NovelToon NovelToon
Dipaksa Menikahi Tuan Duda

Dipaksa Menikahi Tuan Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Lari Saat Hamil / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

🌶Boleh Skip Part Boncabe🌶

Niat hati bekerja menjadi guru bimbel untuk menambah pendapatannya, justru Rini berada di situasi rumit yang membuatnya terjebak pada duda dingin yang juga dosen di kampusnya.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"ingat, pernikahan ini hanya demi Adam. jangan harap ada cinta atau pun hubungan suami istri yang sebenarnya." Kalimat menusuk dari suami yang baru dinikahinya seketika membuatnya kecewa.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Meski tak dianggap bahkan kehadirannya seolah antara ada dan tiada dimata suaminya. Rini terus menjalankan tugasnya sebagai istri, kecuali hubungan ranjang.

Namun di suatu malam,

"Mas... tolong hentikan. Kamu sadar aku siapa?"
Pria itu terus menjamah seluruh tubuh Rini, bahkan semua pakain Rini telah disobek dan dibuang entah kemana.
"Aku tahu kamu istriku sekarang. Lakukan saja kewajibanmu untuk melayaniku" tak ada suara dengan kelembutan.
"Mash..." Rini merasakan sakit saat bagian intinya ditrobos.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Rini yang Cemburu

Empat bulan berlalu sejak kepingan demi kepingan kepercayaan itu dirangkai kembali. Hubungan Rini dan Dean tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Kini, keduanya melangkah beriringan, saling menopang, dan menertawakan hal-hal kecil yang dulu mungkin dianggap rumit. Mereka tumbuh, bukan hanya sebagai suami istri, tapi juga sebagai sahabat dalam segala suka dan duka.

Pagi itu, di gedung auditorium utama kampus yang tampak megah. Hiasan-hiasan warna pastel dan rangkaian bunga menghiasi sepanjang pintu masuk, memberi nuansa ceria sekaligus sakral. Musik instrumental lembut mengalun dari pengeras suara, menciptakan atmosfer penuh haru. Di dalam, para wisudawan duduk rapi dalam balutan toga hitam dan selempang kebanggaan masing-masing jurusan.

Rini duduk di barisan tengah, diapit oleh dua sahabat seangkatannya. Sesekali, ia melirik ke deretan kursi undangan. Di sana, Dean duduk berdampingan dengan Adam yang terlihat antusias mengenakan kemeja kecilnya. Mama Bella tampak sibuk mengusap sudut mata dengan tisu, sementara Agus, sepupu Rini, tersenyum lebar dan sempat melambai kecil saat pandangan mereka bertemu.

Setelah beberapa waktu menanti, namanya pun dipanggil.

“Arini Cahya Rahadi, S.I.Kom.”

Wajah bahagia dan lega nampak dari senyum manis Rini. Ia berdiri. Langkahnya mantap, meski ada desir hangat menyusup di dada. Ia menaiki panggung dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Tangannya menerima map ijazah dari rektor, lalu ia sedikit membungkuk memberi hormat.

Saat itulah, matanya menangkap sosok Dean yang berdiri diantara dereta dosen kampus. Pria itu melemparkan senyum yang penuh kebanggaan. Di tempa lain, Adam berdiri di kursinya sambil berseru keras,

“Itu Mama aku!”

Tawa kecil terdengar di antara para penonton. Meski tak bisa mendengar suara Adam, namun Rini dapat melihat sang putra yang melambai padanya. Rini menahan haru. Bahagia. Bangga. Semua rasa itu campur jadi satu.

Begitu menuruni tangga panggung, Dean sudah berdiri menunggunya. Tanpa berkata apa-apa, pria itu langsung memeluknya erat. Pelukan hangat, pelukan penuh makna. Sesaat kemudian, bibirnya menyentuh kening Rini dalam kecupan lembut.

“Selamat, Sayang. Sekarang aku resmi punya istri sarjana,” bisiknya sambil menyeka pipi Rini yang lembap atau mungkin pipinya sendiri juga sudah basah.

Rini terkekeh pelan. “Mas, kok kesini sih. Malu dilihat anak-anak dan dosen lain.”

Dean menatapnya tanpa rasa bersalah. “Biar tidak ada yang berani melirik kamu. Pokoknya semua harus sadar kalau kamu milikku.”

Rini tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa suaminya jadi sangat posesif. Ia juga sadar tatapan banyak orang kepadanya. Bahkan tatapan kesal wanita-wanita yang menyukai suaminya juga bisa dia rasakan. Namun saat ini dia tak ingin peduli dan merusak acara ini.

Setelah momen sakral selesai, halaman depan auditorium sudah dipenuhi rombongan keluarga, sahabat, serta para wisudawan yang sibuk mengabadikan momen. Rini baru saja berfoto bersama Mama Bella, Agus, dan Adam yang berdiri manis di depan backdrop kampus. Sementara Dean melangkahkan kakinya ke arah sang Istri setelah berbincang dengan beberapa kolega.

“Sekarang foto bertiga dong, Kak Rini bareng suami dan Adam!” seru Agus sambil menyiapkan kameranya.

Rini tersenyum. “Mas Dean, sini, foto bareng!”

Namun suara itu tak sampai ke telinga Dean. Pria itu tiba-tiba saja dikelilingi mahasiswi-mahasiswi berseragam toga dari fakultas ekonomi. Tawa mereka riang, suaranya nyaring, dan sebagian besar, terlihat terlalu akrab.

“Pak Yoga, foto bareng dong!”

“Selfie, Pak. Please ya! Buat kenang-kenangan.”

