Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Rombongan Cortez dan pasukannya terus bergerak menuju pusat kota terdekat di bawah pengawasan pasukan Rebel. Meski ia sudah meminta agar pasukannya dibebaskan, tetapi Rebel dan pasukannya nyatanya tidak mengabulkan permintaan tersebut.
Cortez tampak sangat kesal dengan semua peristiwa yang terjadi padanya hari ini. Ia menunggu beberapa jam untuk melakukan penyerangan, menjadi sasaran musuh saat pertarungan, mendapatkan fakta jika Larson berkhianat, dan sekarang menjadi tahanan dari pasukan Rebel.
"Brengsek!" Cortez tengah berada di dalam mobil yang tengah melaju kencang. Ia dijaga ketat oleh pasukan Rebel dengan tangan diborgol.
Cortez berpura-pura pingsan sekitar lima menit lalu. Pasukan Rebel membuatnya tidak sadarkan diri dengan obat bius. Pikirannya seketika tertarik pada masa lalu di mana ia, Larson, dan Tyson masih bersama dalam ikatan pertemanan.
Sayangnya, semua itu perlahan berubah ketika terjadi perselisihan dan gesekan di antara mereka. Akan tetapi, mereka akan tetap saling menolong jika seseorang dari mereka berada dalam masalah.
Cortez terdiam ketika beberapa pasukan Rebel menampar-nampar pipi dan menjambak rambutnya. Ia tidak memiliki pilihan lain selain diam dan mendengarkan informasi dari pasukan Rebel.
Cortez sudah lelah karena bertempur dan berlari dari incaran musuh sejak tadi. Ia marah dan ingin sekali mengamuk atas semua yang terjadi padanya. Pikirannya mulai menerka-nerka apa yang akan dilakukan Rebel padanya. Kemungkinan terburuknya adalah pria tua itu akan menghabisinya, dan pilihan terbaiknya adalah ia diperintah untuk memburu Larson dan menyerahkannya pada Rebel.
"Sampai saat ini, pasukan kita belum menemukan Larson dan pasukannya. Larson dan dua orang asing itu terjatuh ke tebing dan tidak lama setelahnya banyak pasukan Larson yang menyusulnya. Pasukan kita berhasil dibuat tidak sadarkan diri. Dua orang yang bersama Larson adalah orang yang sangat berbahaya," ujar seorang anggota pasukan Rebel yang duduk di samping kursi kemudi.
"Sisa pasukan Larson yang berhasil kita tangkap tidak mengetahui apapun mengenai pengkhianatan Larson. Hanya saja mereka memang mendengar desas-desus mengenai lima orang asing yang dibawa oleh Larson. Asisten Larson bernama Xylo juga sempat mencurigai kelima orang asing itu." Seorang pria botak mengutak-atik sebuah ponsel. "Larson dan pasukannya juga tidak membalas pesan yang kita kirimkan melalui ponsel salah satu anggota mereka. Mereka tampaknya menyadari jika kita mungkin berada di balik pesan-pesan itu."
"Ke mana kita akan pergi sekarang?" tanya salah satu anggota yang duduk di belakang, "kita sudah berada cukup lama di perjalanan."
"Tuan Rebel berada di Vistoria sekarang. Kita akan membawa si brengsek Cortez padanya dan beberapa sekutunya." Seorang pria yang duduk di samping Cortez menamparnya dengan cukup keras. "Aku sudah lama tidak menyukai berandalan ini. Dia terlalu angkuh dan menyebalkan! Aku sangat bersyukur jika Tuan Rebel menghabisinya."
"Tuan Rebel berada di Vistoria? Apa yang dia lakukan di sini?" gumam Cortez.
"Tuan Rebel tidak mungkin menghabisi berandalan ini begitu saja! Dia mungkin akan memaksa berandalan ini untuk berbicara mengenai Larson dan pria tua bernama Larvin itu. Setelah Tuan Rebel mendapatkan informasi itu, dia mungkin akan menghabisi berandalan ini dan seluruh pasukannya."
Semua anggota pasukan Rebel di dalam mobil sontak tertawa.
"Ya, Tuan Rebel juga mengirim pasukannya untuk menghabisi pasukan berandalan ini di Solvenith. Aku sangat berharap bisa melihat pembantaian secara langsung. Dibandingkan si pengkhianat Larson dan berandalan ini, Tuan Rebel sudah memiliki sekutu yang jauh lebih kuat dan lebih berguna."
Cortez terkejut dan di saat yang sama berusaha untuk tetap pura-pura tidak sadarkan diri. Tubuhnya berguncang ketika satu per satu anggota pasukan Rebel menjambak dan memukulnya. Cortez hanya bisa mengumpat mereka dalam hati.
