Ye Chen, sang "Kaisar Pedang Langit", pernah berdiri di puncak dunia kultivasi. Pedangnya ditakuti oleh Iblis dan Dewa di Sembilan Langit. Namun, di saat ia mencoba menembus ranah terakhir menuju keabadian, ia dikhianati dan dibunuh oleh saudara angkat serta kekasihnya sendiri demi merebut Kitab Pedang Samsara.
Namun, takdir belum berakhir baginya.
Ye Chen tersentak bangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu. Ia kembali ke tubuhnya saat masih berusia 16 tahun—masa di mana ia dikenal sebagai murid sampah yang tidak berguna di Sekte Pedang Patah.
Sekte Pedang Patah hanyalah sekte kelas tiga yang sedang di ambang kehancuran. Pusaka mereka hilang, teknik mereka tidak lengkap, dan murid-muridnya sering menjadi bulan-bulanan sekte lain.
Tapi kali ini, ada yang berbeda. Di dalam tubuh pemuda 16 tahun itu, bersemayam jiwa seorang Kaisar yang telah hidup ribuan tahun.
Dengan ingatan tentang teknik kultivasi tingkat Dewa yang hilang, lokasi harta karun yang belum ditemukan...........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rikistory33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia reinkarnasi
Tujuh Hari Kemudian.
......................
Istana Kekaisaran, Paviliun Anggrek.
Cahaya matahari pagi menembus jendela sutra, menyinari wajah Ye Chen yang masih terbaring di ranjang empuk.
Kelopak matanya bergerak sedikit. Perlahan, dia membukanya.
Hal pertama yang dia rasakan adalah rasa sakit. Sekujur tubuhnya terasa kaku, meridiannya perih seolah habis dialiri air garam. Luka tusuk di bahu kanannya sudah diperban rapi, tapi rasa sakit dari serangan Pangeran masih tersisa.
"Kamu sudah sadar?"
Suara lembut dan cemas terdengar.
Ye Chen menoleh. Putri Feng Wu duduk di samping ranjangnya, matanya merah dan ada lingkaran hitam di bawahnya. Jelas dia tidak tidur nyenyak selama beberapa hari.
Ye Chen mencoba duduk. "Berapa lama aku tidur?"
"Tujuh hari," jawab Feng Wu sambil membantunya bersandar. "Tabib Kerajaan bilang kamu beruntung masih hidup. Menggunakam teknik terlarang dan menerima serangan fatal di bahu... tubuhmu hampir hancur."
Ye Chen mengabaikan rasa sakitnya. Ingatannya langsung kembali ke malam itu.
"Su Xiao... di mana dia?"
Wajah Feng Wu berubah murung. Dia menunjuk ke sudut ruangan.
Di sana, terdapat sebuah balok es kristal transparan berbentuk peti mati. Di dalamnya, Su Xiao berbaring dengan mata tertutup. Dia tampak seperti putri tidur yang cantik, namun kulitnya pucat kebiruan.
Ye Chen memaksakan diri turun dari ranjang, berjalan tertatih-tatih mendekati peti es itu. Dia menempelkan tangannya ke permukaan es yang dingin.
"Dia masih hidup," jelas Feng Wu.
"Tapi jiwanya rusak parah akibat ritual yang terputus paksa. Ditambah lagi, 'Kutukan Sembilan Yin' di tubuhnya mengamuk. Kami terpaksa membekukannya dengan Es Abadi Seribu Tahun dari gudang harta kerajaan untuk menghentikan penyebaran racun itu ke jantungnya."
"Berapa lama dia bisa bertahan?" tanya Ye Chen tanpa menoleh.
"Satu tahun," jawab Feng Wu pelan.
"Jika dalam satu tahun dia tidak dibangunkan dan disembuhkan, jiwanya akan membeku selamanya dan dia mati."
Tangan Ye Chen mengepal hingga buku jarinya memutih.
Satu tahun. Waktu yang sangat singkat bagi kultivator.
"Apa obatnya?"
"Tabib Kerajaan tidak tahu," Feng Wu menggeleng. "Kasus ini di luar kemampuan mereka. Tapi... Ayahanda Kaisar sudah memberimu izin masuk ke Perpustakaan Terlarang. Mungkin di sana ada jawabannya."
Ye Chen mengangguk. Dia tidak membuang waktu untuk istirahat lagi.
