Ratih yang tidak terima karena anaknya meningal atas kekerasan kembali menuntut balas pada mereka.
Ia menuntut keadilan pada hukum namun tidak di dengar alhasil ia Kembali menganut ilmu hitam, saat para warga kembali mengolok-olok dirinya. Ditambah kematian Rarasati anaknya.
"Hutang nyawa harus dibayar nyawa.." Teriak Ratih dalam kemarahan itu...
Kisah lanjutan Santet Pitung Dino...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Kenyataan pahit
"Mba, tubuh Anjani dingin, saya rasa karena dara yang mengalir di telapak tangan begitu deras." Ujar Tuan Zacky.
Meskipun Ratih kebal bacok dan juga tidak bisa terkena benda tajam, namun tanganya saat terkena paku bumi langsung berdarah, itu karena paku bumi di ambil untuk melukai iblis, sedangkan iblis sudah mendarah daging di tubuh Ratih.
"Mas jangan kemana-mana, tolong tetap disini, saya akan mencarikan ramuan untuk menahan darah agar tidak terus keluar," kata Bude Sukma, ia nampak terburu-buru, langsung keluar dari rumahnya mencari tanaman obat.
Tanaman Bandotan. Pohon Bandotan dalam bahasa Latin adalah Ageratum conyzoides.
Bude Sukma mengambil beberapa helai daun itu, ia tumbuk di campur dengan kapur sirih, agar bisa meredakan luka yang berdarah.
Sementara di dalam, Tuan Zacky masih berusaha menutup telapak tangan Ratih dengan tanganya.
Bude Sukma kembali ke rumah dengan beberapa helai daun Bandotan yang telah ditumbuk dan dicampur dengan kapur sirih. Ia langsung menuju ke tempat Ratih yang masih berbaring di amben.
"Mas, saya sudah mendapatkan ramuannya," kata Bude Sukma, suaranya lega.
Tuan Zacky yang masih menahan darah Ratih, merasa lega ketika melihat ramuan yang dibawa Bude Sukma. "Cepat, oleskan ke lukanya," katanya, suaranya terburu-buru.
Bude Sukma mengoleskan ramuan ke telapak tangan Ratih, dan perlahan-lahan darah yang mengalir mulai berhenti. Ratih masih tidak sadar, tapi napasnya mulai teratur.
"Mba, saya rasa dia akan baik-baik saja," kata Bude Sukma, suaranya tenang. "Tuan Zacky, tolong bantu saya membawanya ke dalam kamar, agar Ratih bisa lebih nyama."
Tuan Zacky mengangguk, dan bersama-sama mereka membawa Ratih ke dalam kamar. Mereka meletakkannya di atas tempat tidur, dan Bude Sukma terus memantau kondisinya.
"Saya akan membuatkan dia ramuan obat," kata Bude Sukma, suaranya lembut. "Masnya bisa, tolong tunggu sebentar. lagi, karena kalau saya tingal kedapur saya takut Ratih kenapa-napa, saat ditingal sendiri."
Tuan Zacky mengangguk, dan Bude Sukma pergi ke dapur untuk membuatkan obat untuk Ratih.
Bude Sukma merebus sirih, kunyit, jahe, dan asam jawa, ia membuatkan wedang untuk Ratih, tidak berselang lama Bude Sukma kembali kekamar dengan membawa ramuan di tangannya.
"Maaf Mas. Terimakasih saya sudah merepotkan." Bude Sukma menunduk sopan.
Tuan Zacky langsung beranjak dari duduknya, ia terseyum simpul dan berniat akan pergi dari rumah itu. "Tidak apa-apa Mba, sama-sama." Kata Tuan Zacky.
"Tapi maaf sebelumnya saya mau bertanya?" kata Bude Sukma sedikit canggung. Menatap kearah Tuan Zacky.
Tuan Zacky terseyum simpul. "Ada-apa? katakan saja, jangan ragu Mba." Kata Tuan Zacky lembut.
"Kalau boleh tahu Sampean Suaminya Jeng Sinta ya? Sinta keponakannya Almarhum Pak lurah?" Bude Sukma tersenyum kecut.
"Eh-iya Mba." Tuan Zacky mengusap tengkuknya Gusar, mungkin saja semua warga yang melihatnya sudah pada menduga kalau ia adalah suaminya Sinta.
"Oh-berati benar yah..." Lirih Bude Sukma.
"Kenapa Mba?" Tuan Zacky menangkap sedikit suara itu.
Bude Sukma mengeleng, suarnya tergagap. Ia sedikit heran karena wajah Tuan Zacky begitu lemah lembut, namun Sinta yang keturunan ningrat begitu angkuh dan ketus.
