Cinta Untuk Lana

Cinta Untuk Lana

CHAPTER 1 Senyum Tulus Alana

"Hai, Kamu Sakha kan? Aku Alana, panggil saja Lana." Suara itu meluncur lembut, seperti alunan melodi yang tiba-tiba memecah keheningan. 

Seorang gadis berdiri di hadapan Sakha, sosoknya bagai lukisan yang hidup, membuat pemuda itu terpaku sejenak. Matanya yang sejak tadi menatap layar ponsel, mendadak tertarik mendongak.

Gadis itu mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman, sebuah ajakan yang menggantung di udara. Namun, Sakha tidak bergeming sedikitpun, membeku dalam kebingungan. Ia hanya menatap gadis itu tanpa menjawab, seolah waktu berhenti berputar. 

Mereka bertatapan selama beberapa saat, hingga akhirnya, Lana menurunkan tangannya, menyerah pada kebisuan Sakha. Senyumnya perlahan memudar, digantikan raut kekecewaan yang samar.

Sakha merutuk dalam hatinya, menyesali kebodohannya. Kenapa ia tidak menyambut uluran tangan itu? Tidak ada salahnya bersalaman dengan teman sekelas, bukan? 

Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang menahannya, sebuah tembok tak terlihat yang memisahkan dirinya dari dunia luar. Tapi hatinya juga sedikit menyalahkan gadis itu, yang dirasa terlalu cepat menyerah padanya. Seharusnya ia lebih bersabar, menunggunya hingga ia mau membuka diri.

Lana, atau Alana Putri, adalah salah satu teman sekelas Sakha. Sejak kemunculannya sebagai murid baru, gadis itu entah kenapa berhasil mencuri perhatiannya, seperti magnet yang menarik pandangannya. 

Bagaimana tidak? 

Sejak awal pelajaran dimulai, guru di kelasnya sering sekali memanggil dan menyebut nama gadis itu. Pastilah ia salah satu bintang di sekolah mereka, seorang gadis pintar atau berprestasi.

Lana mengibas-ngibaskan telapak tangannya, menyadari Sakha yang sepertinya tenggelam dalam lamunannya. Sakha mengerjap, tersadar dari kebekuannya, langsung mengubah duduknya menjadi lebih tegap. 

Ia berdehem, berusaha menutupi kegugupannya. 

"Kenapa?" tanyanya dingin, suara yang lebih tajam dari yang ia maksudkan.

"Hmm..Pak Guru ingin aku antar kamu keliling untuk memperkenalkan sekolah kita, juga ke perpustakaan untuk pinjam beberapa buku yang mungkin kamu butuhkan." Suara Lana kembali lembut, namun ada sedikit keraguan di dalamnya.

Sakha bersandar di kursinya, enggan beranjak dari zona nyamannya. Sebetulnya ia malas keluar kelas, ia tidak suka suasana bising di luar kelas, apalagi saat jam istirahat. 

"Bagaimana?" Lana menunggu jawaban pemuda itu, matanya menatap Sakha dengan penuh harap.

"Oke." Jawaban singkat Sakha meluncur, sebuah persetujuan yang terdengar enggan. 

Lana langsung tersenyum, senyum yang tiba-tiba menerangi wajahnya, bagai matahari yang muncul setelah badai.

Sakha seolah terhipnotis oleh senyum itu. 

Senyumnya tampak tulus, hangat, dan mempesona. Sakha yakin semua yang melihat senyumnya akan merasakan kenyamanan yang sulit dijelaskan, sebuah perasaan yang menenangkan jiwa. 

Sakha berusaha menahan dirinya, agar tidak terjebak oleh pesona senyum itu. Ia yakin senyum gadis itu tidaklah sepenuhnya tulus seperti yang ia kira. Seseorang yang bisa tersenyum dengan mudahnya, tertawa tanpa ragu sedikitpun, biasanya menyembunyikan luka dalam atau memakai topeng untuk menyembunyikan aibnya. Gadis itu, Lana, pasti salah satunya. Sakha mendengus, meragukan ketulusan di balik senyum itu.

