

Ya, mau bagaimana lagi. Dia mungkin harus menyusul untuk sekarang. Sesuatu yang akan menodai prestasinya. Kimber tidak suka itu dan berharap dia bisa memutar waktu meski itu mustahil.

Gadis itu berhasil masuk kelas di waktu yang tepat. Sebab setelah dia menghempaskan tubuhnya di kursi para mahasiswa lain juga berangsur masuk ke dalam. Gadis itu menghembuskan napas panjang. Kimber memandangi mejanya yang masih dipenuhi dengan hasil bongkaran tasnya beberapa saat lalu. Sisa waktu yang dia punya langsung dia gunakan untuk merapikan kembali semuanya. Satu persatu barang-barang yang dia bawa mulai berpindah ke dalam tasnya. Ketika Kimber baru saja hendak memasukan paper yang telah disampul lakban ke dalam tasnya, saat itu pula Kimber langsung tercengang.

Tunggu dulu! Bukankah tadi itu …

Kimber kembali mengeluarkan benda itu, menelitinya sekali lagi dan ternyata memang benar itu miliknya. Paper yang beberapa saat lalu membuat kepalanya pusing bukan kepalang lantaran dia berpikir meninggalkannya di rumah atau di mobil.

“Tadi Levin masuk ke kelas dan mencarimu, karena kau tidak ada jadi dia menyimpannya di mejamu begitu saja,” jelas seseorang yang duduk di sebelahnya. Membuat Kimber membulatkan mata.

Levin?

“Benarkah?”

“Ya,” kata gadis itu lagi sambil menganggukan kepala. “Aku cemburu dengan persahabatan kalian, rupanya kau punya malaikat penolong ya, Kimber.”

Kimber menatap paper yang ada di tangannya sambil tersenyum. Mungkin memang benar, dia punya malaikat penolong. Lain kali dia harus membuatkan sesuatu sebagai ucapan terima kasih untuk pemuda itu.

***

Dengan hati-hati dia mengeluarkan kotak kue dari dalam loker, sesaat dia melirik lagi isi di dalamnya yang tidak lain adalah cookies coklat buatan tangannya. Sedikit berdebar, karena itu adalah cookies yang paling bagus diantara beberapa yang gagal dia buat. “Hanya tinggal diberikan saja,” bisik Kimber.

“Untuk siapa, tuh?” Dizza tiba-tiba muncul dari belakang dan melongo ke arah kotak yang beberapa saat lalu diintip oleh Kimber.

“D—Dizza!” Kimber kaget lantaran kehadiran gadis itu terlalu tiba-tiba. “A—Ah, i—Ini…” Untuk sesaat Kimber jadi bingung sendiri memberikan jawaban.

“Tidak usah dijawab, aku tahu kok untuk siapa itu,” ujar gadis itu sambil menepuk bahunya. “Memasak memang lebih sulit dari pada makan,” gerutu Dizza kemudian. “Awas saja kalau dia tidak menghargai pemberian darimu.”

“Dizza?”

“Ya? kapan mau kau berikan? Kelas dia sebentar lagi mau dimulai lho,” ujar Dizza diikuti senyum manisnya.

Kimber langsung bergegas menuju ke satu direksi dan meninggalkan Dizza begitu saja. Tetapi, tiba-tiba saja seolah dia mendapati sebuah lampu terang di kepala. Gadis itu berhenti dan menoleh pada sahabatnya. Dizza tersenyum di tempatnya sambil mengedipkan sebelah mata. “Sukses ya!” kata gadis itu dari sana memberikan semangat. Kimber mengangguk dan balas tersenyum

Dizza benar-benar tahu untuk siapa cookies ini.

Ketika Kimber sudah mencapai sebuah kelas, dia berdiri di luar kelas seraya menyapukan pandangan mencari keberadaan seseorang. Levin. Pemuda yang hendak di berinya Cookies.

“Sedang mencariku ya, Kimber?” Kimber terlonjak, perlahan dibalikannya tubuh gadis itu kepada Levin.

“L—Levin.”

“Sorry, mengagetkanmu ya?” ucap Levin sambil menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. “Habis kau terlihat serius sekali, tadi aku berpapasan dengan Dizza katanya kau mencariku. Benar begitu?” kata Levin lagi.

“Umm … Iya.”

“Apa?”

“Aku sebenarnya memang mencarimu,” ujar Kimber pelan.

“Eh, jadi beneran mencariku?” Levin mundur selangkah, dia sempat terkejut. Bukan hanya karena fakta bahwa Kimber mencarinya, tetapi yang dikatakan Dizza betulan nyata dan bukan hanya sekadar menggodanya saja.

Kimber menganggukan kepala. “Betulan.”

“Jadi ada apa?” tanya Levin heran.

“Itu … aku …” Kimber mengambil napas dalam. “Ini untukmu!” kata gadis itu menyerahkan kotak yang sedari tadi dia bawa ke depan muka Levin.

“Untukku?” Lagi-lagi Levin dibuat terkejut atas ulah Kimber yang tidak biasa. Levin langsung meraih kotak tersebut. “Makasih, tapi boleh aku tahu kenapa aku mendapatkannya kali ini?”

“Itu ucapan terima kasih,” sahut Kimber. Warna kemerahan merayapi kedua belah pipinya.

“Untuk?”

“Salad buah dan paper-ku,” jawab Kimber.

Levin terkekeh. “Hanya karena itu?”

“Tolong diterima saja, mungkin tidak seenak buatan Dizza, tapi aku bisa pastikan itu masih bisa dimakan. Aku pergi dulu, sampai jumpa,” kata Kimber cepat dan dia pun bergegas pergi.

“Kimber!” Kimber menghentikan langkahnya dan kemudian dia berbalik untuk melirik pemuda itu.

“Terima kasih ya,” kata Levin disertai dengan sebuah senyuman yang membuat jantung Kimber berdetak dua kali lebih cepat.

Levin tersenyum untuknya. Hanya untuknya, dan bukan karena Dizza. Itu benar-benar hal yang langka.

1
Tara
there is no sich thing friends between man n woman..in the end they Will falling love eventually. or break up n never see each other again😱🤔
Love ..word that can cause happiness or sadness Depend situation. i hate that word n try to avoid happened to me 🫣🤔😱
Rucaramia: omg, sorry to hear that 🥹
that's right, there is no 'friendship' between woman and man.
don't hate to much about love, and i hope u find your love my dear ✨️
total 1 replies
Rubby
Kayaknya ini bakal jadi cerita yang ringan + gemesin deh, tumben kak Ruca pake POV cowo. Semangat terus ya kaaaaaa
Rucaramia: makasih banyak review-nya kak Rubby 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!