Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Wanita Bekas
..."Titip wanita bekas ini ya, Mas. Tolong di daur ulang dengan baik." — Gerry Anderson...
Drttt. Drttt.
"Halo, Sayang. Kamu sudah sampai?"
Luca mengangkat panggilan dari istrinya sambil keluar dari kamar hotel. Kemudian, ia membetulkan dasinya yang sedikit longgar, serta membetulkan baju yang sedikit berantakan.
^^^"Kak, aku udah di lobby."^^^
"Okay. Saya ke sana. Sebentar ya."
Luca pun pergi menghampiri istrinya ke lobby. Tak lama kemudian, Sherly pun keluar dari kamar hotel yang sama dengan Luca.
Cekrek!
Ada seseorang yang memotret Sherly dari belakang, tepatnya di balik dinding menuju pintu tangga darurat.
Sherly yang menyadari itu, ia hanya tersenyum sumringah dan penuh kepuasan. Sebuah senyuman yang menyiratkan bahwa memang ia ingin sekali di dipotret dalam keadaan seperti itu. Ia berjalan santai dan melenggok seperti tak terjadi apa-apa. Seperti ... ia sudah menduga bahwa ia akan dipotret pada sore itu.
Waktu pun berlalu. Tiba saatnya Luca memperkenalkan Lea kepada semua karyawan yang hadir di Hall Hotel Oleander. Mertua, ayah dan saudara kandung Luca pun ikut hadir saat itu.
Acara berlangsung baik-baik saja tanpa hambatan. Lea diperkenalkan dengan penuh kesungguhan oleh Luca, seolah-olah ia adalah permata berharga di hidup pria itu.
Tak ada yang aneh pada saat itu. Semua berjalan dengan sangat mulus tanpa hambatan.
"Kak." Lea memeluk lengan kekar suaminya sambil menyenderkan kepalanya ke lengan itu. Mereka berjalan berdampingan menuju lift.
"Aku bahagia banget." Binar di mata Lea terpancarkan dengan indah.
Luca membalas pelukan istrinya itu dengan mengecup lembut pucuk kepala Lea. "Saya juga."
"Mau sampai kapan sih, pake saya saya saya?!" Tiba-tiba Lea merajuk sambil cemberut menatap suaminya. "Emangnya—"
"Aku pun bahagia banget," seloroh Luca memotong pembicaraan istrinya. Ia tertawa sambil mengusap lembut perut istrinya yang sudah buncit itu.
"Kenapa sih sering banget pake saya?" Lea mencebik manja. "Kayak sama orang asing aja!"
"Sudah enam bulan ya?" Luca tak menjawab istrinya, ia malah menekan tombol lift. "Kurang lebih tiga bulan lagi ya kita ketemu dia?"
"Gimana kalo besok kita beli semua perlengkapan dia?"
"Kan besok kita ke dokter. Kakak lupa?"
"Oh iya. Maaf. Setelah dari rumah sakit, kita langsung ke mall ya."
...🌸...
"Selamat ya, Pak, Bu. Bayinya laki-laki. Itu tuh," dokter Dinna menunjuk monitor USG, "Monas-nya keliatan."
Luca dan Lea tertawa bahagia begitu melihat kelamin anaknya yang sedang tegak. Seperti dengan sengaja memamerkan kejantanannya pada kedua orangtuanya.
"Jagoan kita," lirih Luca pelan dengan mata yang berbinar-binar. Ia menggenggam erat tangan Lea sambil matanya tak berkedip saat melihat USG anaknya di layar monitor.
"Bayinya sehat kok. Tapi ibunya perlu kurangin makanan manis ya. Soalnya berat bayinya kelebihan 400 gram dari seharusnya."
"Tuh, denger kata Dokter Dinna," Luca melirik istrinya. Selama ini ia sering melarang banyak hal pada Lea. Bukan karena pelit, tapi ya karena ingin menjaga kesehatan istrinya. Tapi Lea sendiri keras kepala dan sulit untuk diberitahu.
Usai keduanya pergi ke rumah sakit untuk kontrol bulanan, mereka langsung menuju ke mall. Setibanya di mall, keduanya langsung berjalan menuju ke toko pakaian dan perlengkapan bayi.
"Luca!"
Suara seorang pria dari belakang mengagetkan Luca dan Lea, membuat keduanya menoleh ke arah suara tersebut.
"Mau ke mana?" tanya Gerry yang ternyata juga ada di mall itu.
"Beli perlengkapan anak," jawab Luca. "Lo ngapain di sini?"
"Nih." Gerry mengangkat paper bag kecil yang cukup premium berwarna hitam.
"Apaan tuh? Perhiasan? Cewe mana lagi yang minta—"
"Cincin." Gerry tersenyum pepsodent. Tersirat kebahagiaan di wajahnya yang tampan itu. Meskipun kulitnya sawo matang, hal itu membuat ia terlihat lebih maskulin dan menarik. Terlebih lagi hidung runcingnya yang menjadi pelengkap ketampanannya.
"Gue mau nikah Luc!" Gerry meninju pelan bahu sahabatnya. "Sama kayak lo. Gue juga pengen bahagia."
Melihat kesungguhan dari ucapan dan mata Gerry, Lea yang sejak tadi hanya diam dan tak berbicara, ia pun ikut bahagia dan dapat merasakan hal bahagia itu. "Selamat ya, Kak."
"Wah, akhirnya Lea mau ngomong sama gue," celetuk Gerry mendengarkan ucapan Lea. "Selama ini selalu menghindar loh."
Luca hanya tertawa melihat dua orang berharga di hidupnya bisa akur. Terlebih lagi Lea. Gadis yang selama ini sempat ia takuti mengandung janin Gerry, ternyata diselamatkan dan dipertemukan kembali oleh Gerry untuknya.