Ia mengikuti langkah Lana, yang berjalan di depannya sambil menjelaskan berbagai ruangan atau area yang mereka lewati. Setiap mereka berjalan, beberapa orang tampak menyapa gadis itu dengan ramah, senyum dan sapaan yang akrab. 

Sakha dapat melihat, Lana adalah gadis yang cukup populer, dikelilingi aura persahabatan. Ia memang cukup cantik, namun penampilannya sederhana, tidak seperti gadis populer lain yang memakai riasan tebal atau aksesoris heboh. Lalu apa yang membuat gadis itu dikenal dan disukai banyak orang? Sakha semakin dibuat penasaran, ingin menguak misteri di balik senyum dan keramahan Lana.

Lana lalu mengajaknya memasuki perpustakaan, sebuah tempat yang tenang dan penuh dengan aroma buku. Di sana, ia menunjukkan buku-buku yang Sakha butuhkan, membantu pemuda itu melakukan peminjaman. Saat menunggu proses peminjaman bukunya, gadis itu berkeliling sendiri, matanya berbinar melihat area buku-buku seni dan desain. Terlihat sekali kalau gadis itu sangat tertarik akan seni, ia bahkan tidak menghiraukan Sakha dan asyik tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Ehem," Sakha berdehem, berusaha menarik perhatian Lana. Gadis itu menoleh padanya, matanya kembali berbinar. 

Sakha memberi kode dengan kepalanya, mengisyaratkan bahwa ia sudah selesai dan mengajak gadis itu keluar. Lana buru-buru bangkit mendekatinya, senyumnya kembali merekah, dan mereka pun berjalan keluar perpustakaan bersama.

"Mau ke kantin?" tanya Lana saat keduanya melewati kantin yang siang itu tidak terlalu ramai. Sakha menggeleng, menolak ajakan itu. Lana mengangguk mengerti, ia menyadari bahwa Sakha adalah tipe orang yang pendiam, lebih suka menyendiri.

Saat hendak melewati kantin, tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh seseorang yang berteriak memanggil nama Lana. 

"Lana!" Suara itu nyaring, penuh semangat. Lana menoleh ke asal suara, mendapati sahabatnya, Dilla, sedang melambai ke arahnya, mengajaknya masuk. Lana menatap Sakha sebentar, seolah meminta izin, lalu berganti melihat ke arah Dilla. 

"Masuk sebentar yuk?" ajak Lana ragu, ada sedikit keraguan dalam suaranya.

Sakha membeku, mata Lana yang bulat menatapnya penuh harap. Tanpa sadar, Sakha mengangguk, sebuah persetujuan yang keluar begitu saja. Mulut Lana langsung tertarik membentuk senyuman lebar, senyum yang menular. Keduanya lalu memasuki kantin, mendekati Dilla yang saat itu sedang makan dengan pacarnya, Joshua, sang ketua OSIS.

Lana mengenalkan Sakha pada Dilla dan Joshua. Mereka lalu berbincang-bincang sebentar, namun Sakha merasa canggung berada di tengah-tengah keakraban mereka. Ia dapat melihat keakraban Lana dengan Dilla dan Joshua, persahabatan yang tulus dan hangat. 

Terlihat Lana dan Dilla adalah sahabat dekat, bahkan Dilla sempat menyuapi Lana makanan yang sedang ia makan, Lana pun tanpa canggung menerima suapan itu.

Mereka tidak lama di kantin, karena sepertinya Lana menyadari ketidaknyamanan Sakha. Akhirnya, gadis itu pamit, dan mereka berdua segera kembali ke kelas. Jam istirahat masih cukup lama, Lana berencana mengerjakan beberapa latihan soal sebelum jam pelajaran berikutnya dimulai. Hari itu, Lana membawa bekal, jadi ia tidak membeli makanan di kantin.