Rombongan mobil terus bergerak, dan di saat yang sama pasukan Xander sudah bersiap untuk memberi kejutan. Lampu-lampu jalan mendadak mati. Kegelapan nyaris melumat rombongan mobil.
Sebuah ledakan tiba-tba terjadi. Sopir terkejut hingga kehilangan kendali. Mobil melaju ke samping jalan hingga akhirnya menabrak semak-semak. Tak lama setelahnya, terdengar decitan rem, disusul suara tabrakan dari mobil belakang.
Pasukan Xander segera muncul dan bergerak.
"Brengsek! Kita diserang!" teriak salah satu anggota pasukan Rebel. Ia dan rekan-rekannya segera keluar dari mobil.
"Musuh kembali menyerang!" Cortez mengambil kunci yang ditinggalkan salah satu pasukan Rebel, membuka borgol, keluar dari mobil. Ia melihat dua pasukan Rebel bertarung dengan kelompok asing bertopeng. "Brengsek! Semua ini membuatku sangat kesal!"
Cortez mengambil pistol di dekat salah satu pasukan Rebel yang terjatuh. Ia kembali memasuki mobil, mengawasi keadaan luar dengan saksama. "Apa mungkin mereka adalah musuh yang berada di hutan? Jika iya, mereka sepertinya memang ingin menghabisi semua orang yang memasuki tempat mereka."
Cortez menoleh pada mobil yang membawa pasukannya. "Pasukanku tampaknya masih berada di dalam mobil karena mereka dalam kondisi terikat. Mereka seharusnya sudah tahu jika ada pertarungan di tempat ini. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu mereka sekarang, terlebih aku berada di tempat asing."
Cortez memacu mobil sangat cepat, meninggalkan lokasi pertarungan, menerobos orang-orang yang sedang bertarung. "Aku harus melarikan diri secepatnya."
"Brengsek! Cortez melarikan diri! Dia kemungkinan pura-pura tidak sadarkan diri!" Bawahan Rebel segera mengirim pesan darurat pada Rebel.
Pasukan Xander bergerak cepat mengambil alih mobil yang membawa pasukan Cortez. Sementara itu, sebagian besar pasukan Rebel berhasil melarikan diri dan sisanya terbaring tak berdaya di jalanan.
"Cortez berhasil melarikan diri dengan menggunakan sebuah mobil. Aku akan mengirim detail informasinya padamu. Dia kemungkinan melaju ke pusat kota dan berniat untuk bersembunyi," ujar salah satu pasukan Xander.
"Aku mengerti." Seseorang menyahut dari seberang telepon.
"Pasukan Cortez sudah berhasil dilumpuhkan." Salah satu anggota pasukan Xander mendekat, menoleh singkat pada truk besar di mana pasukan Cortez sudah tertidur.
Sebagian besar pasukan Xander pergi ke pusat kota untuk mengejar Cortez dan pasukan Rebel, dan sisanya membawa pergi pasukan Cortez ke suatu tempat.
Sementara itu, Cortez sudah mulai memasuki kawasan kota. Ia mengawasi keadaan jalan dengan saksama. "Orang-orang itu pasti mengejarku. Aku harus segera bersembunyi di tempat yang aman. Aku tidak boleh tertangkap oleh mereka. Sialan! Aku benar-benar berada dalam situasi yang sangat buruk! Aku tidak menduga kejadiannya akan berakhir seperti ini."
Cortez melewati beberapa ruas jalan kota, mengawasi jalanan dan beberapa kali memeriksa layar untuk menemukan lokasi yang cocok. "Aku berada di tempat asing tanpa perbekalan yang cukup. Aku mungkin bisa bertahan dan bersembunyi selama beberapa hari, tapi aku tidak mungkin bisa bersembunyi selamanya. Pasukan Rebel dan pasukan musuh bisa menemukanku jika aku sedikit saja
gegabah."
Cortez mengambil sebuah tas kecil dari kursi belakang. "Orang-orang brengsek itu menyebut jika tas ini berisi beberapa baju dan masker. Aku bisa menggunakan benda-benda ini untuk menyamar. Aku juga bisa menjual beberapa ponsel mereka yang tertinggal di mobil ini."
Cortez memacu mobil menuju kawasan pinggiran kota, melakukan penyamaran, menyewa kamar di sebuah hotel. "Brengsek! Aku tidak bisa tenang meski sudah berada di tempat ini. Perasaan ini mengingatkanku pada saat aku sedang diburu oleh pasukan Alexander."
"Alexander." Cortez duduk di sofa, mengusap wajah berkali-kali, menatap tajam. "Apa benar kau sudah memaksa Larson untuk tunduk padamu dengan menjadikan Tuan Larvin sebagai sandera? Jika benar, kau adalah orang yang sangat licik! Aku mungkin tidak bisa mengalahkanmu, tapi aku sangat berharap jika aku bisa memukul wajahmu atau menendang bokongmu sebelum aku mati."
