.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Kemudian aku pun istirahat sampai tidak terasa hari sudah petang, sampai aku di bangunkan oleh ibu mertua.
"Nak, bangun," kata ibu membangunkan aku.
"Iya, Bu," sahutku.
"Sudah malam, Nak," ujar ibu mertuaku
Aku lihat jam menunjukkan pukul 16.00 Sore. Seharian aku berada di dalam kamar, aku pun bergegas ke kamar mandi, karena seharian aku belum mandi.
Ketika melewati ruang televisi, aku melihat ayah sedang menonton tv.
"Baru bangun?" tanya ayah kepadaku.
"Iya, Yah," jawabku sembari terus berjalan ke kamar ke kamar mandi.
Setelah mandi aku kembali melewati ayah, ayah menoleh ke arahku sambil tersenyum, karena aku hanya membalut tubuhku dengan handuk, aku pun segera masuk ke dalam kamar.
Tanpa aku duga, tiba-tiba ayah menyusul ku masuk ke dalam kamar.
"Ayah...!" Jeritku kaget
Ayah kemudian menutup dan mengunci pintu kamarku.
"Ada Ibu, Yah," ujarku kepada ayah.
"Sebentar saja, kata ayah," kata ayah dengan wajah memelas.
"Tuti baru selesai mandi, Yah," tegas ku mencoba menghentikan perbuatannya yang sudah di kuasai oleh hawa nafsu.
Tapi ayah terus memaksaku, ayah seperti kesurupan dan pada akhirnya aku tidak lagi memberontak, aku pasrah apa yang akan di lakukan oleh ayah kepadaku.
Ayah terus menyerang yang membuat nafasku tersengal, membuat seluruh kosa kata hilang, membiarkan saja saat ayah kembali merengkuhku dalam pelukan, membuai ku pelan, menenangkan ku dengan kecupan dan belaian.
Hingga aku tenang, hingga isak tak lagi menggetarkan badan, hingga seluruh wajahku di hujani kecupan, hingga seluruh pori-pori tubuhku meremang oleh belaian, hingga isak berganti dengan desahan.
Desahan yang di sukai ayah, desahan yang selalu berhasil membuat ayah mengerang, membuat ayah tak mampu lagi menahan keinginannya untuk Terus menyerang ku dengan kecupan, dengan belaian yang memabukkan.
Dengan seluruh apa yang ku suka, hingga desah berganti erangan, hingga erangan berganti pekikan, hingga aku merasa begitu bebas, begitu lepas dan terpuaskan.
Aku memeluk manja tubuh ayah, mengusap lembut bintik-bintik keringat di dada ayah, dada yang naik turun seirama nafas puas. Kepuasan yang sesaat lalu kami rasakan bersama.
Hari demi hari aku dan ayah mertua semakin bertambah mesra, yang pada awalnya hanya saling lirik dan senyum, kini sudah mulai meningkat menjadi saling remas walaupun hanya sebatas remasan tangan.
Apalagi akhir-akhir ini aku merasa semakin bergairah, ingin selalu berhubungan. Jika tidak, aku akan menjadi stres dan uring-uringan, mungkin ini pengaruh dari kandunganku.
...🍄🍄🍄...
Pagi itu aku bangun pukul 05.00 pagi, ku lihat pintu kamar mertuaku masih tertutup. Seperti kebiasaanku dalam rumah tangga, aku pun membereskan rumah seperti kewajibanku sehari-hari, setelah itu aku membuatkan segelas kopi panas untuk ayah dan ku bawa ke meja di depan tv, tempat favorit ayah mertuaku.
Tiba-tiba pintu kamar mertuaku terbuka, ternyata itu ibu mertuaku, kemudian beliau menghampiriku yang sedang menyiapkan sarapan.
"Nak, Ibu mau ke pasar dulu, ya," ujar ibu kepadaku, yang saat itu aku lagi memasak.
"Iya, Bu," jawabku melihat ke arah ibu sembari melanjutkan memasak.
"Ayahmu bangunkan nak, suruh buka toko," suruh ibu.
"Iya, Bu," jawabku mengangguk.
Sekitar 10 menit setelah ibu pergi, aku masuk ke kamar mertuaku untuk membangunkan ayah.
Aku lihat ayah masih terlelap di sana, perlahan aku melangkah ke arah tempat tidurnya, ku perhatikan wajah ayah yang tertidur.
Betapa tenang, betapa damai, betapa gagahnya, perlahan aku usap pipi ayah serta kubelai rambutnya, dengan sedikit takut kucium pipi ayah.