Lana memperhatikan Sakha yang sudah kembali ke kursinya, merebahkan kepalanya di meja. 

"Apa dia tidak lapar?" Lana bertanya pada dirinya sendiri, khawatir melihat Sakha yang belum makan. Terlintas di pikirannya untuk berbagi bekal, namun ia ragu. Sejak awal, ia merasa Sakha bersikap dingin padanya, dan ia bukanlah tipe orang yang memaksakan diri.

Lana menggembungkan pipinya, ragu-ragu. Ia menghela napas panjang, memutuskan untuk menawari bekalnya pada Sakha, meskipun mungkin akan ditolak. 

"Tok..tok.." Lana mengetuk meja tempat Sakha merebahkan kepalanya, suara ketukan yang lembut.

Pemuda itu bergerak perlahan, mengangkat kepalanya. Matanya menangkap sosok Lana yang berdiri di depannya, menatapnya ragu sambil membawa kotak bekal. 

"Aku bawa bekal, kamu mau?" Lana menyodorkan kotak bekalnya, sebuah tawaran yang tulus.

"Ini apa?" tanya Sakha bingung, matanya menatap kotak bekal itu. 

"Sandwich dan apel. Kamu mau? Aku lihat kamu belum makan sama sekali," jelas Lana, menyodorkan bekalnya lebih dekat.

Sakha memperhatikan sandwich itu, tampak menggiurkan. Namun, ia gengsi menerima pemberian orang lain. Sakha menelan ludahnya, tergiur karena pagi tadi ia tidak sempat sarapan, dan kantin terlalu ramai. Sakha memang tidak terlalu memperhatikan pola makannya, beberapa kali neneknya mengomel, namun ia acuh. Jujur saja, Sakha bukan orang yang tertarik dengan makanan, ia makan hanya untuk bertahan hidup. Baginya, semua rasa makanan sama saja, ia tidak mengerti orang-orang yang menilai makanan enak dengan berlebihan.

Sakha mengambil kotak bekal itu, membuat Lana tersenyum lega. Sakha memperhatikan perubahan raut wajah gadis itu, sepertinya mudah membuatnya tersenyum. 

"Baik, aku akan memakannya," ucap Sakha, suara yang terdengar datar.

Lana menepuk tangannya senang. 

"Oke, selamat makan, Sakha." Lana berbalik, senyumnya merekah bagai bunga yang mekar di musim semi, sebuah ekspresi kebahagiaan yang tulus.

"Tunggu!" Suara Sakha memecah keheningan, sebuah perintah yang tiba-tiba. 

Langkah Lana terhenti, ia berbalik menghadap Sakha, alisnya terangkat tanda tanya.

"Kenapa?" tanyanya lembut, namun ada sedikit kebingungan dalam suaranya.

"Jangan tersenyum!" ucap Sakha dingin, matanya menatap tajam, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang kentara, bagai badai yang siap menerjang.

"Maksudnya?" Lana bertanya polos, matanya yang bulat menatap Sakha dengan bingung, seperti anak kecil yang tidak mengerti mengapa ia dilarang tertawa.

"Jangan selalu tersenyum, itu terlihat bodoh dan menyebalkan," kata Sakha, kata-katanya menusuk seperti duri.

Ucapan Sakha membuat Lana terkesiap, senyumnya memudar, digantikan ekspresi terkejut dan sedikit terluka. 

Ia terdiam sejenak, berusaha mencerna kata-kata Sakha, seperti mencoba memahami teka-teki yang rumit.

Setelah menguasai dirinya, Lana berdiri tegak, menatap Sakha tanpa ragu. Ia menatap Sakha tanpa berkedip, lalu perlahan menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman yang sulit diartikan, senyum yang dingin dan misterius, bagai topeng yang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.

"Aku tidak peduli, karena aku tersenyum untuk diriku sendiri, bukan untukmu ataupun orang lain," ucap Lana tegas, suaranya mengandung nada keberanian yang baru.