"Antar aku ke sana. Sekarang."
Perpustakaan Terlarang Kerajaan.
Terletak jauh di bawah tanah istana utama, dijaga oleh formasi sihir tingkat tinggi dan dua Tetua Guardian yang bisu.
Pintu batu berat terbuka dengan suara gemuruh. Bau kertas tua dan debu menyambut mereka.
Di dalamnya, terdapat ribuan rak buku yang berisi gulungan bambu, lempengan batu, dan buku kulit binatang dari era yang telah lama terlupakan. Ini adalah akumulasi pengetahuan Kekaisaran selama seribu tahun.
"Kau punya waktu tiga hari di sini," kata penjaga pintu.
Ye Chen masuk sendirian. Dia langsung mengaktifkan Mata Spiritual-nya, memindai ribuan buku itu dengan kecepatan tinggi.
Sejarah Kekaisaran... Tidak perlu.
Teknik Pedang Dasar... Sampah.
Biografi Kaisar Pertama... Lewati.
Dia mencari kata kunci: "Jiwa Rusak", "Tubuh Yin Murni", dan "Penyembuhan Spiritual".
Enam jam berlalu. Ye Chen sudah membaca ratusan buku, tapi nihil.
Dia bergerak ke bagian terdalam perpustakaan, bagian "Era Kuno". Buku-buku di sini sudah lapuk dan bahasanya menggunakan aksara kuno yang sulit dibaca orang biasa.
Tapi bagi Ye Chen yang bereinkarnasi, ini bahasa kesehariannya.
Dia menarik sebuah gulungan kulit naga yang hitam legam.
Judulnya: "Catatan Benua Tengah: Flora dan Fauna Rohani".
Mata Ye Chen melebar saat membaca halaman 42.
"Teratai Emas Sembilan Putaran (Nine-Cycle Golden Lotus). Tumbuh di tempat di mana Naga Sejati pernah jatuh. Memiliki khasiat menghidupkan kembali orang mati dan menyatukan kembali jiwa yang pecah. Satu-satunya obat untuk sindrom Yin yang mengamuk."
"Ini dia!" gumam Ye Chen.
Dia membaca lokasi habitatnya.
"Ditemukan di Lembah Naga Jatuh, perbatasan antara Wilayah Selatan (tempat Ye Chen sekarang) dan Benua Tengah."
Ye Chen menutup buku itu. Lokasinya jauh. Sangat jauh. Dia harus menyeberangi Lautan Pasir Kematian untuk sampai ke sana. Itu adalah perjalanan bunuh diri bagi kultivator di bawah Ranah Inti Emas.
Tapi dia tidak punya pilihan.
Saat Ye Chen hendak meletakkan buku itu, sebuah buku lain di rak paling bawah menarik perhatiannya.
Buku itu tidak memiliki judul, sampulnya berwarna abu-abu polos. Namun, Ye Chen merasakan getaran aneh dari Pedang Iblis Langit di dalam Dantian-nya.
Ye Chen mengambil buku itu dan membukanya.
Halaman pertama hanya berisi sebuah gambar sketsa tangan.
Gambar seorang pria berdiri di puncak gunung, memegang pedang hitam yang membelah langit. Di bawah kakinya, mayat para dewa bertumpuk.
Wajah pria itu tidak jelas. Tapi pedangnya... itu jelas Pedang Iblis Langit.
Dan tulisan di bawahnya membuat jantung Ye Chen berhenti berdetak sesaat.
"Tahun 3000 Era Dewa. Kaisar Pedang Ye Chen menantang Takdir. Gagal. Jiwanya terpecah menjadi seribu bintang."
"Ramalannya Saat Pedang Hitam bersatu kembali, Sang Kaisar akan kembali untuk menyelesaikan apa yang dia mulai."
Ye Chen mundur selangkah, napasnya tercekat.
Ini buku sejarah tentang dirinya di kehidupan masa lalu!
Tapi ada yang aneh.
"Gagal?" Ye Chen mengerutkan kening. "Di ingatanku, aku mati karena dikeroyok oleh Lima Dewa Agung setelah aku berhasil membunuh Dewa Takdir.
Kenapa buku ini bilang aku gagal?"
"Dan... 'Jiwanya terpecah menjadi seribu bintang'?"
Ye Chen tiba-tiba menyadari kemungkinan yang mengerikan.