Cortez berbaring di ranjang, memejamkan mata erat-erat. Tak lama setelahnya, ia tertidur.
Sementara itu, tiga buah mobil menepi di dekat sebuah mobil yang berada di depan hotel.
"Cortez menginap di hotel ini. Dia berada di lantai tiga kamar 002," ujar salah satu pasukan Xander. "Dua rekanku sudah memasuki hotel dan mengawasi Cortez."
"Pasukan Rebel tercerai berai ke berbagai tempat. Rekan-rekan kita akan menemukan mereka dalam waktu cepat."
Malam yang panjang mulai berganti pagi. Di saat matahari belum sepenuhnya muncul, Rebel nyatanya sudah berada di halaman, menatap gerbang yang tertutup rapat. Ia tidak memedulikan dinginnya udara.
"Brengsek! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pasukanku tidak kunjung datang membawa Cortez ke tempat ini?" Rebel menahan kekesalan sedalam mungkin. Hari masih pagi, tetapi ia sudah sangat murka dengan keadaan.
"Mereka sama sekali tidak menghubungiku. Apa mungkin musuh berhasil menangkap dan menghabisi mereka? Jika iya, maka aku benar-benar kalah dari pertarungan ini. Sialan. Aku tidak menerima kekalahan ini."
"Kau sudah membuatku menunggu terlalu lama, Rebel. Pasukanmu tidak kunjung datang ke tempat ini." Hector berdiri di samping Rebel, tersenyum mengejek. "Apa yang sebenarnya kau dan pasukanmu lakukan di hutan Himmerzone?"
"Tutup mulutmu, Hector! Kita sudah sepakat jika kita tidak akan mencampuri urusan masing-masing, kecuali adanya permintaan dari salah satu pihak dengan syarat bayaran yang pantas. Aku memiliki beberapa urusan di hutan Himmerzone, tetapi musuh terus memukul mundur pasukanku hingga menyekap beberapa di antara mereka."
Rebel mengepalkan tangan erat-erat. "Aku mengirim Cortez dan Larson ke hutan itu dengan tujuan agar aku bisa membuktikan pengkhianatan, Larson. Aku berhasil membuktikan pengkhianatannya dengan mengungkap sosok tiruan Larvin. Sialnya, Larson dan orang-orang asing itu justru berhasil selamat dari kejaran pasukanku, dan pasukannya yang berada di Solvenith juga berhasil selamat karena bantuan sebuah kelompok.”
"Siapa yang membantu Larson dan pasukannya? Mungkinkah pasukan saudara kembar Larvin atau justru pasukan Alexander?" terka Hector seraya menatap Rebel lekat-lekat. "Jika dugaanku benar, maka Alexander memiliki hubungan dengan musuhmu yang berada di hutan Himmerzone. Itu berarti aku bisa terlibat di sana."
Rebel menatap dingin Hector. "Semua itu masih dugaan sementara."
Suara alarm tiba-tiba berbunyi nyaris. Beberapa pengawal bergerak cepat ke arah pintu gerbang dan sekeliling pagar.
Seorang pengawal mendekat setelah mendapatkan informasi dari rekannya. "Kami menemukan tiga pria yang mondar-mandir di tempat ini. Mereka terluka dan mengaku sebagai bawahan Tuan Rebel."
"Bawa mereka," perintah Hector.
Lima pengawal bergegas membawa tiga pria yang tampak lemas dan pucat ke hadapan Hector dan Rebel.
"Mereka memang pasukanku. Obati mereka dan bawa mereka ke ruangan. Aku membutuhkan informasi dari mereka secepatnya,' ujar Rebel.
Sementara itu, Cortez bersiap untuk memasuki mobil. Pria itu berniat untuk kabur ke luar kota. Akan tetapi, ketika baru menarik pintu, sepuluh orang pria tiba-tiba mendekat dan langsung mengelilinginya.
"Siapa kalian?" tanya Cortez seraya mengeluarkan pistol dari saku celana.
"Ikuti kami jika kau ingin selamat. Selama kau tidak melawan, kau akan aman bersama kami," ucap salah satu pasukan Xander.
"Brengsek!" Cortez bersiap melesatkan tembakan.
"Kami adalah orang yang sudah menyelamatkanmu dari pasukan Rebel semalam. Kami akan mengantarmu bertemu dengan Larson."
"Apa?" Cortez terkejut.
ini kan pakai bahasa Sunda yg di balik. 😁.. meni lieur atuh thoor 🤭😂
Apakah grup Hugo mengirim orang untuk membantu Franklin, Caesar dll ?
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.