Lana memperhatikan wajah Sakha yang minim ekspresi, bagai patung batu yang tak tergerak. Setiap Lana berbicara, Sakha hanya menatapnya acuh, seolah kata-kata Lana hanyalah angin lalu.

"Kamu pernah dengar ungkapan, jangan tersenyum karena kamu bahagia, tapi tersenyumlah karena kamu ingin bahagia?" tanya Lana, suaranya mengandung sedikit nada menantang.

Detik berikutnya, Lana berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Sakha yang terdiam. Ia kembali ke bangkunya, mengambil sandwich dari kotak bekalnya, dan mulai memakannya, seolah tidak terjadi apa-apa. 

Ia tampak sama sekali tidak terganggu oleh ucapan Sakha, atau mungkin tepatnya... berpura-pura tidak peduli, menyembunyikan perasaannya di balik topeng ketenangan.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

izin mampir ya Thor,,, 🙏

2025-03-22

1

Coralfanartkpopoaf

Coralfanartkpopoaf

Cerita yang menghanyutkan.

2025-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1 Senyum Tulus Alana
2 CHAPTER 2 Hati Yang Mulai Tertarik
3 CHAPTER 3 Pertemuan dengan Nenek
4 CHAPTER 4 Makan Malam Bersama
5 CHAPTER 5 Malaikat Penolong Nenek
6 CHAPTER 6 BERTEMAN
7 CHAPTER 7 Perhatian Lana
8 CHAPTER 8 Ulang Tahun Nenek
9 CHAPTER 9 Hadiah Untuk Nenek
10 CHAPTER 10 KELUARGA LANA
11 CHAPTER 11 Sebuah Pelukan
12 CHAPTER 12 Bekal Untuk Lana
13 CHAPTER 13 Lana Yang Sendiri
14 CHAPTER 14 Study Tour Part 1
15 CHAPTER 15 Study Tour Part 2
16 CHAPTER 16 Study Tour Part 3
17 CHAPTER 17 Apa itu cinta ?
18 CHAPTER 18 Kehadiran Bayu
19 CHAPTER 19 Nenek Yasmin Sakit
20 CHAPTER 20 Bersama Kak Bayu
21 CHAPTER 21 Bertemu Bunda Part 1
22 CHAPTER 22 Bertemu Bunda Part 2
23 CHAPTER 23 MENYEMBUNYIKAN LUKA
24 CHAPTER 24 Memasak Untuk Nenek Part 1
25 CHAPTER 25 Memasak Untuk Nenek Part 2
26 CHAPTER 26 Tentang Kuliah dan Masa Depan
27 CHAPTER 27 Jangan Membuatku Jatuh Cinta
28 CHAPTER 28 Kalian Pacaran ??
29 CHAPTER 29 Nasehat Dilla
30 CHAPTER 30 Hati Lana
31 CHAPTER 31 Berita Buruk dari Ibu
32 CHAPTER 32 Ada Apa dengan Sakha ? Part 1
33 CHAPTER 33 Ada Apa dengan Sakha ? Part 2
34 CHAPTER 34 ASING
35 CHAPTER 35 Pesta Kelulusan
36 CHAPTER 36 Air Mata Lana
37 CHAPTER 37 Kecelakaan Sakha
38 CHAPTER 38 10 Tahun Kemudian
39 CHAPTER 39 Bunda Sakit
40 CHAPTER 40 Kembali Ke Jakarta
41 CHAPTER 41 Bertemu Keanu yang Lucu
42 CHAPTER 42 Meninggalnya Bunda Part 1
43 CHAPTER 43 Meninggalnya Bunda Part 2
44 CHAPTER 44 Perjodohan Sakha
45 CHAPTER 45 Deluxe Line
46 CHAPTER 46 Kehadiran Lana di Deluxe Line
47 CHAPTER 47 Bermain Dengan Keanu
48 CHAPTER 48 Arriba Group Part 1
49 CHAPTER 49 Arriba Group Part 2
50 CHAPTER 50 Makan Malam dengan Nenek
51 CHAPTER 51 Kegundahan Dilla dan Lana
52 CHAPTER 52 Kak Gani
53 CHAPTER 53 Pertemuan Berikutnya
54 CHAPTER 54 MAAF
55 CHAPTER 55 Kejujuran
56 CHAPTER 56 Kenyataan
57 CHAPTER 57 Bahaya Mengintai
Episodes