“Pak Yoga makin keren pas wisuda. Sayang udah laku duluan”

Rini melemparkan tatapan maut ke arah Dean. Meski agak jauh, Dean sadar akan tatapan tidak suka dari istrinya, ia memilih untuk segera menjauh dari mahasiswi-mahasiswinya itu.

Dari arah berlawanan, Amel muncul dengan dua gelas minuman dingin di tangan. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita yang menghentikan langkah Dean. Matanya otomatis menyipit.

“Astaga. Itu Alisa, ya?”

Rini menoleh cepat ke arah yang dituju Amel. “Alisa siapa?”

“Alisa manajemen. Yang godain suami kamu waktu bimbingan skripsi. Plus yang ambil mantan jelekku.”

Dan benar saja. Disamping suaminya, Rini melihat seorang mahasiswi dengan dandanan mencolok, bahkan untuk ukuran wisuda. Ia berdiri percaya diri di dekat Dean. Di sampingnya berdiri seorang pria berjas formal, Rektor kampus.

Dean menyambut Rektor itu dengan anggukan sopan. Keduanya mulai berbincang, suara mereka tak terdengar dari kejauhan, tapi bahasa tubuhnya cukup jelas.

Awalnya Dean tampak serius. Ia mengangguk beberapa kali, lalu mendengarkan dengan saksama ketika sang Rektor menjelaskan sesuatu. Tapi kemudian raut wajahnya berubah. Ada ketegangan halus di rahangnya. Entah karena topik pembicaraan, atau karena seseorang di samping dekan terlalu sering memandangi wajahnya tanpa malu-malu.

Alisa berdiri terlalu dekat. Tubuhnya miring sedikit ke arah Dean, matanya tak lepas dari pria itu.

Dean tahu. Tapi tak menoleh. Hanya sesekali menggeser kaki, menandai batas sopan.

Rini memeluk map ijazahnya erat-erat.

“Mama kenapa?” tanya Adam polos.

“Tidak apa-apa, Sayang…” jawab Rini, pelan dan terlalu cepat.

Amel ikut menyipit. “Kalau aku enggak lagi pakai hak tujuh senti, itu anak udah aku tarik dari situ.”

Rini tak menjawab. Pandangannya tertambat pada Dean, yang mulai tampak tak nyaman. Bahunya sedikit tegang. Senyumnya tak muncul lagi.

“Mama terus lihat Papa. Apa Papa buat Mama marah lagi?” gumam Adam, ikut melipat tangan kecilnya di dada.

Agus yang semula bersama Mama Bella, kembali menghampiri Rini. “Eh, ayo dong, Kak. Belum foto bertiga. Nanti backdropnya keburu dipakai rombongan lain.”

Tapi Rini hanya menatap ke depan. Ada satu momen kecil, Alisa menoleh dan menatap langsung ke arahnya. Senyum tipis muncul di bibir mahasiswi itu.

Dan saat Dean berpamitan pada Pak Rektor, ia sempat melirik ke arah Alisa sejenak. Singkat. Tapi cukup lama untuk membuat dada Rini kembali sesak.

“Aku tidak suka cara dia lihat Mas Dean. Dan aku juga tidak suka… Mas Dean tidak menjauh,” bisik Rini pelan pada Amel.

Dean berbalik, hendak menyusul keluarga kecilnya, namun langkahnya terhenti. Ia menoleh ke belakang. Matanya bertemu dengan Alisa sebentar dan entah mengapa, kejadian singkat itu membuat dunia di sekitar Rini jadi terasa lebih dingin.

Amel langsung menarik tangan sahabatnya. “Sebentar lagi Kak Brian dan Papa juga kesini, ikut foto keluargaku saja ya... Aku ingin mengabadikan foto dengan perut lucu kamu.” Amel ingin mengembalikan suasana hati Rini.

Rini menoleh sekali lagi, matanya bertemu mata Dean. Tapi tak ada senyum.

Adam menggenggam tangan ibunya erat. “Mama jangan sedih, ya. Nanti kalau Papa nakal, Adam yang hukum.”

Rini memaksakan senyum. Tapi dalam hatinya, satu pertanyaan menggantung:

Mengapa Mas Dean tidak menghindar? Awas saja kalau macam-macam. Aku gak mau lagi dekat-dekat.

1
Yoon niimaa
Luar biasa
partini
good
Reni Anjarwani
lanjut thor
partini
partner kerja ,,?
bukan partner ranjang ?
ok ok kalau ketemu face to face ga sengaja kamu berani to the point langsung ngmng ke dia jangan lagi lagi berbuat seperti itu
good job ra
Reni Anjarwani
lanjut thor
Rita Murwanti
kasian bgt si Rini Dean kesambet apaan sich thor
Rita Murwanti
Dien kenapa thor kesambet ya
partini
Rin jangan diem Bae atuh,,langsung tanya ma suami biar clear
jangan Kya rea di Pendem sendiri nangis sendiri Weh ,jangan myek2 jadi wanita be strong
Rita Murwanti
lanjut thor semangat ya
Reni Anjarwani
lanjut
Rita Murwanti
bab awal okey
Keisha Alindya
berat mana sama rindu yg siap di tanggung Dilan Mel? /Facepalm/
Mimi Rifani
lanjut
Keisha Alindya
bagus thor
lanjut /Good/
Keisha Alindya
mampir thor
kelihatannya bagus
Ly_Nand: terimakasih😊👍
Boleh kasih masuka juga kok!
Biar othornya bisa evaluasi untuk karya selanjutnya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!