"Jadi, kapan lo mau ngelamar?" tanya Luca penasaran. Lea yang berada di samping Luca pun ikut menatap penasaran ke arah Gerry.
"Setelah gue beliin kado buat calon keponakan gue," ucap Gerry girang sambil melihat toko perlengkapan bayi yang ada di samping mereka berdiri.
Ketiganya pun tertawa dan masuk ke dalam toko tersebut dengan penuh suka cita. Padahal, yang akan memiliki anak adalah Luca dan Lea. Tapi, yang paling antusias dalam mencari perlengkapan bayi adalah Gerry.
"Ini cakep!" Gerry menenteng beberapa hanger pakaian bayi perempuan dan memamerkannya kepada Luca dan Lea.
"I—itu ... baju perempuan." Lea tertawa geli.
"Eh. Bayinya laki-laki?" Gerry bertanya karena tak tahu.
"Oh iya, sorry gue belum ngasih tau lo. Calon keponakan lo tuh laki-laki." Luca mendekatkan bibirnya ke telinga Gerry dan berbisik. "Doi punya Monas kayak bapaknya."
Gerry tertawa mendengarkan ucapan Luca. Ia pun lanjut mencarikan pakaian bayi laki-laki dan bergegas membayarnya ke kasir. Lalu ia menenteng beberapa paper bag yang berisikan pakaian bayi untuk calon anak Luca dan Lea, serta sebuah paper bag yang berisikan cincin lamaran.
"Oi! Lu—"
"Sayang."
Suara merdu seorang wanita tiba-tiba mengusik telinga Gerry. Membuat Gerry terhenti memanggil sahabatnya.
Luca yang saat itu mendengarkan panggilan 'oi' dari sahabatnya, ia dan Lea pun menatap ke arah Gerry. Saat itu, Gerry sedang terpaku dan membisu dengan kedua mata yang membulat dengan sempurna. Sepertinya, ia sedang melihat hantu.
"Aku udah nemu nih, kado lucu buat ponakan kamu."
Lagi-lagi Gerry menatap wanita yang wajahnya sangat familiar dimatanya. Yang semakin membuat ia melongo, wanita berambut separas bahu itu memanggil 'sayang' pada seorang pria yang sedang sibuk mencari-cari pakaian bayi di toko ia berada.
Tepat di depan mata Gerry, wanita itu mendekat ke arah pria yang dipanggil 'sayang', kemudian ia bersikap manja dan menatap pria itu dengan tatapan yang sama padanya seperti biasanya.
"Jihan?"
Saat nama wanita itu disebut, ia pun menoleh ke arah Gerry. Wanita itu terbelalak kaget, seperti halnya Gerry.
"Jihan?" Lagi-lagi Gerry mengulang nama itu untuk mengkonfirmasi, apakah benar wanita itu adalah 'Jihan'?
Semua paper bag yang dipegang oleh Gerry, jatuh tergeletak di atas lantai. Tak hanya paper bag yang berisikan pakaian untuk anak Luca dan Lea, bahkan kotak yang berisikan cincin lamaran yang semula ia siapkan untuk Jihan pun jatuh tergeletak di atas lantai.
"Sayang?" Pria yang datang bersama dengan Jihan pun bertanya pada wanita itu. "Siapa dia? Teman kamu?"
"D—dia ... d—dia sahabat a—aku, Sayang." Jihan menjawab pertanyaan pria itu dengan terbata-bata. Tingkahnya mendadak menjadi kaku dan sulit bergerak dengan nyaman.
"Sahabat?" ulang Gerry saat itu. Hatinya begitu pilu dan rasanya seperti diiris sembilu. Wanita yang ingin ia persunting, ternyata mendua. Bahkan, wanita itu mengatakan bahwa ia hanyalah seorang sahabat?
Gerry membungkuk. Ia mengambil satu per satu paper bag yang jatuh. Lalu, ia pun mengambil kotak cincin yang jatuh tadi tanpa memasukkanya ke dalam paper bag.
Usai mengambil kotak cincin dan paper bag yang jatuh, Gerry bangkit dengan hatinya yang patah, lalu ia berjalan mendekat ke arah Jihan. Ia mengambil tangan Jihan dan meletakkan kotak cincin tadi di atas tangan Jihan.
"Setiap kali kita berkeringat bersama dan bercinta, kamu selalu bilang kalau kamu ingin memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Bahkan kita udah membayangkan kalau kedepannya ingin punya anak berapa. Tapi apa? Sekarang kamu nganggap aku sahabat?" Gerry tertawa sinis. Meski matanya terlihat bergetar menahan kecewa.
"Titip wanita bekas ini ya, Mas. Tolong di daur ulang dengan baik."
Gerry bergegas pergi meninggalkan Jihan yang wajahnya sudah pucat, sementara pria yang ada di sampingnya terlihat bergetar dengan emosi yang ingin ia ledakkan saat itu juga.
Luca dan Lea yang menyaksikan kejadian tadi, keduanya bergegas meninggalkan toko tersebut untuk mengejar Gerry. Namun langkah Lea tak bisa cepat karena sedang berbadan dua.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung .......
bukannya jihan itu pacar gerry yg selingkuh..
bukannya istri noah atau mama tari namanya kinan???
❤❤❤❤❤
kasihan kalo kuca terpisah ama Lea..
inisial namanya aja udah sama lhoooo..
emang udah jodohhh.
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
moga2 masih hidup..
dan segera bersatu ama Lea..
❤❤❤❤❤
suaminya msh hidup
apa istrinya ngga tau kalau Luca blm meninggal