Updated 57 Episodes

1
CHAPTER 1 Senyum Tulus Alana
2
CHAPTER 2 Hati Yang Mulai Tertarik
3
CHAPTER 3 Pertemuan dengan Nenek
4
CHAPTER 4 Makan Malam Bersama
5
CHAPTER 5 Malaikat Penolong Nenek
6
CHAPTER 6 BERTEMAN
7
CHAPTER 7 Perhatian Lana
8
CHAPTER 8 Ulang Tahun Nenek
9
CHAPTER 9 Hadiah Untuk Nenek
10
CHAPTER 10 KELUARGA LANA
11
CHAPTER 11 Sebuah Pelukan
12
CHAPTER 12 Bekal Untuk Lana
13
CHAPTER 13 Lana Yang Sendiri
14
CHAPTER 14 Study Tour Part 1
15
CHAPTER 15 Study Tour Part 2
16
CHAPTER 16 Study Tour Part 3
17
CHAPTER 17 Apa itu cinta ?
18
CHAPTER 18 Kehadiran Bayu
19
CHAPTER 19 Nenek Yasmin Sakit
20
CHAPTER 20 Bersama Kak Bayu
21
CHAPTER 21 Bertemu Bunda Part 1
22
CHAPTER 22 Bertemu Bunda Part 2
23
CHAPTER 23 MENYEMBUNYIKAN LUKA
24
CHAPTER 24 Memasak Untuk Nenek Part 1
25
CHAPTER 25 Memasak Untuk Nenek Part 2
26
CHAPTER 26 Tentang Kuliah dan Masa Depan
27
CHAPTER 27 Jangan Membuatku Jatuh Cinta
28
CHAPTER 28 Kalian Pacaran ??
29
CHAPTER 29 Nasehat Dilla
30
CHAPTER 30 Hati Lana
31
CHAPTER 31 Berita Buruk dari Ibu
32
CHAPTER 32 Ada Apa dengan Sakha ? Part 1
33
CHAPTER 33 Ada Apa dengan Sakha ? Part 2
34
CHAPTER 34 ASING
35
CHAPTER 35 Pesta Kelulusan
36
CHAPTER 36 Air Mata Lana
37
CHAPTER 37 Kecelakaan Sakha
38
CHAPTER 38 10 Tahun Kemudian
39
CHAPTER 39 Bunda Sakit
40
CHAPTER 40 Kembali Ke Jakarta
41
CHAPTER 41 Bertemu Keanu yang Lucu
42
CHAPTER 42 Meninggalnya Bunda Part 1
43
CHAPTER 43 Meninggalnya Bunda Part 2
44
CHAPTER 44 Perjodohan Sakha
45
CHAPTER 45 Deluxe Line
46
CHAPTER 46 Kehadiran Lana di Deluxe Line
47
CHAPTER 47 Bermain Dengan Keanu
48
CHAPTER 48 Arriba Group Part 1
49
CHAPTER 49 Arriba Group Part 2
50
CHAPTER 50 Makan Malam dengan Nenek
51
CHAPTER 51 Kegundahan Dilla dan Lana
52
CHAPTER 52 Kak Gani
53
CHAPTER 53 Pertemuan Berikutnya
54
CHAPTER 54 MAAF
55
CHAPTER 55 Kejujuran
56
CHAPTER 56 Kenyataan
57
CHAPTER 57 Bahaya Mengintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!