"Eh-ngak papa Mas, saya ngak nyangka aja, kalau Wajah sekalem dan berwibawa Masnya malah dapat jodoh seperti Jeng Sinta dia bukan hanya jahat tapi juga...." Kalimat Bude Sukma tergantung.
Tuan Zacky tertegun, ia begitu tertarik dan sangat penasaran dengan obrolan itu. "Jahat bagimana maksudnya Mba?" Tuan Zacky berjalan keluar, Bude Sukma membuntuti di sampainya sambil asik berbincang.
Bude Sukma sesekali juga langsung melihat Ratih yang masih terpejam di atas kasur, rasa-rasanya ia ingin sekali membongkar kejahatan Sinta pada Tuan Zacky.
"Saya mau bicarakan sesuatu Tapi Masnya mohon jangan emosi." Lirih Bude Sukma, ia mewanti Tuan Zacky
"Yakinlah Mba..." Tuan Zacky mengagukan kepala.
"Kadang aku merasa kasihan dengan Ratih Mas, Tiga bulan yang lalu ibunya, Bu Mirah meningal dunia." Kata Bude Sukma, menceritakan itu penuh dengan penghayatan.
Tuan Zacky juga kaget ia tidak menyangka ternyata Bu Mirah sudah meningal "Pantas saja, sejak aku menginjakan kaki di desa ini, aku tidak melihat beliau." Gumam Tuan Zacky
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya Mba? karena sejak pertama aku melihat Ratih wajahnya nampak sukar." Kata Tuan Zacky.
Bude Sukma mengerutkan keningnya. "Mas... Mas, jadi sudah mengenal Ratih?"
Tuan Zacky tersenyum simpul. "Lupakan saja soal itu Mba, kita lanjutkan cerita ini, lalu apa yang selanjutnya terjadi?" Tuan Zacky begitu antusias mendengar cerita Bude Sukma, sambil sesekali melirik Ratih yang masih tidak sadar diatas ranjang.
Bude Sukma menunduk, ia menarik nafas dalam dan berat, entah kenapa sejurus kemudian ia ikut menangis, seolah yang akan ia ceritakan adalah beban yang begitu berat.
"Dua bulan yang lalu Ratih mengalami musibah berat Mas." Bude Sukma mengusap pelupuk matanya. Sebelum melanjutkan cerita.
"Sati anaknya Ratih di lecehkan, bahkan secara keji ia mendapatkan perlakuan itu, mereka adalah manusia yang berhati iblis." Nafas Bude Sukma mulai tak beraturan.
Tuan Zacky masih terus mendengarkan cerita itu. Ia menelan Salivanya dalam-dalam.
"Hinga pada akhirnya musibah itu datang lagi, Sati dinyatakan hamil. Pada saat itu aku dan Ratih saling menguatkan satu sama lain, kami terus membimbing Sati agar ia tidak depresi akan insiden kelam itu. Sati lambat laut mulai menyadari dan menerima kehadiran anak yang ada didalam kandungannya, dan Ratih juga bekerja keras untuk membiayai Sati dan cucunya kelak, tapi sayang seribu sayang Mas..." Tangisan Bude Sukma terdengar pecah, bahunya naik turun terisak.
"Saat Ratih sedang bekerja, Sati tewas meminum racun tikus." Bude Sukma sesenggukan.
Tuan Zacky mematung kaget. "Sati bunuh diri Mba?" Tuan Zacky menatap kearah Bude Sukma.
Bude Sukma masih terisak, "Awalnya kami pikir begitu, tapi saat malam itu, Ratih sendiri menemukan kebenarannya kalau Sati mati bukan karena bunuh diri, melainkan di bunuh oleh orang yang sama, yang mana mereka juga yang melecehkan Sati saat itu."
"Apakah Mba Tahu siapa pelakunya?" tatap Tuan Zacky penuh intimidasi.
"Tuan mau tahu siapa pelakunya?" Bude Sukma, mendongak menatap kearah Tuan Zacky dengan mata yang sendu.
Tuan Zacky mengguk ia tidak sabar menunggu jawaban itu.
"Pelakunya tidak lain adalah istri Mas sendiri, Jeng Sinta, ialah yang meminta anak buahnya untuk membunuh Satiku yang malang, entah apa motifnya hinga ia melakukan hal sejahat itu pada Sati yang tak berdosa... Hiks... Hiks..." Tangisan Bude Sukma kembali pecah.
Mendengar itu darah Tuan Zacky langsung naik keatas kepala, ia begitu tidak menyangka dengan apa yang sudah di katakan Bude Sukma.
pelan pelan aja berbasa-basi dulu, atau siksa dulu ank buah nya itu, klo mati cpt trlalu enk buat mereka, karena mereka sangat keji sm ankmu loh. 😥