Apakah dia satu-satunya reinkarnasi? Atau... apakah ada "Ye Chen" lain di luar sana? Pecahan jiwa lain yang juga bereinkarnasi?
Jika benar, maka ini bukan sekadar cerita balas dendam. Ini adalah Battle Royale antar-reinkarnasi untuk menjadi "Ye Chen yang Utuh".
"Menarik," bisik Ye Chen, menutup buku itu dan menyimpannya ke dalam jubahnya (mencurinya).
"Sangat menarik. Sejarah telah diputarbalikkan."
Tiga Hari Kemudian, Gerbang Kota Ibukota.
Ye Chen sudah siap berangkat. Dia mengenakan jubah perjalanan baru yang kuat, diberikan oleh Feng Wu. Pedang Iblis Langit tergantung di punggungnya, dibungkus kain agar tidak menarik perhatian.
Kuda Angin terbaik sudah disiapkan.
Putri Feng Wu mengantarnya sampai gerbang.
Matanya sedih.
"Kamu benar-benar tidak mau aku mengirim pasukan pengawal?" tanya Feng Wu.
"Mereka hanya akan memperlambatku," jawab Ye Chen.
"Perjalanan ke Benua Tengah melewati Lautan Pasir Kematian. Banyak pasukan justru menarik perhatian monster pasir."
Ye Chen naik ke atas kudanya.
"Jaga Su Xiao. Pastikan esnya tidak mencair satu detik pun."
"Aku berjanji dengan nyawaku," sumpah Feng Wu.
Dia menyerahkan sebuah lencana giok ungu. "Ini adalah token komunikasi jarak jauh.
Jika terjadi sesuatu pada Su Xiao, aku akan menghancurkan tokennya, dan token ini akan retak. Jika itu terjadi... kembalilah secepat mungkin."
Ye Chen menerima token itu dan mengalungkannya di leher.
"Terima kasih, Feng Wu. Kau teman yang baik."
Wajah Feng Wu memerah sedikit mendengar kata "teman". Dia ingin lebih dari itu, tapi dia tahu hati Ye Chen saat ini penuh dengan misi penyelamatan.
"Pergilah. Dan kembalilah dengan hidup."
Ye Chen memacu kudanya.
"HIYA!"
Kuda Angin melesat keluar gerbang, menuju cakrawala timur yang luas dan berbahaya.
Ye Chen meninggalkan kenyamanan status "Marquis" dan "Pahlawan".
Dia kembali menjadi seorang pengelana. Tujuan barunya yautu Benua Tengah, panggung di mana para monster sesungguhnya (Sekte Bintang 5, Ras Kuno, dan mungkin Reinkarnator lain) bermain.
Namun, Ye Chen tidak tahu bahwa di belakangnya, bayangan gelap sedang bergerak.
Di sebuah menara tinggi di kejauhan, seorang pria berjubah merah darah sedang mengamati kepergian Ye Chen melalui bola kristal.
Dia adalah Utusan Sekte Iblis Darah Pusat.
"Target bergerak menuju Lautan Pasir," lapor utusan itu pada transmisi suara.
Suara berat dan kuno menjawab dari seberang
"Bagus. Biarkan dia masuk ke pasir.
Di sana, 'Grup Pembunuh Bayangan' kita akan lebih mudah bergerak. Bawa kepalanya padaku, atau kepalamu yang akan kutaruh di meja."
"Dimengerti, Leluhur."
Gurun Pasir Kematian.
Angin panas bertiup membawa butiran pasir yang tajam. Ye Chen memacu kudanya melintasi bukit pasir.
Tiba-tiba, Pedang Iblis Langit di punggungnya bergetar pelan.
Ye Chen tersenyum tipis.
"Kalian sudah tidak sabar, ya?"
Tanpa menoleh, Ye Chen mencabut pedangnya dan menebas ke arah gundukan pasir kosong di sebelah kirinya.
SLAASH!
Darah segar menyembur dari dalam pasir. Sesosok tubuh berpakaian warna gurun terlempar keluar, terbelah menjadi dua.
"Penyergapan," gumam Ye Chen santai. "Sekte Iblis Darah benar-benar gigih."
Puluhan sosok bermunculan dari balik bukit pasir.
Ye Chen turun dari kudanya, menepuk pantat kuda itu agar lari menjauh.
Dia berdiri sendirian di tengah gurun, Dan dikepung oleh musuh.